50
No Bank Umum Syariah
22 PT. BPD Jambi
23 PT. BPD Aceh
24 PT. BPD Sumatra Utara
25 BPD Sumatra Barat
26 PT. Bank Pembangunan Daerah Riau
27 PT. BPD Sumatra Selatan dan Bangka Belitung
28 PT. BPD Kalimantan Selatan
29 PT. BPD Kalimantan Barat
30 BPD Kalimantan Timur
31 PT. BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat
32 PT. BPD Nusa Tenggara Barat
33 PT. Bank Sinar Mas
34 PT. Bank Tabungan Negara
Sumber data : Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Tahun 2015
B. Metode Penentuan Sample
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut Sugiyono,2009. Metode penentuan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Menurut Syofian Siregar 2011, purposive sampling adalah teknik pemilihan sampel
berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Sampel penelitian yang dipilih oleh penulis adalah Bank umum Syariah BUS dan Unit Usaha Syariah
UUS yang terdaftar di Statistik Perbankan Syariah periode januari 2011 sampai dengan desember 2015 60 bulan.
51
Adapun kriteria penulisan ini sebagai berikut : 1. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang diteliti terdaftar
di Bank Indonesia periode Januari 2011 – Desember 2015.
2. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah mempublikasikan laporan keuangan secara konsisten sejak periode Januari 2011
– Desember 2015.
3. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah menyajikan secara lengkap laporan keuangan dan rasio-rasio yang dibutuhkan dalam
penelitian ini.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data Pada penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data sekunder.
Menurut Darmawan,2013, data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen atau publikasi atau laporan dari instansi maupun sumber
data lainnya yang menunjang. Data sekunder biasanya telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada
masyarakat pengguna data. 2. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber pada Statistik Perbankan Syariah Indonesia yang dicantumkan pada situs resmi Bank
Indonesia www.bi.go.id
dan OJK www.ojk.go.id
.
52
D. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Field Research peneliti menggunakan data sekunder,yaitu merupakan sumber data
yang diperoleh penulis secra tidak langsung melalui media perantara diperoleh dan dicatat oleh pihak lain yang sudah diolah secara berkala
time series dengan skala bulanan monthly. Data tersebut diperoleh dari laporan keuangan resmi yang sudah dipublikasikan oleh instansi
pemerintah terkait. Seperti laporan bulanan Statistik Perbankan Syariah dari Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan dengan rentang waktu
dari bulan Januari 2011 - Desember 2015. 2. Library Research
Library Research Studi kepustakaan yaitu data yang diperoleh dari berbagai literatur, buku-buku, jurnal ilmiah, prosiding, penelitian
terdahulu dan dari berbagai sumber pustaka lainnya yang sudah terakreditasi dan berhubungan dengan objek yang diteliti sebagai upaya
untuk memperoleh data yang relevan dengan bahan kajian penulisan skripsi.
3. Internet Research Pengumpulan data dengan menggunakan media internet dijadikan
alternatif akhir bagi penulis apabila informasi dari buku referensi atau literatur yang didapatkan dari perpustakaan sudah tertinggal selama
53
beberapa waktu atau kadaluarsa karena perkembangan ilmu yang terus meningkat seiring berjalannya waktu. Sehingga data yang diperoleh
merupakan data yang sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam media
internet penulis
menggunakan www.google.com
dan www.scholar.co.id untuk mengakses jurnal-jurnal ilmiah maupun
prosiding terbaru. A.
Metode Analisis 1. Uji Asumsi Klasik
Modal regresi berganda harus memenuhi asumsi klasik. Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi yang diperoleh
dapat menghasilkan estimator linier yang baik. Apabila dalam suatu model telah memenuhi asumsi klasik, maka dapat dikatakan model
tersebut sebagai model ideal atau menghasilkan estimator linier tidak bias yang terbaik Best Linier Unbias Estimator BLUE Algifari,2000.
Untuk menguji apakah model yang digunakan diterima secara ekonometri dan apakah estimator yang diperoleh dengan metode
kuadrat terkecil sudah memenuhi syarat BLUE, maka dilakukan uji sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independen keduanya
memiliki distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
54
Untuk mendeteksi normalitas residual, dapat dilakukan dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik yang dapat digunakan
adalah dengan melihat grafik histogram dan grafik normal probability plotsnya. Sedangkan pada uji statistik, dapat melihat
pada hasil uji statistik non-parametrik kolmogorov-Smirnov K-S test Ghozali,2012. Pada prinsipnya, pengujian normalitas data
dapat dianalisis dengan pola distribusi yang normal dan grafik normal plot yang dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data
titik pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan
keputusannya adalah, Ghozali,2012: Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
tidak memenuhi asumsi normalitas. Dalam melakukan uji normalitas dilengkapi pula dengan uji statistik. Uji statistik
yang digunakan adalah uji statistik nonparametik Kolmogorov-Smirnov K-S. Uji K-S dilakukan dengan
membuat hipotesis:
55
H : Variabel residual terdistribusi normal.
H
a
: Variabel residual tidak terdistribusi normal Pengambilan keputusan :
Jika probabilitas lebih besar dari 0.05 maka H diterima.
Jika probabilitas lebih kecil dari 0.05 maka H ditolak.
b. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang
menjelaskan dari model regresi. Ada atau tidaknya multikolinieritas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi masing-masing
variabel bebas Ajija,2011. Dengan kata lain, uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukannya
korelasi antara variable-variabel independen yaitu variabel DPK, CAR dan NPF. Jika terjadi korelasi, maka terdapat masalah
multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independennya Widarjono,2005.
Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antar variabel independen dan bila terjadi maka
terdapat problem multikolinieritas. Model regresi dikatakan baik bila tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Nilai cut off
yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance 0,10 atau sama dengan VIF 10 dan nilai
56
korelasi antar variabel independen 0,5 maka model dinyatakan tidak terdapat gejala multikolinieritas Oramahi : 2007.
c. Uji Autokolerasi
Autokolerasi dapat didefenisikan sebagai “korelasi diantara anggota observasi yang diurut menurut waktu seperti deret berkala
atau ruang seperti data lintas - sektoral” Gujarati,2006
Adanya autokorelasi dapat mengakibatkan penaksir mempunyai varians tidak minimum dan uji-t tidak dapat digunakan,
karena akan memberikan kesimpulan yang salah. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada-tidaknya masalah autokorelasi, yaitu
menggunakan metode Durbin-Watson dan metode Run Test sebagai salah satu uji statistik non-parametrik. Uji Durbin- Watson
Uji D-W merupakan uji yang sangat populer untuk menguji ada- tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris yang diestimasi.
Gunawan Sudarmanto, 2005. Menurut Oramahi 2007, untuk mendeteksi terjadi
autokorelasi atau tidak dapat dilihat melalui nilai Durbin Watson DW yang bisa dijadikan patokan untuk mengambil keputusan
adalah: 1 Bila nilai D-W -2, berarti ada autokorelasi positif.
2 Bila nilai D-W diantara -2 sampai dengan +2, berarti tidak terjadi autokorelasi.
3 Bila nilai D-W +2, berarti ada autokorelasi negative.
57
Jika ada masalah autokorelasi, maka model regresi yang seharusnya signifikan lihat angka F dan signifikansinya, menjadi
tidak layak untuk dipakai. Autokorelasi dapat diatasi dengan berbagai cara antara lain dengan melakukan transformasi data dan
menambah data observasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian ada tidaknya masalah
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dependent yaitu ZPRED
dengan residualnya
SRESID. Deteksi
ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Dasar analisis ini untuk
pengujian ini adalah : 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu,
maka mengindikasikan
telah terjadi
heteroskedastisitas.
58
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
2. Uji Hipotesis
Data yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabel- variabel yang akan diteliti. Pengolahan data menggunakan software
Microsoft Excel 2013 dan SPSS versi 20.0. Dalam pengujian ini menggunakan Uji Statistik meliputi Uji t, Uji F dan Uji Koefisien
Determinasi Adjusted R Square.
a Uji Parsial Uji - t
Uji - t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas independent secara masing - masing parsial atau
individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat dependent pada tingkat signifikan 0.05 5 dengan
menganggap variabel
bebas bernilai
konstan. Nachrowi,2006.
Uji t digunakan untuk menguji apakah variabel independen tersebut memiliki pengaruh yang berarti terhadap variabel
dependen nya atau tidak. Uji t digunakan untuk menentukan pengujian hipotesis uji t. Apabila harga koefisien t yang
digunakan sebagai ukuran, maka nilai koefisien tersebut harus dibandingkan dengan nilai t tabel untuk tingkat alpha yang
telah ditetapkan dengan dk yang sesuai. Kriteria yang
59
digunakan yaitu menolak Ho dan menerima Ha apabila t hitung t tabel, serta menerima Ho dan menolak Ha apabila
t hitung t tabel. Gunawan Sudarmanto, 2005.
b Uji simultan uji - f
Uji simultan uji - f digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebas independent secara bersama - sama
berpengaruh terhadap variabel terikat dependent pada tingkat signifikan 0.05 5. Nachrowi : 2006 :16
Uji F ini juga sering disebut sebagai uji simultan, untuk menguji apakah variabel bebas yang digunakan dalam model
mampu menjelaskan perubahan nilai variabel terikat atau tidak. Adapun cara pengujian dalam uji F ini, yaitu dengan
menggunakan suatu tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA Analysis of Variance dengan melihat nilai
signifikasi Sig 0,05 atau 5 . Jika nilai signifikasi 0.05 maka H
1
ditolak, sebaliknya jika nilai signifikasi 0.05 maka H
1
diterima.
c Uji Koefisien Determinasi R
2
Menurut Ajija 2011 uji koefisien determinasi koefisien R
2
adjusted R- Squared. Koefisien dterminasi ini menunjukan kemampuan garis regresi yang menerangkan
variabel terikat Y yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas X.
60
Nilai koefisien determinasi adalah diantara 0-1. Bila nilai koefisien determinasi sama dengan 0 R2=0, artinya variasi
dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara bila nilai koefisien determinasi sama dengan 1 R2=1,
artinya variasi Y secaraa keseluruhan dapat diterangkan oleh X.
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat
digunakan kriteria sebagai berikut Sugiyono,2009 :
Tabel 3.3 Kriteria untuk Memberikan Interpretasi terhadap
Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat hubungan
0,00 – 0,199
Sangat rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat kuat
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis regresi Linier Berganda atau OLS. Sebelum melakukan estimasi
yang tidak bias dengan analisis regresi, perlu dilakukan uji BLUE.
Metode yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar
61
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengaruh regresi linier berganda dapat dituliskan sebagai
berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + …… + bnXn + e
Berdasarkan pemaparan di atas maka model persamaan analisis regresi linier berganda pada penelitian ini adalah sebagai
berikut: LnL = a + b1LnNPF+ b2LnDPK + b3LnCAR+ e
Keterangan : LnL = Logaritma Natural Likuiditas
a = Konstanta LnDPK = Logaritma Natural Dana Pihak Ketiga
LnCAR = Logaritma Natural Capital Adequacy Ratio LnNPF = Logaritma Natural Non Performing Finance
e = Nilai residu
B. Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya Darmawan,2013. Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel
62
lainnya, maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, akan tetapi pada umumnya
variabel dibedakan menjadi 2 jenis, yakni variabel bebas independent dan variabel terikat dependent.
1. Variabel Terikat Dependent. Menurut Darmawan,2013, variabel terikat atau Dependen
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas independen. Dalam penelitian yang dilakukan
oleh peneliti, maka yang menjadi variabel terikatnya adalah Financing to Deposit Ratio FDR, yaitu suatu rasio keuangan yang menunjukkan
perbandingan antara total pembiayaan yang diberikan terhadap total dana pihak ketiga yang dihimpun Riyadi,2006.
2. Variable Bebas Independen Variabel bebas atau variabel independen dalam penelitian ini, terdiri
atas : a. Dana Pihak Ketiga DPK
Dana Pihak Ketiga adalah dana yang dimiliki bank bersumber dari pihak luar atau masyarakat yang bertujuan untuk menyimpan
sebagian hartauangnya di bank agar aman dan dapat ditarik bila dibutuhkan oleh masyarakat yang bertindak sebagai nasabah. Dana
pihak ketiga ini merupakan sumber dana yang terpenting bagi kegiatan opersional suatu bank. Penghimpunan dana di bank syariah
yang diperoleh dari masyarakat yang berbentuk giro, tabungan, dan
63
deposito. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia yaitu statistic Perbankan syariah
Berdasarkan hitungan bulanan, yaitu dari Januari tahun 2011 sampai bulan Desember 2015 yang dinyatakan dalam bentuk triliun rupiah.
b. Capital Adequacy Ratio CAR Capital Adequacy Ratio CAR merupakan rasio kinerja
keuangan bank sebagai indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-
kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva berisiko Dendawijaya, 2000 dalam Prihatiningsih,2012. Bila tingkat kecukupan modal
atau CAR bank baik, maka masyarakat akan tertarik untuk melakukan penyimpanan dan pengambilan pembiayaan atau kredit
di bank. Rasio CAR, menurut Dendawijaya, 2003 dalam Arditya,2011, dijelaskan bahwa semakin tinggi nilai CAR
mengindikasikan bahwa bank telah mempunyai modal yang cukup baik dalam menunjang kebutuhannya serta menanggung risiko-
risiko yang ditimbulkan termasuk didalamnya risiko kredit. c. Non Performing financing NPF
Non Performing financing NPF adalah rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang
disalurkan oleh bank syariah. NPF diketahui dengan cara menghitung pembiayaan non lancar terhadap total pembiayaan.
Apabila semakin rendah NPF maka bank tersebut akan semakin naik
64
keuntungannya, sebaliknya apabila tingkat NPF tinggi maka bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat
pengembalian kredit macet. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia yaitu statistic
Perbankan syariah Berdasarkan hitungan bulanan, yaitu dari Januari tahun 2011 sampai bulan Desember 2015 yang dinyatakan dalam
bentuk persen.
65
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Perkembangan perbankan syariah ini sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW, pada masa itu kegiatan operasional perbankan masih
bersifat sederhana yaitu menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman
uang. Pada masa Rasulullah satu orang melakukan satu fungsi saja, kemudian pada masa abbasiyah, ketiga fungsi perbankan tersebut dilakukan
oleh satu individu saja. Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan perbankan yang dilakukan perorangan ini dilakukan institusi yang pada
masa ini dikenal dengan institusi bank kasmir,2004. Di dunia Arab, perkembangan perbankan syariah dimulai dengan
berdirinya Mit Gharm Local Saving Bank pada tahun 1963 ini merupakan ujung tombak sejarah perbankan syariah pada zaman modern. Di Yordania,
berdiri bank Islam Yordania dan kemudian disusul berdirinya Bank Sosial Nasser di Mesir. Pada tahun 1975 berdiri juga IDB Islamic Bank
Development dan Bank Islam Dubai di Arab Saudi berdiri atas prakarsa dari siding mentri luar negeri dalam siding tersebut diusulkan penghapusan
system keuangan berdasarkan bunga dan menggantinya dengan bagi hasil. Pada periode perkembangan di tahun 1976 sampapi awan 1980an,
ditandai dengan menyebarnya perbankan dari wilayah teluk Arab ke Asia