Latar Belakang Penelitian Penerapan Electronic Government Dalam Pelayanan Publik Pada Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean Belawan

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Globalisasi merupakan sebuah fenomena dimana negara-negara di dunia secara langsung maupun tidak langsung mengharapkan terjadinya sebuah interaksi antar masyarakat yang jauh lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan sebelumnya. Proses interaksi dan komunikasi antar negara-negara di dunia akan jauh lebih intens dibanding dengan apa yang selama ini terjadi. Proses interaksi ini telah membuka isolasi batasan antar negara baik dalam hubungan bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun hukum. Hal ini menunjukkan adanya pertumbuhan dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang dengan sedemikian pesatnya, telah menempatkan informasi sebagai salah satu sumber daya yang sangat penting. Teknologi informasi melingkupi masalah sistem yang mengumpulkan, menyimpan, memproses, memproduksi dan mengirimkan informasi dari dan ke industri ataupun masyarakat secara efektif dan efisien. Teknologi informasi ini telah digunakan dalam berbagai sektor kehidupan, mulai dari perdaganganbisnis, pendidikan, kesehatan, transportasi, industri, pariwisata, lingkungan sampai pada sektor hiburan. Peranan teknologi informasi dalam menunjang sistem operasional dan manajerial pada instansi pemerintahan dewasa ini dirasakan sangat penting. Karena pada dasarnya mayoritas bentuk pelayanan pemerintah kepada masyarakat adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengumpulan, pengolahan, dan penyediaan berbagai data informasi, pengetahuan, maupun kebijakan beserta penyebarannya ke seluruh anggota masyarakat yang membutuhkan. Menyadari akan pentingnya peranan sistem informasi dalam sistem pemerintahan, dan didorong dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dalam era milenium ini, perencanaan yang baik sangat diperlukan dalam pemilihan teknologi ataupun implementasi teknologi informasi pada pemerintahan. Melalui pemanfaatan teknologi informasi pada instansi pemerintahan, masyarakat menginginkan pemerintahan yang bersih, transparan, efektif, efisien, dan akuntabel dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik good governance dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Untuk menjawab tuntutan tersebut, pemerintah Indonesia harus mengadakan berbagai perubahan. Jika dahulu pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah melalui birokrasinya dikenal bersifat kaku, lambat, berbelit-belit, boros, dan manajemennya dengan sistem hierarki kewenangan yang panjang yang menyebabkan panjangnya lini pengambilan keputusan, maka saat ini pelayanan publik perlu menjadi efektif dan efisien, dapat memenuhi kepentingan masyarakat luas, dapat diandalkan, terpercaya, dan mudah dijangkau. Di negara-negara maju, hasil dari pemanfaatan teknologi digital Electronic Digital Services telah melahirkan sebuah bentuk mekanisme birokrasi pemerintahan yang baru, yang mereka istilahkan sebagai Electronic Government e-Government. Dengan mekanisme yang baru ini diharapkan agar terdapat perubahan dimana interaksi pemerintah dengan masyarakatnya dapat menjadi lebih efektif dan efisien serta tidak terlampau birokratis seperti saat-saat sebelumnya. Negara-negara Uni Eropa telah sukses melaksanakan e- Government. Bahkan Canada, Singapura, dan Amerika telah mangungguli Uni Eropa dalam area e-Government. Jusuf dalam Hexagraha, 2006:75. Inisiatif e-Government di Indonesia telah diperkenalkan melalui Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2001 tentang Telematika Telekomunikasi, Media dan Informatika yang menyatakan bahwa aparat pemerintah harus menggunakan teknologi telematika untuk mendukung good governance dan mempercepat proses demokrasi. Selanjutnya keluarnya Instruksi Presiden RI No.3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government merupakan langkah serius pemerintah Indonesia untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pemerintahan dan menciptakan masyarakat Indonesia yang berbasis informasi. Oleh karena itu, e-Government wajib diperkenalkan dan diterapkan di kantor-kantor pemerintahan termasuk di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai KPPBC Tipe Madya Pabean Belawan . Penerapan e-Government di KPPBC Tipe Madya Pabean Belawan merupakan wujud modernisasi administrasi kepabean dan perizinan ekspor dan impor untuk menjawab tuntutan pelayanan yang cepat, mudah, dan akurat. Penerapan e-Government di KPPBC Tipe Madya Pabean Belawan berupa penerapan sistem National Single Window NSW yaitu sistem berupa portal yang diterapkan untuk melayani pengurusan dokumen kepabeanan dan perizinan impor dan ekspor secara elektronik. Penerapan sistem National Single Window NSW membantu memperbaiki kondisi aktivitas ekspor dan impor sehingga kualitas pelayanan publik pun meningkat. Sistem NSW ini dapat menjadi solusi atas permasalahan yang terjadi pada proses kelancaran arus barang ekspor dan impor, mulai dari produksi hingga transaksi. Dengan penanganan pelayanan yang umumnya masih dilakukan secara manual, masih banyaknya jumlah dokumen, kurangnya transparansi sehingga menyebabkan terjadinya penyalahgunaan wewenang, serta masi kurangnya informasi kebijakan ekspor dan impor serta kepabean menjadi hambatan dalam proses kelancaran arus barang. Sistem NSW untuk pelayanan impor sudah dilakukan tanggal 17 Desember 2007 hingga saat ini sudah diterapkan secara mandatori di lima pelabuhan utama, yaitu Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, Belawan dan Bandara Soekarno Hatta. Sementara untuk sistem NSW pelayanan ekspor penerapannya diawali dengan penerapan secara mandatory di Pelabuhan Tanjung Perak pada tanggal 18 januari 2010, kemudian di Tanjung Emas mulai tanggal 17 Juni 2010, Pelabuhan Belawan mulai tanggal 15 juli 2010, Tanjung Priok mulai tanggal 5 Agustus 2010 dan di Bandara Soekarno Hatta pada tanggal 23 September 2010. http:www.insw.go.idview-informasi?page=97beritalaporan- perkembangan-penerapan-sistem-insw-di-indonesia.html, diakses pada tanggal 17 Januari 2011 pukul 21.35. National Single Window NSW merupakan vitural office, dalam bahasa sederhana proses perizinan ekspor impor dilakukan secara full electronic. Dimana sebelumnya pengusaha menggunakan paper manual atau disketUSB semi elektronik untuk mengurus dokumen. NSW juga memangkas pengulangan- pengulangan data yang ada diberbagai instansi. Misalnya untuk mengeluarkan barang, pengusaha harus dilengkapi dengan dokumen yang dikeluarkan dari Departemen Perdagangan dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Untuk memperoleh dokumen dari Departemen Perdagangan, pengusaha harus melampirkan data seperti nama perusahaan, NPWP Nomor Pokok Wajib Pajak , alamat perusahaan dan sebagainya. Begitu pula untuk memperoleh dokumen dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, pengusaha harus melampirkan data-data sama dengan yang dibutuhkan Departemen Perdagangan. Data-data tersebut dapat disatukan untuk mengurangi reduksi data. Warta Bea Cukai Edisi 380 Juli 2006 Dalam portal ini, semua fitur yang disediakan dikelompokkan dalam dua lapis. Pada lapis pertama berisi informasi untuk publik, di mana terdapat semua informasi yang terkait dengan penerapan sistem NSW di Indonesia. Sedangkan lapis kedua, diperuntukkan bagi para pelaku usaha di bidang ekspor dan impor. Layar ini bisa diakses setelah mengisi user ID dan password yang disediakan untuk mengakses sistem pelayanan perizinan di instansi pemerintah terkait. Dengan layanan ini, pengguna jasa NSW dapat mengurus kepabeanan dan perizinan impor atau ekspornya cukup melalui portal NSW. Pengguna juga dapat mengikuti perkembangan pengurusan dokumennya melalui fasilitas track and trace yang dapat diakses di mana saja. Penerapan sistem NSW juga memudahkan petugas dalam melaksanakan fungsi pengawasan, terutama untuk mengawasi masuknya barang-barang impor yang terkena larangan dan pembatasan. http:bisniskeuangan.kompas.comread2010012918063583NSW.Permudah. Aktivitas.Ekspor.Impor, diakses pada tanggal 17 Januari pukul 21.20 Untuk registrasi importir dan eksportir, pengusaha mengajukan permohonan ekspor ataupun impor dengan cara mengisi formulir isian registrasi yang terdapat dalam portal secara online. Formulir isian dan tata cara registrasi dapat didownload dari website NSW www.insw.go.id. Formulir isian registrasi imortir meliputi data tentang eksistensi, identitas pengurus dan penanggung jawab, jenis usaha, dan kepastian penyelenggaraan pembukuan. Importir yang merangkap eksportir dan sudah melakukan registrasi INSW tidak perlu melakukan registrasi lagi. Otomatis menu ekspor akan diterima dalam portal. Kemudian pejabat bea dan cukai melakukan penelitian terhadap kebenaran data pada formulir isian. Importir ataupun eksportir yang telah memenuhi syarat registrasi diberikan Nomor Identitas Kepabeanan NIK. Nomor Identitas Kepabeanan adalah nomor identitas yang bersifat pribadi yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai kepada importir yang telah melakukan registrasi untuk mengakses atau berhubungan dengan sistem kepabeanan yang menggunakan teknologi informasi maupun secara manual. Dengan adanya NSW, proses perizinan dilakukan dengan cepat, menghemat waktu dan biaya karena tidak perlu datang ke kantor pelayanan sehingga tidak terjadi contact person dengan pejabat bea dan cukai. Barang bisa tiba dengan cepat sampai di tujuan, biaya produksi dan transaksi menjadi rendah sehingga mampu menekan ekonomi biaya tinggi. Penerapan e-Government dalam pelayanan publik tidak saja dapat meningkatkan efektifitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas, tetapi juga dapat memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengawasi, mendiskusikan, mengkritik, dan menganalisis keputusan dan tindakan yang berhubungan dengan kepabean dan cukai. Pelayanan publik pun dapat meningkat kualitasnya, dapat dijangkau oleh masyarakat luas secara interaktif, cepat, mudah, murah, dan akurat untuk mewujudkan good government. Mengingat pentingnya penerapan e-Government dalam pelayanan publik, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Penerapan Electronic Government dalam Pelayanan Publik di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Belawan”

1.2. Perumusan Masalah