111
Persoalan mendasar yang diperkirakan masih dihadapi sektor pertanian di masa yang akan datang, mencakup aspek seperti: kerusakan lingkungan dan
perubahan iklim, infrastruktur, sarana dan prasarana, lahan dan air, kepemilikan lahan, sistem perbenihan dan pembibitan nasional, akses petani terhadap
permodalan kelembagaan petani dan penyuluh, ketahanan pangan dan energi, Nilai Tukar Petani NTP, keterpaduan antar sektor dan kinerja pelayanan
birokrasi pertanian. Selain itu permasalahan geografis Indonesia sebagai Negara kepulauan
membuat distribusi barang dan jasa menjadi sulit, khususnya pada produk- produk tidak tahan lama seperti produk pertanian. Selain permasalahan itu,
keterbatasan pilihan akan transportasi penghubung antar pulau, kualitas transportasi yang tersedia, lamanya bongkar muat di masing-masing pelabuhan
serta kualitas sarana dan prasarana transportasi seperti jalan dan pelabuhan yang belum baik, biaya distribusi dan transportasi yang tinggi memperparah
kondisi distribusi barang-barang di Indonesia.
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
a. Analisis Deskriptif Harga Beras
Menurut Prathama Rahardja dan Mandala Manurung 2006: 70-71, Cobweb menjelaskan mengenai harga produk pertanian
yang menunjukkan fluktuasi tertentu dari musim ke musim.
112
Penyebab fluktuasi tersebut adalah reaksi yang terlambat time lag dari produsen petani terhadap harga.
Harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang diperjualbelikan, ditentukan oleh permintaan dan penawaran barang
tersebut. Dan juga keadaan di suatu pasar dikatakan dalam keseimbangan atau ekuilibrium apabila jumlah yang ditawarkan
pada penjual pada suatu harga tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta para pembeli pada harga tersebut. Dengan demikian
harga suatu barang dan jumlah barang yang diperjualbelikan dapat ditentukan dengan melihat keadaan keseimbangan dalam suatu
pasar Sadono Sukirno, 2009: 90. Menurut Winardi 1987: 13 bahwa harga menerangkan
komposisi atau alokasi produksi total. Menurut Pindyck 2009: 5 harga merupakan salah satu penentu dari situasi-tukar dalam setiap
pilihan manusia. Seperti seorang konsumen yang melakukan situasi- tukar antara daging sapi dan ayam tidak hanya pada preferensinya,
tetapi juga berdasarkan harganya. Begitu juga, para pekerja melakukan situasi-tukar antara kerja dan istirahat sebagian
berdasarkan pada “harga” yang mereka peroleh dari pekerjaan mereka
– yaitu upah. Dan perusahaan memutuskan apakah akan memperkerjakan karyawan lebih banyak atau membeli mesin lebih
113
banyak sebagian juga didasarkan pada tingkat upah dan harga mesin.
114
Sumber: Tabel Rata-rata Harga Eceran Beras di Pasar Tradisional di 33 Kota, 2000-2013 Diolah dari Hasil Survei Harga Konsumen Badan Pusat Statistik Republik Indonesia diolah
kembali
Pada gambar 4.1 terlihat bahwa perubahan harga rata-rata beras pada 32 provinsi di Indonesia selalu positif. Jika dilihat
pertumbuhan perubahan harga rata-rata beras yang paling besar berada pada provinsi Lampung dengan pertumbuhan rata-rata
sebesar 19,38 per tahun dengan periode waktu 2008-2013. Sedangkan pertumbuhan perubahan harga rata-rata beras yang
paling kecil disaat periode yang sama berada pada provinsi Maluku Utara dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 2,21 per tahun.
Perubahan yang terjadi pada harga beras kalau kita lihat secara nasional pertumbuhannya berada pada angka 10 pada periode
2008-2013 hal ini menandakan bahwa perubahan harga pada komoditas beras di Indonesia cukup besar. Dengan adanya fakta ini
menandakan perubahan harga beras tidak stabil, sehingga dapat memperbesar jumlah beban konsumsi masyarakat secara umum.
b. Analisis Deskriptif Produksi Beras
Menurut I Gusti Ngurah Agung 2008: 9 produksi dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktifitas ekonomi
dengan memanfaatkan beberapa masukan input, oleh karena itu kegiatan produksi tersebut adalah mengkombinasikan berbagai
input untuk menghasilkan output. Menurut Ari Sudarman 2001:
115
119 produksi meliputi semua aktivitas dan tidak hanya mencakup pembuatan barang-barang yang dapat dilihat. Menulis buku,
memberi nasehat, pertunjukkan bioskop dan jasa bank adalah termasuk dalam pengertian produksi. Tetapi akan sedikit mengalami
kesulitan untuk menunjukkan secara pasti faktor-faktor produksi seperti yang dicontohkan tadi, namun jelas bahwa dalam proses
produksi seperti ini diperlukan beberapa keterampilan baik bersifat teknis maupun intelektual.
Sadono Sukirno 2009: 193 menyatakan bahwa fungsi produksi adalah hubungan diantara faktor- faktor produksi dan
tingkat produksi yang diciptakannya. Adapun menurut Prathama Rahardja dan Mandala Manurung 2006: 107 menyatakan bahwa
ekonom membagi faktor produksi barang menjadi barang modal capital dan tenaga kerja labour. Hubungan matematis
penggunaan hal-hal berhubungan dengan produksi yang menghasilkan output maksimum disebut fungsi produksi sebagai
berikut. Q = fK,L
Dimana Q = tingkat output.
K = barang modal. L = tenaga kerjaburuh.
116
Dalam Skripsi Denny Afrianto 2010: 33 bahwa pada produksi bidang pertanian, faktor produksinya sangat menentukan besar
kecilnya produksi yang akan diperoleh. Untuk menghasilkan produksi output yang optimal maka penggunaan faktor produksi
tersebut dapat digabungkan. Dalam berbagai literatur menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk,
obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi terpenting diantara faktor produksi yang lain Soekartawi,
1991, seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat keterampilan dan lain-lain.
117
Sumber: Tabel Produksi Produk Pangan Beras Tahun 2008-2013 Badan Pusat Statistik Republik Indonesia diolah kembali
118
Pada gambar 4.2 terlihat bahwa produksi beras terbesar di Indonesia terdapat pada 3 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur dan
Jawa Tengah. Dan juga dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah produksi dari tahun ke tahun pada 32 provinsi di Indonesia
cenderung fluktuatif, kecuali pada provinsi Kalimantan Timur yang memiliki tren negatif. Namun perkembangan jumlah produksi beras
tertinggi di Indonesia ada pada provinsi Kepulauan Riau sebesar 42,45 pada periode 2008-2013. Selain itu perkembangan jumlah
produksi beras terendah di Indonesia ada pada provinsi Kalimantan Timur dengan angka -4 pada periode 2008-2013.
Perubahan jumlah yang terjadi pada 32 provinsi di Indonesia secara umum berada pada angka 4,36 pada periode 2008-2013. Ini
menandakan bahwa perubahan jumlah produksi beras di Indonesia cukup signifikan. Namun dengan jumlah perubahan ini sangat tidak
memungkinkan untuk mendukung konsumsi beras bagi masyarakat Indonesia.
c. Analisis Deskriptif Impor Beras
Impor merupakan pembelian barang dari luar negeri ke dalam negeri. Hal ini biasa terjadi karena produksi barang yang ada di
dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Selain itu sebab-sebab impor dapat pula terjadi karena tidak
119
mampunya dalam negeri memproduksi barang dikarenakan belum adanya teknologi dan modal yang mencukupi, permintaan
masyarakat akan barang-barang dari luar negeri walaupun produksi dalam negeri mencukupi kualitas yang dimiliki.
Menurut Suherman Rosyidi dalam bukunya Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Ekonomi 2001: 223-224
Kemampuan suatu bangsa untuk mengimpor sangat tergantung pada pendapatan nasionalnya. Artinya, semakin besar pendapatan
nasional, semakin besar pula kemampuan bangsa tersebut mengimpor barang dan jasa. Jadi: M = fY. Tetapi harus diingat,
bahwa hubungan antara impor, M, dengan pendapatan nasional, Y, itu tidaklah berupa hubungan proporsional. Artinya, tidak dapat
ditarik kesimpulan bahwa jika pendapatan nasional bertambah menjadi dua kali lipat, misalnya, maka impor akan menjadi dua kali
lipat. Menurut Hamdy Hady 2001: 65 kebijakan perdagangan
internasional di bidang impor diartikan sebagai berbagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara langsung
maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi, dan kelancaran usaha untuk melindungi atau mendorong
pertumbuhan industri dalam negeri dan penghematan devisa.
120
Sumber: Buku Statistik Perdagangan Luar Negeri Impor Jilid III 2008-2013 Badan Pusat Statistik Republik Indonesia diolah kembali
121
Dalam grafik diatas dapat dilihat bahwa secara umum pada 32 provinsi di Indonesia impor beras jumlahnya kecil bahkan tidak ada
dari tahun ke tahun, namun ada beberapa provinsi yang memiliki jumlah impor yang besar. Seperti pada provinsi DKI Jakarta,
Sumatera Utara, Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang setiap tahun memiliki jumlah impor dari tahun ke tahun pada periode
2008-2013. Perkembangan jumlah impor provinsi yang tertinggi dalam
periode 2008-2013 pada provinsi Jawa Tengah sebesar 140,25, selanjutnya pada provinsi Lampung sebesar 115,90, selanjutnya
pada provinsi DKI Jakarta sebesar 78,48, selanjutnya pada provinsi Jawa Timur sebesar 76,83, dan yang kelima pada provinsi
Sumatera Utara sebesar 74,30. Sedangkan provinsi lainnya tidak setiap tahun mengalami impor beras sehingga kecil perkembangan
yang terjadi pada provinsi-provinsi tersebut. Adapun perubahan jumlah impor ini mengikuti dengan ketersediaan beras di pasar dan
regulasi-regulasi yang terkait di dalam dunia perberasan di Indonesia.
d. Analisis Deskriptif Konsumsi Beras
Menurut Samuelson dan Nordhaus dalam bukunya Ilmu Makroekonomi 2004: 124 Konsumsi atau lebih tepatnya,
122
pengeluaran konsumsi pribadi adalah pengeluaran oleh rumah tangga atas barang jadi dan jasa. Dilihat dari arti ekonomi, konsumsi
merupakan tindakan untuk mengurangi atau menghabiskan nilai guna ekonomi suatu benda.
Sedangkan menurut Suherman 2001: 147 konsumsi berarti penggunaan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan
manusiawi the use of goods and service in the statisfication of human wants. Konsumsi haruslah dianggap sebagai maksud serta
tujuan yang esensial daripada produksi. Atau dengan perkataan lain, produksi adalah alat bagi konsumsi.
Dan Suherman 2001: 147 berpendapat bila digunakan tanpa kualifikasi apapun, maka istilah konsumsi itu, akan diartikan secara
umum sebagai penggunaan barang-barang dan jasa secara langsung akan memenuhi kebutuhan manusia. Namun harus kita ingat
terdapat beberapa jenis barang, seperti mesin-mesin maupun bahan mentah, digunakan untuk menghasilkan barang lain. Hal ini dapat
disebut dengan konsumsi produktif productive consumption, sedangkan konsumsi yang dapat memenuhi kepuasan akan
kebutuhan secara langsung disebut sebagai konsumsi akhir final consumption.
123
Sumber: Tabel Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2000-2010 Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, Tabel Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun menurut Provinsi di Indonesia Tahun 1971-2010 Badan
Pusat Statistik Republik Indonesia, Tabel Proyeksi Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2010-2013 Badan Pusat Statistik Republik Indonesia dan Tabel Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga per Kapita di
Indonesia Kelompok Padi-padian Komoditi Beras Departemen Pertanian Republik Indonesia Tahun 1993-2013 diolah kembali.
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah konsumsi beras
124
yang terbesar di Indonesia merupakan provinsi Jawa Barat sebanyak 7110603.1 Ton pada tahun 2013. Kenyataan bahwa Jawa Barat,
Jawa Tengah dan Jawa Timur menjadi provinsi yang terbesar dalam mengkonsumsi beras sejalan dengan jumlah penduduk yang terdapat
pada ketiga provinsi tersebut. Namun ternyata provinsi yang memiliki perubahan jumlah konsumsi beras terbesar di Indonesia
ada pada provinsi Kepulauan Riau dengan angka 3,4 pada periode 2008-2013. Sedangkan provinsi yang memiliki perubahan jumlah
konsumsi beras terkecil di Indonesia ada pada provinsi Jawa Timur dengan angka 0,2 pada periode 2008-2013. Adapun perubahan
jumlah konsumsi beras sangatlah bergantung pada jumlah penduduk dan kemampuan rumah tangga masyarakat dalam mengkonsumsi
beras.
2. Pemilihan Model Terbaik