BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyelenggaraan undian dengan hadiah yang memiliki nilai materil ekonomis hingga ratusan juta rupiah menjadi semakin marak. Undian-undian
berhadiah ini umumnya dibuat oleh bank, perusahaan makanan atau produk jual lainnya, media televisi maupun cetak, atau pusat-pusat perbelanjaan.
Pelaksanaan undian berhadiah ini bertujuan agar dapat bertahan di tengah ketat dan kerasnya persaingan bisnis di Tanah Air dan menjaring lebih banyak
konsumennasabah baru, serta menjaga loyalitas konsumennasabah lama. Penyelenggaraan undian dengan hadiah ini tidak hanya sekedar basa-
basi tetapi dilakukan dengan praktek kejujuran sebagaimana dapat diketahui dari kenyataan adanya konsumen yang memperoleh hadiah fantastis berupa
uang tunai maupun mobil baru maupun dalam bentuk tabungan bernilai ratusan juta rupiah yang pengumumannya dimuat baik di media cetak maupun
media televisi. Pengundian pemenang undian berhadiah ini bersifat terbuka untuk umum dan dilaksanakan oleh Notaris dengan disaksikan oleh Pejabat
Departemen Sosial untuk wilayah Pusat dan Pejabat Pemerintah Daerah untuk wilayah Daerah sesuai tugas dan fungsinya serta Pejabat Kepolisian
Universitas Sumatera Utara
setempat.
4
Hasil dari penarikan undian berhadiah ini juga harus diumumkan kepada masyarakat baik melalui media cetak maupun elektronik.
5
a. Tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu yang
dijanjikan; Hal ini
sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang menyebutkan bahwa :
“Pelaku usaha dalam menawarkan barang danatau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dengan memberikan hadiah melalui cara undian
dilarang untuk :
b. Mengumumkan hasilnya tidak melalui media massa;
c. Memberikan hadiah yang tidak sesuai dengan yangdijanjikan;
d. Mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah yang
dijanjikan.” Hadiah-hadiah yang ditawarkan bagi para pemenang undian
berhadiah ini pun beragam. Mulai dari barang-barang berwujud seperti telepon genggam, sepeda motor, mobil, rumah, ataupun yang tidak berwujud seperti
liburan ke luar negeri, deposito bernilai ratusan juta rupiah, hingga penawaran paket umroh maupun naik haji bagi pemenangnya. Dilihat dari segi nominal,
hadiah-hadiah undian ini tidak kecil, bahkan mencapai ratusan juta hingga milyaran rupiah.
Besaran nilai undian berhadiah ini tentulah menggiurkan bagi konsumen. Dan sudah pasti hal ini membawa kegembiraan bagi para
pemenangnya. Terlebih apabila yang menjadi pemenang adalah satu keluarga. Hadiah yang diperoleh dalam bentuk deposito tabungan dapat dipergunakan
untuk menjamin kelangsungan hidup keluarga tersebut, sedangkan hadiah
4
Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 73HUK2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Izin Dan Penyelenggaraan Undian Gratis, hal. 35.
5
Ibid, hal. 34.
Universitas Sumatera Utara
yang berbentuk benda, seperti mobil atau rumah, dapat dijadikan aset keluarga. Namun, akan timbul persoalan hukum apabila keluarga yang
menjadi pemenang undian berhadiah tersebut mengalami percekcokan rumah tangga yang bermuara pada perceraian.
Perceraian ini kemudian mengundang persengketaan yang menjadi dampak dari suatu perceraian, yaitu persengketaan tentang harta milik
bersama suami-isteri atau harta gono-gini. Di dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan disebutkan bahwa :
“Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah di bawah
penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.”
6
Merujuk pada ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yang tidak menjadikan hadiah sebagai suatu harta
bersama, tentulah hadiah yang dimenangkan keluarga yang bercerai tersebut akan menjadi suatu perselisihan hukum, yaitu apakah hadiah tersebut tidak
dapat dikonstruksikan sebagai suatu harta bersama sehingga apabila perceraian terjadi maka hadiah tersebut menjadi milik atau dianggap sebagai
harta bawaan dari suami atau istri yang formil menjadi pemenang atas hadiah tersebut. Terlebih apabila perolehan hadiah tersebut berawal dari atau tidak
terlepas dari peran suami atau istri yang bukan menjadi pemenang atas hadiah tersebut. Sebagai ilustrasi, dalam suatu perkawinan di mana biaya
hiduprumah tangga sepenuhnya bersumber dari penghasilan suami,
6
Pasal 35 ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
Universitas Sumatera Utara
sedangkan istri tidak memiliki penghasilan atau dengan kata lain hanya seorang ibu rumah tangga. Namun, istri memiliki tabungan di bank yang
bersumber dari penghematan biaya rumah tangga sehari-hari, dan keberadaan tabungan tersebut tidak diketahui oleh suami. Lalu tabungan tersebut keluar
sebagai pemenang hadiah utama satu unit mobil jaguar dari undian berhadiah yang diadakan oleh bank tempat istri menabung.
Kriteria hadiah di dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tidak dijumpai, maka hal inilah yang ingin diangkat
menjadi topik pembahasan dalam skripsi ini. Demikian pula halnya belum ada ditemukan yurisprudensi yang mengatur mengenai pembagian harta
perkawinan yang berasal dari hadiah undian seperti tersebut di atas. Oleh karena itu, pembahasan dalam skripsi ini menitikberatkan pada masalah
pembagian harta yang diperoleh melalui undian berhadiah apabila terjadi perceraian di dalam keluarga yang menjadi pemenang dari undian berhadiah
tersebut.
B. Perumusan Masalah