Glukosamin Hidroklorida GlcN-HCl Recovery glukosamin hidroklorida dari cangkang udang melalui hidrolisis kimiawi sebagai bahan sediaan suplemen osteoartritis

Banyaknya jumlah dan jenis obat yang dipergunakan pasien meningkatkan risiko munculnya masalah yang berkaitan dengan obat. Pemilihan dan penggunaan obat yang tepat akan menentukan keberhasilan terapi obat Cipolle et al. 1998.

2.2 Glukosamin Hidroklorida GlcN-HCl

Glukosamin pertama kali diidentifikasi oleh Dr. Georg Ledderhose pada tahun 1876, tapi struktur stereokimia tidak sepenuhnya diketahui sampai ditemukan oleh Walter Haworth pada tahun 1939 Horton, Derek, dan Wander 1980 dalam Wales 2009. Glukosamin merupakan salah satu senyawa gula amino yang ditemukan secara luas pada tulang rawan dan memiliki peranan yang sangat penting untuk kesehatan dan kelenturan sendi EFSA 2009. Glukosamin ditemukan pada kitin, dimana k itin adalah kopolimer dari N-acetyl-D-glukosamin dan glukosamin. Secara umum, glukosamin terbagi menjadi tiga bentuk yaitu, glukosamin hidroklorida, glukosamin sulfat, dan N-asetil glukosamin Institute of Medicine 2004. Struktur glukosamin hidroklorida dan glukosamin sulfat dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Struktur kimia glukosamin hidroklorida dan glukosamin sulfat Mojarrad et al. 2007. Glukosamin sulfat 2-Amino-2-deoksi-D-glukosa sulfat merupakan garam dari gula amino dengan rumus kimia C 6 H 13 NO 5 H 2 SO 4 . Glukosamin merupakan senyawa alami yang terdapat dalam tubuh manusia yang terdiri dari glukosa dan asam amino glutamin, selain itu glukosamin adalah unsur pokok dari GAG pada tulang rawan kartilago dan cairan sinovial. Fungsi glukosamin dalam tubuh adalah untuk memproduksi cairan sinovial yang berfungsi sebagai pelumas pada tulang rawan, sehingga pergerakan tulang menjadi baik. Kekurangan cairan sinovial dalam tubuh akan menyebabkan terjadinya gangguan sendi, seperti gerakan sendi yang kaku sehingga akan berakibat terkena penyakit OA. Oleh karena itu, pemberian glukosamin sulfat secara oral dapat membantu produksi cairan sinovial sehingga dapat mencegah serta mengobati penyakit OA Williams 2004. Berbagai studi klinis telah membuktikan bahwa glukosamin aman untuk dikonsumsi FDA 2004; EFSA 2009. Sediaan glukosamin oral telah dipergunakan secara luas sebagai pengobatan osteoarthritis OA, yang berfungsi dengan berbagai mekanisme berdasarkan beberapa hasil penelitian in vitro Bigge et al. 2006. Glukosamin dapat diperoleh dari suplemen makanan dan umumnya dikombinasikan dengan suplemen lain seperti kondroitin sulfat dan metilsulfonilmetan. Umumnya, glukosamin yang umum dikonsumsi merupakan glukosamin dalam bentuk glukosamin sulfat dan glukosamin hidroklorida. Glukosamin sulfat pada dasarnya dikemukakan dan dipelajari untuk bahan pengobatan penyakit osteoarthritis, seperti kristal glukosamin sulfat, yang secara kimia mudah ditemukan dalam bentuk substansi murni dan tersedia dalam beberapa negara di dunia Foot et al. 2005. Penelitian Hathcock Andrew 2006 menunjukkan bahwa dosis glukosamin yang memenuhi batas aman konsumsi oral adalah sebesar 2000 mghari. Mekanisme kerja glukosamin yaitu dengan menghambat sintetis glikosaminoglikan dan mencegah destruksi tulang rawan. Glukosamin dapat merangsang sel-sel tulang rawan untuk pembentukan proteoglikan dan kolagen yang merupakan protein esensial untuk memperbaiki fungsi persendian. Pengolahan glukosamin hidroklorida dari kitin dilakukan melalui reaksi hidrolisis sederhana. Selama reaksi tersebut, kitin akan melewati proses deasetilasi dan depolimerisasi untuk menjadi glukosamin hidrolorida sebagai hasil dari perendaman didalam larutan asam hidroklorida Mojarrad et al. 2007. Kamasastri Prabu 1961 berhasil menghidrolisis glukosamin di bawah kondisi konsentrasi asam hidroklorida yang berbeda. Inouoe 1963 menyatakan bahwa hidrolisis glukosamin dapat diperoleh dari perendaman 594,7 gram kitin dari cangkang udang dalam 2,5 liter asam hidroklorida 20. Alphan 1929 menggunakan asam hidroklorida 37 pada suhu 100°C dengan perbandingan larutan asam dan kitin sebesar 5:1 vb. Ingle et al. 1973 mengaplikasikan tiga bagian proses yaitu pengadukan dalam larutan asam hidroklorida 20 pada suhu 100°C selama 2 jam menggunakan stirrer untuk menghidrolisis kitin.

2.3 Limbah Kulit Udang