0,464 6.
Pengomposan 15 hari 1,006
0,469 0,462
0,466
Tabel 4.4. Data Absorbansi Pada Penentuan Kalium dengan Spektrofotomer Serapan Atom SSA pada
λ = 766,5 nm
No Perlakuan
Berat Kering Sampel g Absorbansi
1 Tanpa Pengomposan
5,003 0,3680
0,3720 0,3675
2 Pengomposan 3 hari
5,003 0,3698
0,3735 0,3670
3 Pengomposan 6 hari
5,006 0,3760
0,3745 0,3756
4 Pengomposan 9 hari
5,005 0,3775
0,3780 0,3768
5 Pengomposan 12 hari
5,006 0,3778
0,3795 0,3810
6 Pengomposan 15 hari
5,001 0,3825
0,3843 0,3812
4.1.2 Penentuan C-Organik
Penentuan Normalitas FeSO
4
standar yang digunakan untuk menentukan C- Organik :
4 7
2 2
7 2
2 4
FeSO FeSO
V O
Cr K
V x
O Cr
K N
N =
N FeSO
4
= Normalitas FeSO
4
standar V FeSO
4
= mL FeSO
4
yang terpakai untuk blangko N K
2
Cr
2
O
7
= Normalitas K
2
Cr
2
O
7
yang digunakan sebagai larutan standar primer V K
2
Cr
2
O
7
= mL K
2
Cr
2
O
7
yang digunakan untuk menstandarisasi
Universitas Sumatera Utara
N
FeSO4
= mL
mL x
N 73
, 10
10 1
= 0,9319 N
Penentuan C-Organik dalam sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
C – Organik =
[ ]
77 ,
ker 33
, 10
4 4
x g
sampel ing
berat x
SO Fe
V x
FeSO N
−
Dimana : N
FeSO4
= Normalitas FeSO
4
standar V
FeSO4
= mL FeSO
4
standar yang digunakan untuk titrasi sampel
Catatan : Nilai 0,33 menyatakan bahwa 1 grek K
2
Cr
2
O
7
dapat mengoksidasi 3 grek FeSO
4
dan nilai 0,77 menyatakan bahwa sebanyak 77 senyawa organik yang dapat dioksidasi K
2
Cr
2
O
7.
Berdasarkan data volume FeSO
4
0,9319 N yang terpakai dalam penentuan C-Organik dengan metode Walkey Black tabel 4.1 maka dapat ditentukan C-Organik pada
sampel yaitu :
Pengukuran I
- Daun lamtoro sebelum pengomposan V
1
= 1,10 V
2
= 0,99 V
3
= 0,97
C – Organik =
[ ]
77 ,
101 ,
33 ,
10 ,
1 9319
, 10
x g
x x
−
= 38,11 Untuk data hasil pengukuran C-Organik II dan III pada daun lamtoro sebelum
dikomposkan ditunjukan pada tabel 4.5 pada lampiran demikian juga untuk data hasil pengukuran C-Organik pada daun lamtoro sesudah pengomposan dengan variasi
pengomposan 3 sampai 15 hari dengan interval waktu analisis 3 hari setiap pengukuran C-Organik masing-masing dilakukan sebanyak 3 kali.
Universitas Sumatera Utara
4.1.3.Penentuan Nitrogen
Penentuan Normalitas HCl standar yang digunakan untuk menentukan Nitrogen :
N HCl =
HCl NaOH
NaOH
V V
x N
N
NaOH
= Normalitas NaOH standard V
NaOH
= mL NaOH yang terpakai dalam standarisasi N
HCl
= Normalitas HCl V
HCl
= mL HCl titrasi Maka Normalitas HCl Standar adalah :
N HCl = 80
, 9
10 0110
, x
= 0,0112 N Penentuan Nitrogen dalam sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Nitrogen = 1000
ker 100
14 x
g ing
berat x
x HCl
N x
Vb V
−
Dimana : V
= mL larutan HCl standar yang terpakai mentitrasi sampel Vb
= mL larutan HCl standar yang terpakai mentitrasi blangko N
HCl
= Normalitas HCl
Berdasarkan data Volume HCl 0,0112 N yang terpakai dalam penentuan nitrogen dengan metode Kjehldahl tabel 4.2 maka ddapat ditentukan Nitrogen pada
sampel yaitu :
Pengukuran I
Untuk daun lamtoro sebelum dikomposkan V
1
= 18,32 V
2
= 18,28 V
3
= 18,33 Nitrogen =
1000 100
, 100
14 0112
, 3
, 32
, 18
x g
x x
x −
= 2,82
Universitas Sumatera Utara
Hasil pengukuran Nitrogen II dan III pada daun lamtoro sebelum dikomposkan ditunjukan pada tabel 4.6 pada lampiran demikian juga untuk data hasil pengukuran
Nitrogen pada daun lamtoro sesudah pengomposan dengan variasi pengomposan 3 sampai 15 hari dengan interval waktu analisis 3 hari setiap pengukuran Nitrogen
masing-masing dilakukan sebanyak 3 kali.
4.1.4.Penentuan CN
Setelah C-Organik dan Nitrogen ditentukan , maka CN dari daun lamtoro dapat ditentukan dengan membandingkan nilai C-Organik rata-rata tabel 4.5 dengan
Nitrogen rata-rata tabel 4.6 .
C N = Nitrogen
Organik C
−
Maka nilai CN dari daun lamtoro sebelum pengomposan C N =
82 ,
2 11
, 38
= 13,51 Dan untuk data CN pada daun lamtoro setelah pengomposan dengan waktu
pengomposan selama 15 hari dengan interval waktu analisis 3 hari dapat ditunjukkan pada tabel 4.7 pada lampiran.
4.1.5. Penentuan Posfor sebagai P-Total 4.1.5.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi.