Penjelasan lengkap mengenai proses yang terjadi adalah sebagai berikut : a.
Hidrat arang selulosa, hemiselulosa dan lain-lain diurai menjadi CO
2
dan air atau CH
4
dan H
2
b. Zat putih telur diurai melalui amida-amida, asam-asam amino, menjadi
amoniak, CO
2
dan air c.
Berbagai jenis unsur hara terutama N di samping P dan K dan lain-lain, sebagai hasil uraian, akan terikat dalam tubuh jasad renik dan sebagian yang
terikat menjadi tersedia di dalam tanah. Apa yang terikat ini kelak akan dikembalikan ke dalam tanah setelah jasad-jasad renik mati.
d. Juga ada unsur-unsur hara dari senyawa organik yang akan terbebas menjadi
senyawa anorganik sehingga menjadi persediaan didalam tanah bagi keperluan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
e. Lemak dan lilin akan terurai menjadi CO
2
dan air Sigit, 2001. Akibat dari perubahan tersebut, berat dan volume kompos menjadi sangat berkurang.
Sebagian besar senyawa organik akan hilang, menguap ke udara. Kadar senyawa- senyawa N yang larut ammoniak meningkat Murdandono, 1995.
2.3.1. Syarat Pembuatan Kompos
a. Campuran kompos harus homogen agar kadar N dan kecepatan fermentasi dapat merata dan tetap. Oleh karena itu bahan mentah perlu dipotong-potong hingga
menjadi bagian - bagian kecil. b. Temperatur awal harus tinggi untuk membunuh patogen, biji rumput – rumputan,
lalat dan telurnya, serta larva hama lain beserta penyakit cendawan yang terbawa ke dalam tumpukan Yuliarti, 2009.
2.3.2. Faktor yang mempengaruhi proses pengomposan
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses pengomposan yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Nilai CN bahan Semakin rendah nilai CN bahan, waktu yang diperlukan untuk pengomposan semakin
singkat. 2. Ukuran bahan
Bahan yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat proses pengomposannya karena semakin luas bahan yang tersentuh dengan bakteri. Untuk itu, bahan organik perlu
dicacah sehingga berukuran kecil. 3. Jumlah mikroorganisme
Biasanya dalam proses ini bekerja bakteri, fungi, aktinomycetes dan protozoa. Sering ditambahkan pula mikroorganisme kedalam bahan yang akan dikomposkan. Dengan
bertambahnya jumlah mikroorganisme, diharapkan proses pengomposan akan lebih cepat.
4. Kelembapan dan Aerasi Umumnya mikroorganisme tersebut dapat bekerja dengan kelembapan sekitar 40-
60. Kondisi tersebut perlu dijaga agar mikroorganisme dapat bekerja secara optimal. Kelembapan yang lebih rendah atau tinggi dapat menyebabkan mikroorganisme tidak
berkembang atau mati. Adapun kebutuhan aerasi tergantung dari proses berlangsungnya pengomposan tersebut aerobik atau anaerobik.
5. Temperatur Temperatur optimal sekitar 30-50
C hangat. Bila temperatur terlalu tinggi mikroorganisme akan mati. Bila temperatur relatif rendah mikroorganisme belum
dapat bekerja atau dalam keadaan dorman. Aktivitas mikroorganisme dalam proses pengomposan tersebut juga menghasilkan panas sehingga untuk menjaga temperatur
tetap optimal sering dilakukan. 6. Keasaman
Keasaman atau pH dalam mempengaruhi aktivitas mikroorganisme. Kisaran pH yang baik sekitar 6,5-7,5 Indriani, 2006.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Proses Pengomposan