Kriteria Hadiah Undian Sebagai Harta Bersama Dalam Perkawinan

selama dalam ikatan perkawinan adalah merupakan hak milik pribadi dari suami atau isteri yang menjadi pemenang undian tersebut. Dengan kata lain, hadiah undian itu adalah harta pribadi dari suami atau isteri yang menjadi pemenang dari undian berhadiah yang diikutinya.

B. Kriteria Hadiah Undian Sebagai Harta Bersama Dalam Perkawinan

Baik di dalam Pasal 35 UU Perkawinan maupun di dalam ketentuan penjelasannya tidak terdapat rumusan tentang kriteria hadiah. Demikian pula di dalam doktrin tidak ada penjelasan mengenai apa-apa saja yang menjadi kriteria hadiah. Namun terdapat sarjana hukum yang menyamakan hadiah dengan hibah, yaitu Abdul Manan yang mengutip Sayyid Sabiq, menyatakan bahwa hibah mempunyai pengertian meliputi juga hadiah yakni pemberian yang menurut orang yang diberi itu untuk memberi imbalan. Padahal apabila menilik dari sifat pemberian undian berhadiah itu, maka barang yang didapatkan dari undian berhadiah tidak dapat disamakan dengan hibah. Karena apabila dilihat dari pengertian hibah di dalam Pasal 1666 KUHPerdata, maka yang dimaksud dengan hibah adalah suatu perjanjian dengan mana si penghibah, di waktu hidupnya, dengan cuma-cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan sesuatu benda guna keperluan si penerima hibah yang menerima penyerahan itu. Dalam masyarakat Adat, hibah ini biasanya diberikan kepada anak-anak si penghibah saat ia masih hidup agar tidak terjadi percekcokan di antara anak-anaknya setelah ia meninggal. Jadi, penghibah memang sudah menetapkan siapa yang Universitas Sumatera Utara berhak atas harta kekayaannya. Sedangkan pemberian melalui hadiah undian bersifat untung-untungan dan belum pasti siapa penerimanya. Merujuk pada UU Perkawinan Pasal 35 ayat 2 dan Pasal 36 Ayat 2 jo. Kompilasi Hukum Islam Pasal 87 ayat 1 dan 2, sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, bahwa undian berhadiah yang diperoleh selama dalam ikatan perkawinan adalah merupakan hak milik pribadi dari suami atau isteri yang menjadi pemenang undian tersebut, dan karenanya tidak merupakan harta bersama, maka cenderung terdapat ketidakadilan bila hadiah dengan bagaimanapun bentuk perolehannya seluruhnya tidak dapat dikategorikan sebagai harta bersama. Sebagai contoh kasus, dapat dikemukakan peristiwa yang mungkin terjadi di dalam kehidupan perkawinan sebagai berikut : Seorang suami yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, memberikan sebagian dari penghasilannya kepada isteri untuk keperluan rumah tangga. Dari sisa uang yang diberikan suami, isteri membuka rekening di sebuah bank tanpa sepengetahuan suami dan menabung sisa uang belanjanya di rekening tersebut. Bank tempat isteri menabung secara berkala menyelenggarakan undian berhadiah dengan hadiah mobil mewah. Di luar bayangan isteri, ternyata ia menjadi pemenang dari undian berhadiah yang diselenggarakan pihak bank tempat ia menabung dan dengan demikian berhak atas mobil mewah tersebut. Apabila mengacu pada ketentuan perundang- undangan, maka mobil tersebut mutlak merupakan hak milik dan berada di bawah kekuasaan isteri. Karena rekening yang memenangkan undian Universitas Sumatera Utara berhadiah itu atas nama si isteri, walaupun uang yang ditabungnya berasal dari sisa uang belanja yang diberikan suami. Dalam peristiwa ini, andil suami berupa uang yang menjadi asal adanya tabungan dan kemudian berhasil mendapatkan hadiah sama sekali tidak menjadikannya turut berhak atas hadiah undian tersebut. Padahal tanpa uang yang bersumber dari penghasilan pribadinya tersebut, dapat dipastikan si isteri tidak akan mempunyai rekening tabungan di bank yang pada gilirannya tidak mendapat hadiah undian tersebut. Contoh lain lagi, seorang olahragawan yang karena prestasinya maju sebagai pemenang dari suatu turnamen olahraga dan memperoleh hadiah berupa medali emas. Demikian pula, seorang pemain sepak bola yang memperoleh hadiah sepatu emas. Contoh lain dapat dimisalkan seorang yang berhutang budi memberikan hadiah perhiasan emas berlian bernilai jutaan rupiah kepada seseorang sebagai balas jasa yang pernah dilakukan orang tersebut di masa lalu. Hadiah-hadiah yang diperoleh dari peristiwa-peristiwa seperti yang dicontohkan di atas, tentulah mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, yang pada gilirannya akan menjadi persoalan ketika terjadi perceraian di mana isteri atau suami dari yang memperoleh hadiah akan menuntut hadiah tersebut sebagai harta bersama yang harus dibagi. Sedangkan suami atau isteri selaku penerima hadiah akan sangat keberatan apabila hadiah tersebut dianggap sebagai suatu harta bersama. Universitas Sumatera Utara Peristiwa tersebut tentulah berpotensi menimbulkan persoalan di tengah masyarakat apabila tidak ada kriteria yang menjadi rujukan atas suatu hadiah yang dimaksudkan dalam UU Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam. Oleh karena itu, pengertian hadiah di dalam UU Perkawinan maupun di dalam Kompilasi Hukum Islam haruslah memiliki kriteria yang jelas agar tidak menimbulkan kerancuan bahkan ketidakadilan di tengah-tengah masyarakat. Beranjak dari contoh kasus di atas, maka hadiah dalam UU Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam harus memiliki kriteria yaitu hadiah tersebut harus memiliki nilai apresiatif atas suatu prestasi. Sehingga dengan kriteria nilai apresiasi atas prestasi yang menjadi rujukan untuk menentukan apakah hadiah itu dapat dikategorikan ke dalam harta bersama atau tidak, maka terdapat suatu kepastian hukum atas harta benda yang diperoleh sebagai apresiasi terhadap suatu prestasi. Menggunakan kriteria berupa nilai apresiasi atas suatu prestasi tersebut, maka hadiah yang diperoleh dari undian berhadiah yang diselenggarakan oleh bank atau suatu badan lainnya seperti undian yang diselenggarakan oleh koran harian Analisa, koran harian Waspada, dan lain- lain, dapat dikategorikan sebagai harta bersama dalam suatu perkawinan. Sedangkan hadiah yang mempunyai nilai apresiasi atas suatu prestasi, tidak dapat dikategorikan sebagai harta bersama. Berdasarkan hal tersebut, kriteria hadiah undian sebagai harta bersama dalam perkawinan adalah tidak adanya nilai apresiasi atas suatu Universitas Sumatera Utara prestasi dari hadiah undian yang diberikan kepada pemenang undian tersebut. Atau dengan kata lain, dikarenakan tidak adanya nilai apresiasi atas hadiah yang didapat dari undian berhadiah, dikarenakan sifatnya yang cuma-cuma, maka harta perkawinan yang diperoleh dari undian berhadiah tersebut termasuk ke dalam harta bersama.

C. Penyelesaian Sengketa Akibat Perceraian Atas Harta Perkawinan Yang

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Terhadap Sita Marital Atas Sengketa Harta Bersama Dalam Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

10 140 156

Perkawinan Campuran Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Tentang Perkawinan

2 93 97

Aspek Hukum Sita Marital Terhadap Sengketa Harta Bersama Dalam Perkawinan Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Kuhperdata) Dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

0 63 163

ANALISIS YURIDIS DISPENSASI PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

0 10 16

KEDUDUKAN HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

0 3 17

Pembagian Harta Bersama Yang Diakibatkan Perceraian dari Perkawinan Berbeda Agama Menurut Undang-undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

0 0 1

TINJAUAN PEMBAGIAN HARTA BERSAMA AKIBAT TERJADINYA PERCERAIAN DALAM PERKAWINAN CAMPURAN DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN.

0 1 1

ASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN | NURFIANTI | Legal Opinion 5911 19659 1 PB

0 1 10

View of Harta Bersama dalam Perkawinan Poligami Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Hukum Islam

0 2 20

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN A. PERKAWINAN 1. Pengertian dan Tujuan Perkawinan - Tinjauan Yuridis Terhadap Sita Marital Atas Sengketa Harta Bersama Dalam Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kitab Undang-Un

0 0 47