Karakteristik Fisik dan Kimia Kulit Udang Putih Penaeus

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Fisik dan Kimia Kulit Udang Putih Penaeus

merguensis Analisis karakteristik fisik dan kimia bahan baku bertujuan untuk mengetahui kandungan spesifik yang terdapat dalam bahan baku kulit udang putih yang akan digunakan, selain untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari proses ekstraksi yang akan dilakukan. Komposisi kulit udang yang akan digunakan setelah dilakukan perlakuan pendahuluan dibandingkan dengan kulit udang dari penelitian lainnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Komposisi kimia kulit udang setelah perlakuan pendahuluan dibandingkan dengan hasil penelitian lain Paramater Kulit Udang Putih Penaeus merguensis Udang Windu Penaeus monodon Kulit Udang Putih Penaeus merguensis Kadar Air 8,885±0,007 - 10, 43 Kadar Abu 27,24 ± 0,81 17,41 33, 47 Kadar Protein 31,995±1,379 28,73 21, 52 Keterangan: a Aye Steven 2004 a b Murtihapsari et al. 2008 b Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi sintesis kemurnian kitin yaitu kadar protein dan mineral No et al. 1989. Selain itu Aye Steven 2004; Erika et al. 2005 menyampaikan bahwa proses sintesis kitin dapat dioptimalkan dengan adanya perlakuan awal pada bahan baku di perlakuan pendahuluan terlebih dahulu, sehingga mempermudah proses deproteinisasi dan demineralisasi saat ekstraksi kitin. Perlakuan pendahuluan yang dilakukan meliputi pencucian, perendaman dalam air hangat, dan pengecilan ukuran size reduction. Pencucian bertujuan untuk membersihkan kulit udang dari pengotor, sedangkan perendaman dalam air hangat dilakukan untuk melepaskan komponen organik yang masih menempel pada bahan baku, sementara size reduction berfungsi memudahkan kontak antara bahan baku dengan pelarut saat proses ekstraksi kitin berlangsung. Tabel 3 memperlihatkan bahwa kadar abu dan protein bahan baku masih lebih tinggi dibandingkan penelitian Aye Steven 2004 dengan kadar abu yang dimiliki 17,41 dan protein 28,73. Perbedaan ini diduga dikarenakan dalam penelitian ini tidak dilakukan perendaman larutan asam selama 6 jam. Aye Steven 2004 menyatakan bahwa perendaman larutan asam akan menurunkan protein dan abu lebih banyak dibandingkan tanpa perendaman larutan asam. Selain itu, perbedaan jenis spesies juga akan mempengaruhi kadar proksimat dari bahan baku Synowiecki et al. 2003. Akan tetapi jika dibandingkan dengan Murtihapsari et al. 2008 yang menggunakan spesies yang sama, hasil yang ditunjukkan masih lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa proses perlakuan pendahuluan cukup efektif untuk menurunkan kadar abu dan protein, sehingga dapat mempengaruhi kemudahan proses demineralisasi dan deproteinisasi dalam pembuatan kitin. Kulit udang setelah perlakuan pendahuluan dan penghomogenan 60 mesh dapat dilihat pada Gambar 5. a b Gambar 5 a kulit udang kering setelah perlakuan pendahuluan b kulit udang kering setelah penghomogenan 60 mesh

4.2 Karakteristik Kimia Kitin Hasil Ekstraksi dari Kulit Udang Putih