b. Pabean
Pabean yang dalam bahasa Inggrisnya Customs atau Duane dalam bahasa Belanda memiliki definisi yang dapat kita temukan dan hafal baik dalam kamus
bahasa Indonesia ataupun undang-undang kepabeanan. Untuk dapat memahami kata pabean maka diperlukan pemahaman terhadap kegiatan ekspor dan impor.
Pabean adalah kegiatan yang menyangkut pemungutan bea masuk dan pajak dalam rangka impor. Akan tetapi tidak ada bea keluar untuk ekspor .
Filosofi pemungutan bea masuk adalah untuk melindungi industri dalam negeri dari limpahan produk luar negeri yang diimpor, dalam bahasa perdagangan
sering disebut tariff barier yaitu besaran dalam persen yang ditentukan oleh negara untuk dipungut oleh DJBC pada setiap produk atau barang impor. Sedang
untuk ekspor pada umumnya pemerintah tidak memungut bea demi mendukung industri dalam negeri dan khusus untuk ekspor pemerintah akan memberikan
insentif berupa pengembalian restitusi pajak terhadap barang yang diekspor. Produk mentah seperti beberapa jenis kayu, rotan dan sebagainya
pemerintah memungut pajak ekspor dan pungutan ekspor dengan maksud agar para eksportir sedianya dapat mengekspor produk jadi dan bukanlah bahan
mentah atau setengah jadi. Filosofi pemungutan pajak ekspor pada komoditi ini adalah untuk melindungi sumber daya alam Indonesia dan menjamin ketersediaan
bahan baku bagi industri dalam negeri.
c. Proses Impor dan Pabean
Kegiatan impor dapat dikatakan sebagai proses jual beli biasa antara penjual yang berada di luar negeri dan pembeli yang berada di Indonesia.
Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar Daerah Pabean dan pemungutan Bea
Masuk. DJBC harus memungut bea masuk atas suatu jenis barang impor dengan suatu tarif tertentu pada hakikatnya telah dituangkan dalam perundang-undangan.
Demikian pula tata cara pemeriksaan barang impor berdasarkan prosedur atau petunjuk pelaksanaan tertentu yang dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri
atau Surat Keputusan Direktur Jenderal Bea Cukai.
3.1.3. Reformasi Pelayanan DJBC
Perkembangan perdagangan internasional, baik yang menyangkut kegiatan di bidang impor maupun ekspor akhir-akhir ini mengalami kemajuan yang sangat
pesat. Pesatnya kemajuan di bidang tersebut ternyata menuntut diadakannya suatu sistem dan prosedur kepabeanan yang lebih efektif dan efisien serta mampu
meningkatkan kelancaran arus barang dan dokumen. Penerapan pelayanan kepabeanan yang didukung Teknologi Informasi
menunjukkan kesungguhan DJBC untuk benar-benar serius dalam melakukan reposisi peran dan fungsinya dalam meningkatkan kualitas pelayanan, khususnya
kepada para pengguna jasa kepabeanan. Dengan penerapan pemberitahuan pabean melalui media elektronik, DJBC dapat memberikan pelayanan tanpa kertas
paperless, tanpa antrian queless, dan tanpa biaya tinggi costless, sehingga kualitas pelayanan dapat dipercepat dan ditingkatkan. Disamping itu penerapan
pemberitahuan melalui media elektronik dapat sangat membantu tersedianya data informasi secara baik dan tepat waktu baik untuk kebutuhan keputusan
operasional di kantor-kantor pelayanan bea dan cukai bersangkutan maupun untuk kebutuhan kebijaksanaan teknis ditingkat Direktorat Jenderal ataupun untuk
kebutuhan kebijaksanaan makro ditingkat Menteri bahkan untuk kebutuhan kebijaksanaan nasional.
Pelaksanaan penerapan pemberitahuan pabean melalui media elektronik dimulai dengan penerapan sistem Customs Fast Release System untuk pelayanan
dokumen impor didukung media komputer. Sistem yang diterapkan sejak awal 90-an ini kemudian lebih disempurnakan dengan pemanfaatan sistem EDI
Electronic Data Interchange yang diuji coba mulai 1 April 1997. Kemudian sejak 1 April 1998, Sistem EDI Kepabeanan di bidang impor dinyatakan
mandatory untuk digunakan dalam pengurusan dokumen impor Pemberitahuan Impor Barang-EDI di KPBC-KPBC Tanjung Priok I, II, III Jakarta serta KPBC
SH-II Cengkareng. Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan, dengan berbagai keterbatasannya, penerapan sistem PIB-EDI memberikan manfaat yang
cukup besar bagi masyarakat usaha mitra DJBC, terutama dalam bentuk pelayanan yang lebih cepat, nyaman dan mudah.
Selanjutnya, dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan publik memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam wujud
website bea cukai. Di dalam website tersebut terdapat berbagai jenis pelayanan mengenai bea dan cukai.
Tugas lain DJBC adalah menjalankan peraturan terkait ekspor dan impor yang diterbitkan oleh departemen atau instansi pemerintahan yang lain, seperti
dari Departemen Perdagangan, Departemen Pertanian, Departemen Kesehatan,
Badan Pengawas Obat dan Makanan, Departemen Pertahanan dan peraturan lembaga lainya. Semua peraturan ini menjadi kewajiban bagi DJBC untuk
melaksanakannya karena DJBC adalah instansi yang mengatur keluar masuknya barang di wilayah Indonesia. Esensi dari pelaksanaan peraturan-peraturan terkait
tersebut adalah demi terwujudnya efisiensi dan efektivitas dalam pengawasan dan pelayanan, karena tidak mungkin jika setiap instansi yang berwenang tersebut
melaksanakan sendiri setiap peraturan yang berkaitan dengan hal ekspor dan impor, tujuan utama dari pelaksanaan tersebut adalah untuk menghidari birokrasi
panjang yang harus dilewati oleh setiap pengekspor dan pengimpor dalam beraktivitas. Oleh karena itu, perlu adanya suatu sistem yang dapat
mengintegrasikan beberapa instansi tersebut dan pada akhirnya dapat meringankan pekerjaan dari DJBC. Sistem tersebut adalah sistem NSW National
Single Window. Sistem INSW adalah sistem yang akan melakukan integrasi informasi
berkaitan dengan proses penanganan dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang , yang menjamin keamanan data dan informasi serta memadukan alur dan
proses informasi antar sistem internal secara otomatis, yang meliputi sistem kepabeanan, perizinan, kepelabuhanankebandar-udaraan, dan sistem lain yang
terkait dengan proses penanganan dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang. Sistem elektronik wajib diberlakukan dalam penanganan dokumen perizinan yang
berkaitan dengan impor alat dan perangkat telekomunikasi dalam kerangka INSW dilingkungan Departemen Komunikasi dan Informasi, yang pelaksanaannya
dilakukan oleh Direktorat Jenderal masing-masing, berdasarkan tata cara pelaksanaan prosedur operasional standar yang baku.
Dalam rangka mendukung peningkatan daya saing perekonomian nasional dan guna mendukung kebijakan pemerintah untuk meningkatkan pemberian
pelayanan kepabeanan, perlu menetapkan waktu pelayanan kepabeanan di pelabuhan tertentu selama 24 dua puluh empat jam sehari dan 7 tujuh hari
seminggu dan diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor
504Pmk.042009 tentang Pelayanan 24 Jam Sehari dan Tujuh Hari Seminggu pada Kantor Pabean di pelabuhan tertentu. Direktur Jenderal Bea dan Cukai
mengatur penugasan pejabatpegawai dengan mempertimbangkan beban kerja dan ketersediaan pejabatpegawai, penugasan pejabatpegawai dilakukan dengan
giliran kerja shift danatau kerja lembur. Pelayanan kepabeanan yang belum dapat diselesaikan oleh pejabatpegawai pada hari dan jam kerja, diluar hari
danatau jam kerja, atau pada hari libur kerja, sebagaimana dimaksud dapat dilimpahkan penyelesaiannya kepada pejabatpegawai yang ditugaskan pada
giliran kerja shift berikutnya.
3.1.4. Kantor Wilayah DJBC
Direktorat Jenderal Bea Cukai memiliki kantor wilayah yang tersebar di wilayah Indonesia. Kantor Wilayah adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Untuk di Sumatera Utara terdapat Kantor Wilayah DJBC
Sumatera Utara membawahi kantor pelayanan bea dan cukai sebagai berikut:
1. KPPBC Tipe Madya Pabean Belawan
2. KPPBC Tipe A3 Medan
3. KPPBC Tipe A3 Teluk Bayur
4. KPPBC Tipe A4 Teluk Nibung
5. KPPBC Tipe B Kuala Tanjung
6. KPPBC Tipe B Pangkalan Susu
7. KPPBC Tipe B Pematang Siantar
8. KPPBC Tipe B Sibolga
3.2. Profil KPPBC Tipe Madya Pabean Belawan
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Belawan sebagai kantor pengawasan dan pelayanan adalah instansi vertikal
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Sumatera
\Utara berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 74PMK.012009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai. Pada tanggal tanggal 24 Desember 2008, Kantor Pengawasan dan
Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A1 Belawan secara resmi berubah menjadi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Belawan yang
diresmikan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Anwar Suprijadi. Perubahan yang dilakukan merupakan bagian dari pelaksanaan reformasi
yang sedang dilakukan dilingkungan Departemen Keuangan, khususnya
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Belawan sebagai salah satu unit DJBC, diharapkan
dapat memberikan yang terbaik pada masyarakat dalam hal pelayanan dibidang kepabeanan dan sekaligus mampu meningkatkan pengawasan terhadap pemberian
pelayanan prima dan pengawasan yang efektif kepada pengguna jasa kepabeanan dan cukai dengan mengimplementasikan cara kerja yang cepat, efisien,
transparan, dan responsif terhadap kebutuhan pengguna jasa, dengan dukungan instansi yang terkait.
3.3. Visi dan Misi KPPBC Tipe Madya Pabean Belawan