58
o Impor turun dari Q
1
Q
2
menjadi Q
2
Q
3
. o
Konsumen tetap membayar dengan harga P
1
. o
Produsen menerima pembayaran harga P
2
. Kebijakan proteksi terhadap industri dalam negeri dengan pemberian
subsidi ini dalam hal tertentu mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan cara proteksi lainnya karena:
a Subsidi biasanya diberikan untuk barang-barang kebutuhan pokok masyarakat banyak.
b Subsidi biasanya bersifat transparan dan dapat dikontrol oleh masyarakat Hamdy Hady, 2001: 75-76.
5. Hubungan antara Impor dan Harga
Hubungan antara impor dengan harga dapat dijelaskan dengan Tarif Perdagangan. Menurut Dochak Latief 2002: 77-78 tarif perdagangan
merupakan perpajakan yang dikenakan dalam transaksi perdagangan merupakan hal yang sudah lama sekali dikerjakan bahkan sama tuanya
dengan perdagangan itu sendiri. Khusus menengenai tarif, biasanya dikandung juga maksud, yaitu sebagai penghasilan Negara, alat
melaksanakan proteksi dan perbaikan neraca pembayaran. Arti tarif sebenarnya ialah daftar segala jenis barang-barang yang dikenakan beban
pajak, baik pajak impor maupun ekspor, ataupun berupa pajak transit, yaitu
59
pajak yang dikenakan atas barang yang melalui Negara tersebut, tetapi tujuan yang sebenarnya ialah Negara lain.
Suatu Negara yang ingin menggunakan tarif sebagai instrumen kebijakan perdagangan akan menghadapi berbagai masalah yang harus
diselesaikan, yaitu sistem perhitungan beban tarif yang dikenakan pada barang-barang. Biasanya ada tiga kemungkinan:
a. Advalorem, yaitu pajak yang dikenakan atas dasar prosentase dari harga barang-barang yang diimpor, seperti misalnya 5, 10 dan sebagainya.
b. Specific duties, yaitu bila pajak itu dipungut atas dasar jumlah atau volumenya. Misalnya, sebesar Rp. 500,00 per sak semen yang diimpor
atau per gallon minyak atau per buah mobil dan sebagainya. c. Compound duty atau specific advalorem, yaitu gabungan antara cara
pertama dan kedua. Baik advalorem maupun specific masing-masing mengandung
kelemahannya. Kesulitan sistem advalorem duty tampak dalam menghitung penghasilan yang diperoleh Negara dari pemungutan pajak
pada waktu harga barang-barang tersebut tidak stabil. Namun, pelaksanaannya lebih sederhana, mengingat macam barang-barang yang
akan dikenakan pajak itu sangat banyak sehingga tidak perlu meneliti secara rinci pengelompokan barang-barang yang akan dikenakan pajak.
60
Begitu pula, saat harga barang-barang yang relatif tinggi, maka hal ini sangat efektif bila dimasukkan sebagai tarif yang bersifat proaktif.
Specific duties pelaksanaannya lebih repot sebab perlu adanya penelitian berat barang. Bagi sistem impor yang melalui banyak pelabuhan,
hal ini sangat merepotkan karena peralatan penimbangan tidak selalu ada di pelabuhan-pelabuhan yang tidak begitu besar. Di samping itu, juga akan
memperlambat proses penyelesaian di kantor-kantor pabean tersebut. Oleh sebab itu, banyak Negara yang mengikuti sistem campuran, yaitu
compound duties atau specific advalorem duties dalam arti alternative duty. Hal ini terkait dengan penentuan barang mana yang lebih baik dikenakan
specific dan barang-barang mana yang lebih tepat diperhitungkan beban pajaknya secara advalorem. Pada saat dunia mengalami inflasi seperti
sekarang ini, banyak Negara yang menerapkan perhitungan advalorem Dochak Latief, 2002: 78.
6. Teori Konsumsi