Brain lmaging OUTCOME TINJAUAN PUSTAKA

Studi kohort terhadap populasi usia tua mendapatkan penurunan fungsi ginjal yang dinilai dengan penurunan nilai GFR mendapakan bahwa penurunan fungsi kognitif berkaitan dengan gangguan ginjal dengan GFR 60 mLmin Buchman dkk,2009. Dibawah ini ditampilkan gambaran tentang kalsifikasi ginjal yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti sistem renin angiotensin, NADpH, reseptor BMP yang berujung pada pembentukan kalsifikasi vaskularisasi ginjal. Gambar-2. Mekanisme beberapa faktor pada kalsifikasi vaskularisasi ginjal Dikutip dari : Schiffrin,E.L., Lipman, M.L., Man J.F.E. 2007. Chronic Kidney Disease Effects on the Cardiovascular System.116:85-97.

II.2. Brain lmaging

Universitas Sumatera Utara Brain imaging masih merupakan komponen yang dibutuhkan dalam pemeriksaan pasien yang diduga stroke. Computed Tomography CT dan Magnetic Resonance lmaging MRl merupakan pilihan untuk brain imaging, tetapi pada kebanyakan kasus dan kebanyakan institusi, CT masih merupakan pemeriksaaan awal yang paling praktis. Dalam banyak kasus, CT akan memberikan informasi untuk membuat keputusan mengenai penatalaksanaan darurat Adam dkk,2007. Sejak ditemukan pada tahun 1970,CT scan berkembang menjadi salah satu pemeriksaan penting untuk menegakkan diagnosis kelainan kelainan neurologi termasuk dalam diagnosa stroke. Peranan CT scan sangat besar sehingga dapat dikatakan menjadi golden standard baku emas penderita stroke Sjahrir 2003;Jannis,2007. Pada iskemia, pada stadium awal sering normal atau hanya sedikit abnormalitas. Selama hari-hari pertama onset stroke, infark biasanya bulat atau oval dan batasnya kurang tegas. Kemudian menjadi lebih hipodense dan gelap,dan lebih seperti baji wedge-like dan berbatas. Sebagian infark yang tadinya hipodens menjadi isodens setelah minggu kedua dan ketiga onset. Hal ini yang disebut sebagai fogging effect kadang-kadang dapat mengaburkan lesi Caplan,2000. Universitas Sumatera Utara

II.3. OUTCOME

STROKE Keberhasilan pengobatan penyakit penyebab disabilitas termasuk stroke, harus memberi manfaat dengan menggunakan sistim klasifikasi untuk menilai pengaruh pengobatan, khususnya pengobatan darurat. Agar penderita stroke yang masih dapat bertahan hidup dapat menerima perawatan terbaik, satu sistim klasifikasi outcome stroke yang komprehensif dibutuhkan untuk intervensi therapi yang sesuai secara langsung. Pengembangan satu sistim klasifikasi outcome stroke berdasarkan pada keyakinan bahwa defisit neurologis sering menyebabkan impairment disability yang permanen dan membahayakan kualitas hidup Kelly-Hayes dkk,1998. Secara garis besar, outcome stroke dapat dikategorikan ke dalam neurologic impairment tanda yang diperoleh dengan pemeriksaan yang disebabkan oleh penyakit,disabilitas efek fungsional dari pemburukan dan handicaps konsenkuensi sosial dari disabilias. Secara sederhana dapat diklasifikasikan sebagai impairment measures dan activity measures Davis-Fisher, 2001. Kehilangan fungsi yang terjadi setelah stroke sering digambarkan sebagai impairments, disabilitas dan handicaps. Oleh WHO membuat batasan sebagai berikut Caplan,2000 : . 1. lmpairments menggambarkan hilangnya fungsi fisiologis, psikologi dan anatomis yang disebabkan stroke. Tindakan psikoterapi, fisioterapi, terapi okupasional ditujukan untuk menetapkan kelainan ini. Universitas Sumatera Utara 2. Disabilitas adalah setiap hambatan kehilangan kemampuan untuk berbuat sesuatu yang seharusnya mampu dilakukan orang yang sehat seperti tidak bisa berjalan,menelan dan melihat akibat pengaruh stroke. 3. Handicaps adalah halangan atau gangguan pada seseorang penderita stroke berperan sebagai manusia normal akibat impairment atau disability tersebut. Universitas Sumatera Utara

II.4. KERANGKA TEORI