Penentuan K pada Sampel

4.1.6.4. Penentuan Batas Deteksi

Batas deteksi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : 3Sb = Y - Yb Y = 3 Sb + Yb Dimana : Y = Signal pada batas deteksi Yb = Intersept dari kurva kalibrasi b Sb = Standar deviasi untuk slope Persamaan Kurva Kalibrasi Y = 0,1631X + 0,1720, dimana Yb = 0,1720 dan Sb = Sy ⁄x = 0,0251 Maka dengan mensubsitusikan Yb dan Sb pada Persamaan Y = 3 Sb + Yb diperoleh nilai batas deteksi Y = 3 Sb + Yb = 3 0,0251 + 0,1720 = 0,2473 Batas deteksinya dapat dihitung dengan mensubtitusikan harga Y terhadap persamaan garis regresi Y = 0,1631X + 0,1720 maka diperoleh nilai X yaitu ; X =     − 1631 , 1720 , 2473 , X = 0,4616 mgL Jadi batas deteksi untuk penentuan konsentrasi Kalium dalam penelitian ini adalah 0,4616 mgL.

4.1.6.5. Penentuan K pada Sampel

Kadar Kalium K dapat ditentukan dalam sampel dengan menggunakan metode kurva kalibrasi dengan mensubstitusi nilai Y absorbansi yang diperoleh dari pengukuran tabel 4.4 terhadap persamaan garis regresi dan kurva kalibrasi. Untuk sampel daun lamtoro sebelum pengomposan Dari data hasil pengukuran nilai absorbansi diperoleh sebagai berikut Y 1 = 0,3680 Y 2 = 0,3720 Y 3 = 0,3675 Dengan mensubsitusikan Y terhadap persamaan garis regresi dari Universitas Sumatera Utara Y = 0,1631X + 0,1720 maka akan diperoleh nilai : K = 100 . x fp x filtrat xvol sampel berat X = 100 1000 1 , 1000 . 003 , 5 2017 , 1 x x L x mg L mg = 100 5003 17 , 120 x = 2,40 Untuk data hasil pengukuran Kalium II dan III pada daun lamtoro sebelum pengomposan ditunjukkan pada tabel 4.9 pada lampiran demikian juga untuk data hasil pengukuran K pada daun lamtoro setelah pengomposan dengan waktu pengomposan 15 hari dan interval waktu analisis 3 hari setiap pengukuran masing – masing dilakukan sebanyak 3 kali. mgL 1,2017 0,1631 1720 , 3680 , = − = X X Universitas Sumatera Utara

4.2. Pembahasan

Dalam penelitian ini, diperoleh kadar C – organik pada daun lamtoro sebelum dikomposkan 38,43, setelah 3 hari 36,45, setelah 6 hari 35,11, setelah 9 hari 32,33, setelah 12 hari sebanyak 30,90, dan hari ke-15 mencapai 28,95. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa semakin turun C – organik dengan bertambahnya waktu pengomposan. Hal ini disebabkan karena senyawa karbon organik dimanfaatkan oleh bakteri sebagai sumber energi dalam proses metabolisme dan perbanyakan sel yang diubah menjadi CO 2 , NH 3 dan H 2 O secara aerob dan juga anaerob senyawa karbon organik diubah menjadi asam organik dan alkohol terlebih dahulu kemudian diubah menjadi CO 2 , CH 4 , NH 3 dan H 2 O Yuwono, 2006 . 10 20 30 40 50 3 6 9 12 15 Waktu Pengomposan Hari C - O rg a n ik Gambar 4.1. Kurva Perubahan C – Organik terhadap Waktu Pengomposan Daun Lamtoro. Kemudian jumlah kadar Nitrogen yang diperoleh dari daun lamtoro sebelum pengomposan 2,81, setelah 3 hari 3,13, setelah 6 hari 3,05, setelah 9 hari 3,00, setelah 12 hari 3,07 dan 15 hari mencapai 3,15.Dari data tersebut dapat dilihat bahwa Nitrogen pada daun lamtoro mengalami penurunan dan peningkatan. Hal ini disebabkan karena dalam proses pengomposan nitrogen organik diubah terlebih dahulu menjadi amonia NH 3 yang mudah menguap melalui proses aminasi, dimana dalam proses ini dilakukan oleh mikroorganisme yang mempunyai banyak jenis melalui pencernaan enzimatik kemudian amonia diubah menjadi amonium Proses amonifikasi setelah itu diubah menjadi nitrit NO 2 - dan nitrat NO 3 - proses nitrifikasi yang merupakan bentuk nitrogen yang lebih stabil. Pada pengomposan 3 hari Nitrogen pada daun lamtoro meningkat dibandingkan dengan Nitrogen sebelum pengomposan, dan pada pengomposan 6, 9 dan 12 hari Nitrogen menurun karena sebagian NH 3 menguap dan beberapa mikroorganisme dalam keadaan anaerob Universitas Sumatera Utara