2. Menerima upah atau imbalan sebagai balas jasa atas pelaksanaan pekerjaan tersebut. Kemampuan buruh tani dalam melakukan tugas kegiatan fisik ditentukan oleh banyak
faktor, antara lain status kesehatan, kecukupan pangan sumber energi, pengalaman, ketrampilan, alat yang sesuai, motivasi kejiwaan serta lingkungan yang kondusif.
2.2.2. Buruh Tani
Buruh tani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian, utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara
tanaman seperti padi, jagung, kopi,buah dan lain-lain dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri atau menjualnya kepada orang lain
Husodo SY, 2004. Dari rumusan pengertian petani yang dikemukakan di atas maka dapat diartikan
bahwa buruh tani adalah orang yang mata pencahariannya bercocok tanam dengan melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman,
dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain.
Terdapat tiga golongan petani yaitu petani berlahan sempit yaitu golongan pemilik- penyewa penggarap, pemilik penggarap dan penyewa penggarap serta dua golongan petani
berlahan luas yaitu golongan pemilik-penyewa penggarap dan pemilik penggarap. Kendala utama bagi usaha tani lahan luas golongan pemilik-penyewa adalah modal sedangkan untuk
golongan pemilik penggarap adalah biaya pupuk kandang. Harga bayangan dari setiap kendala atau sumberdaya langka tersebut menunjukkan bila menambah ketersediaan
Universitas Sumatera Utara
sumberdaya tersebut satu rupiah akan mendatangkan pendapatan sebesar harga bayangannya shadow price.
2.2.3. Perempuan Sebagai Petani
Penggunaan kata “perempuan” karena akan dibahas adalah jenis kelamin yang tergolong perempuan sebagai lawan jenis kelamin laki-laki. Serta lebih memantapkan
informasi yang menjelaskan arti kata perempuan adalah yang diempukan empu artinya induk atau ahli sehingga tersirat arti penghormatan Sadli, 2010:3.
Dalam keseharian perilaku perempuan sering dikaitkan dengan aspek jasmaniah. Dalam budaya Indonesia aspek jasmaniah secara langsung maupun tidak langsung sering di
interpreasikan secara populer sebagai perempuan dan kodratnya. Kedudukan perempuan dalam aspek sosiologi menunjukkan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Kedudukan
Perempuan dalam pengertian ini memposisikan perempuan sebagai kelompok sosial yang berstatus lebih rendah dari laki-laki di lingkungan tempat berinteraksi. Status sosial yang
dimaksud ditujukan kepada kemampuan menerjemahkan dan teknologi sebagai ukuran interaksi yang dibentuk dari esensi-esensi kemampuan komunikasi sosial yang berada dalam
skala rendah. Dalam proses-proses pembangunan terdapat hubungan timbal balik antara
perempuan dan laki-laki. Jika perbedaan-perbedaan hakiki yang menyangkut jenis kelamin tidak bisa diganggu gugat dimana bahwa secara biologis perempuan memiliki kemampuan
mengandung dan melahirkan sementara laki-laki tidak, dan sejenisnya. Maka perbedaan perbedaan gender juga harus bisa dirubah karena yang menjadi akarnya adalah faktor-
faktor sosial dan sejarah Macdonal, dkk 1999: 13.
Universitas Sumatera Utara
Pengakuan bahwa perempuan dan laki-laki sama, yaitu sama-sama manusia yang mempunyai pikiran, perasaan dan pendapat memang dibutuhkan oleh perempuan, karena
selama berabad-abad itu masih disangkal. Banyak kerugian-kerugian yang disebabkan yang tidak mengenal atau mengakui perbedaan-perbedaan ini. Pengakuan akan perbedaan antara
perempuan dan laki-laki dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan perempuan. Peranan yang berbeda antara perempuan dan laki-laki dalam keluarga dan masyarakat
merupakan akibat pembagian kerja secara seksual. Pembagian kerja secara seksual ini bertahan karena mendapat kekuatan dari masa ke masa melalui sosialisasi dan enkulturalisasi.
Peran perempuan selalu dikaitkan dengan urusan domestik dan laki-laki di ruang publik Primariantari, dkk 1998:121.
Terdapat pembagian kedudukan dan peranan perempuan pada umumnya yaitu: 1.
Perempuan sebagai istri dan ibu rumah tangga dan anggota keluarga , yang disebut fungsi intern.
2. Perempuan sebagai warga negara dan anggota masyarakat yang bergerak dalam
kehidupan sosial, ekonomi dan politik, dapat disebut fungsi ekstern Shanty Dellyana, 1998 dalam Soeroso, 2010:53
Seorang perempuan akan mengalami dilema nilai sosial, mitos, stereotip tentang persepsi menempatkan perempuan inferior terhadap laki-laki atau kalau perempuan
menghadapi kenyataan bahwa ia dibatasi dalam memilih peran sosialnya dibandingkan dengan laki-laki. Pengaruh negatif terhadap pengembangan jati diri perempuan, juga
berpengaruh negatif terhadap citra tentang perempuan bekerja. Sehingga petani perempuan yang bekerja sering dipandang sebagai problema yang bekerja keras secara fisik dan nonfisik.
Kebutuhannya sekaligus keterbatasannya dalam pengembangan dirinya Sadli, 2010: 48.
Universitas Sumatera Utara
Jadi, yang dimaksud dengan petani perempuan merupakan perempuan yang bekerja sebagai petani yang bercocok tanam dengan melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan
untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain
memperoleh pendapatan dan tidak lagi tergantung kepada laki-laki.
2.3. Sosial Ekonomi