Pengertian Undian Menurut Undang-Undang

BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI HADIAH UNDIAN

A. Pengertian Undian Menurut Undang-Undang

Demi mempertahankan eksistensi di dalam kerasnya dunia bisnis dan untuk menarik pelanggan, suatu badan atau perusahaan melakukan strategi bisnis dengan menyelenggarakan program pemberian hadiah untuk para pelanggan. Program pemberian hadiah tersebut sesungguhnya sebagai salah satu sarana mengiklankan produk perusahaan. Oleh karena itu, program pemberian hadiah oleh suatu perusahaan fungsi ganda, yaitu : Pertama untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada. Kedua untuk menarik pelanggan baru. Pemberian hadiah kepada para pelanggan biasanya dilakukan dengan cara undian. Pengertian dari undian dapat dilihat di dalam Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1954 Tentang Undian yang berbunyi sebagai berikut : “Yang diartikan dengan kata undian dalam undang-undang ini ialah tiap-tiap kesempatan yang diadakan oleh sesuatu badan untuk mereka yang Universitas Sumatera Utara setelah memenuhi syarat-syarat tertentu dapat ikut serta memperoleh hadiah berupa uang atau benda, yang akan diberikan kepada peserta-perserta yang ditunjuk sebagai pemenang dengan jalan undi atau dengan lain cara menentukan untung yang tidak terbanyak dapat dipengaruhi oleh peserta sendiri.” Merujuk kepada pengertian undian yang disebutkan dalam Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1954 Tentang Undian, maka yang dimaksud dengan undian adalah merupakan perjanjian untung-untungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1774 KUHPerdata yang berbunyi sebagai berikut : “Suatu perjanjian untung-untungan adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung-ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi sementara pihak, bergantung kepada suatu kejadian yang belum tentu. Demikian adalah persetujuan penanggungan, bunga cagak-hidup, perjudian dan pertaruhan.” Perjanjian untung-untungan ini menurut pendapat A. Pitlo yang dikutip oleh R.M. Suryodiningrat ialah perjanjian di mana salah satu dari kedua prestasi pasti ada, sedangkan kontra-prestasi tidak menentu, atau kedua prestasi tidak menentu, sedangkan para pihak justru sehubungan dengan tak kepastian itu menutup perjanjian. 33 Menurut Beliau, suatu perjanjian untung-untungan itu tidak akan terjadi apabila tidak ada unsur untung-untungan atau “kans” di dalamnya. Contohnya dalam taruhan, setiap pihak mengikat diri sesuai dengan terjadinya suatu peristiwa tak pasti. 34 33 R.M. Suryodiningrat, Perikatan-Perikatan Bersumber Perjanjian Bandung : Tarsito, 1982, hal. 107. 34 Ibid. Universitas Sumatera Utara Penyelenggaraan suatu undian berhadiah, baik yang datangnya dari luar negeri maupun dari dalam negeri, dipersyaratkan harus terlebih dahulu mendapat izin dari pihak yang berwajib, sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1954 Tentang Undian yang berbunyi : “ Barang siapa mengadakan undian harus lebih dahulu mendapat izin dari yang berwajib berdasarkan peraturan-peraturan dalam pasal-pasal berikut, kecuali yang ditetapkan dalam pasal 2.” Pihak berwajib yang memberi izin penyelenggaraan undian sebagaimana yang disebutkan dalam pasal di atas telah ditentukan dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1954 Tentang Undian jo. Keputusan Presiden Nomor 48 tahun 1973 jo. pasal 2 ayat 1 Peraturan Menteri Sosial R.I. No. 13Huk2005 tentang Izin Undian. Untuk lebih jelasnya, ketentuan- ketentuan tersebut adalah berbunyi sebagai berikut : “Pasal 5 Undang-Undang Nomor 22 tahun 1954 Tentang Undian : “1 Izin mengadakan undian untuk segala rupa undian dengan jumlah harga nominal undian setinggi-tingginya Rp. 10.000,- sepuluh ribu rupiah diberikan oleh Kepala Daerah Propinsi atau Kepala Daerah lainnya yang kekuasaannya sederajat. 2 Izin mengadakan undian untuk segala rupa undian dengan jumlah harga nominal undian lebih dari Rp. 10.000,- sepuluh ribu rupiah diberikan oleh Menteri Sosial.” Keputusan Presiden No. 48 Tahun 1973 tentang Penertiban Penyelenggaraan Undian : “Pertama : Universitas Sumatera Utara Menunjuk Menteri Sosial untuk : a. Menertibkan dan mengatur kembali pemberian izin undian yang telah diberikan oleh para Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, berdasarkan Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1954 tentang Undian, dan membatasi penyelenggaraannya sampai lingkungan sekecil-kecilnya dengan mencegah meluasnya ke masyarakat. b. Mengkoordinir pemberian izin-izin undian yang dikeluarkan oleh para Pejabat tersebut pada huruf a Diktum ini serta memberikan petunjuk-petunjuk yang terperinci, baik mengenai tata cara perizinan pengarahan dan penyaluran hasilnya maupun mengenai pengawasan penyelenggaraannya dan lain-lainnya.” Bunyi Keputusan Presiden tersebut menyatakan bahwa Presiden memberikan wewenang sepenuhnya kepada Menteri Sosial untuk mengawasi dan mengontrol undian berhadiah yang diadakan oleh suatu instansi. Pasal 2 ayat 1 Peraturan Menteri Sosial R.I.No. 13Huk2005 tentang Izin Undian menyebutkan bahwa : “Setiap penyelenggaraan undian harus mendapat izin terlebih dahulu dari Menteri Sosial.” Pasal 5 Peraturan Menteri Sosial R.I. No. 13HUK2005 tentang Izin Undian menegaskan bahwa bagi penyelenggaraan undian yang hanya dilakukan dalam lingkungan terbatas untuk para anggotanya dan tidak ada unsur jual-beli atau promosi, dapat dilakukan tanpa izin dari Menteri Sosial. Berdasarkan penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian undian menurut Undang-Undang adalah suatu permainan untung- untungan tanpa ada unsur jual-beli atau promosi yang diadakan oleh suatu badan dengan terlebih dahulu mendapat izin dari pihak yang berwajib Menteri Sosial atau Kepala Daerah Tingkat I, untuk para peserta yang Universitas Sumatera Utara setelah memenuhi syarat-syarat tertentu dapat ikut serta memperoleh hadiah berupa uang atau benda dengan jalan diundi atau dengan lain cara menentukan untung yang tidak dapat dipengaruhi oleh peserta sendiri. Permainan untung-untungan yang menjanjikan hadiah uang atau benda dengan jalan diundi atau menentukan untung dengan cara lain tanpa terlebih dahulu mendapat izin dari pihak yang berwajib bukanlah merupakan undian dan dapat digolongkan ke dalam perjudian. Wirjono Prodjodikoro mengemukakan bahwa lotere atau undian ini sebetulnya masuk dalam pengertian ‘pertaruhan’, akan tetapi karena adanya undang-undang yang mengatur perizinan untuk mengadakan lotere atau undian tersebut, maka segala lotere atau undian yang diadakan tanpa izin adalah dilarang dan karenanya tidak dapat mengakibatkan hak untuk menggugat di muka Hakim apabila timbul hutang akibat judi sesuai bunyi Pasal 1788 KUHPerdata atau apabila terjadi wan prestasi. Sedangkan lotere yang diselenggarakan oleh pemerintah adalah merupakan pengecualian dari Pasal 1788 KUHPerdata tersebut dan dapat dilakukan penuntutan pembayaran. 35 35 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu Jakarta : Sumur Bandung, 1985, hal. 148. Pelaksanaan undian yang tidak mendapat izin pemerintah adalah ilegal dan dengan demikian dapat dihukum pidana sesuai ketentuan Pasal 12 ayat 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1954 tentang Undian yang berbunyi : Universitas Sumatera Utara “1 Dengan hukuman kurungan selama-lamanya satu tahun atau hukuman denda setinggi-tingginya Rp. 10.000,- sepuluh ribu rupiah dihukum barang siapa yang: a. mengadakan undian dengan tidak mendapat izin lebih dahulu seperti dimaksud dalam Pasal 1 ayat 1; b. melakukan tanpa izin Menteri Sosial perbuatan-perbuatan yang menurut Pasal 10 ayat 1 terlebih dahulu harus diminta izin; c. Mengadakan undian yang tidak memenuhi syarat-syarat sebagai tercantum dalam keputusan izin bersangkutan; d.menjual, menawarkan, membagibagikan kepada umum atau menyimpan untuk dijual, ditawarkan dan dibagi-bagikan kepada umum surat-surat undian dari pada undian seperti dimaksudkan pada sub a diatas; e. melakukan perbuatan apapun juga dengan maksud membantu pebuatan-perbuatan dimaksud pada sub a, b, c, dan d tersebut diatas; f. memakai uang hasil undian menyimpang dari maksud mengadakan undian tersebut dalam Pasal 4 ayat 1 sub a atau memakai hasil undian menyimpang dari syarat-syarat pemakaian itu tersebut dalam surat izin dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1, kecuali bilamana Menteri Sosial memberikan izin untuk menyimpang. 2 Dengan hukuman denda setinggi-tingginya Rp. 3.000,- tiga ribu rupiah dihukum barang siapa yang tidak mengadakan pemberitahuan seperti dimaksud dalam Pasal 2 sub b. 3 Perbuatan-perbuatan termaksud dalam ayat 1 dan 2 dipandang sebagai pelanggaran. 4 Semua harta benda kepunyaan terdakwa yang diperolehnya karena melakukan pelanggaran dimaksud dalam ayat 3 tersebut diatas dan segala sesuatu yang dipergunakannya untuk melaku-kan perbuatan-perbuatan dimaksud dalam ayat 1 dan 2 tersebut diatas, baik kepunyaan terdakwa maupun orang lain dapat disita oleh Negara.” Menurut Peraturan Menteri Sosial R.I. No. 13HUK 2005 tentang Izin Undian, bentuk undian itu ada 5 lima kriterium yaitu : 1. Undian yang ada harga nominal adalah suatu undian yang diselenggarakan dengan menjual kupon undian yang harga nominalnya telah ditetapkan terlebih dahulu Pasal 1 ayat 3. Universitas Sumatera Utara 2. Undian gratis berhadiah adalah suatu undian yang diselenggarakan secara cuma-cuma dan digabungkandikatikan dengan perbuatan lain Pasal 1 ayat 4. 3. Perbuatan lain adalah suatu kegiatan permainan atau penjualan barangjasa yang dijadikan sebagai syarat utama untuk mengikuti undian, yang bentuk kegiatannya berupa promosi langsung atau tidak langsung Pasal 1 ayat 5. 4. Undian langsung adalah undian yang penentuan pemenang hadiahnya dilakukan secara langsung tanpa diundi, dalam waktu tertentu yang hadiahnya dapat langsung diketahui; seperti dengan cara menggosokmengerik atau cara lain Pasal 1 ayat 6. 5. Undian tidak langsung adalah undian yang penentuan pemenangnya dilakukan dengan cara mengundi kupon atau sarana undian lainnya dalam waktu tertentu Pasal 1 ayat 7.

B. Syarat Untuk Memperoleh Hadiah Undian

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Terhadap Sita Marital Atas Sengketa Harta Bersama Dalam Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

10 140 156

Perkawinan Campuran Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Tentang Perkawinan

2 93 97

Aspek Hukum Sita Marital Terhadap Sengketa Harta Bersama Dalam Perkawinan Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Kuhperdata) Dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

0 63 163

ANALISIS YURIDIS DISPENSASI PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

0 10 16

KEDUDUKAN HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

0 3 17

Pembagian Harta Bersama Yang Diakibatkan Perceraian dari Perkawinan Berbeda Agama Menurut Undang-undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

0 0 1

TINJAUAN PEMBAGIAN HARTA BERSAMA AKIBAT TERJADINYA PERCERAIAN DALAM PERKAWINAN CAMPURAN DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN.

0 1 1

ASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN | NURFIANTI | Legal Opinion 5911 19659 1 PB

0 1 10

View of Harta Bersama dalam Perkawinan Poligami Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Hukum Islam

0 2 20

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN A. PERKAWINAN 1. Pengertian dan Tujuan Perkawinan - Tinjauan Yuridis Terhadap Sita Marital Atas Sengketa Harta Bersama Dalam Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kitab Undang-Un

0 0 47