Pengujian Hipotesis PENGARUH PRODUKSI BERAS, IMPOR BERAS, TINGKAT KONSUMSI BERAS TERHADAP HARGA BERAS DI INDONESIA TAHUN 2008-2013 (Studi Kasus 32 Provinsi)

135 Dengan nilai 1,520538 maka dapat diketahui bahwa autokorelasi tidak dapat disimpulkan karena berada pada angka 1,34-1,54. Oleh karena itu dilakukan estimasi kembali dengan menggunakan cross section weight dan masalah autokorelasi dapat teratasi. Adapun uji autokorelasi setelah dilakukan Cross section weight adalah sebagai berikut: Tabel 4.10 Uji Autokorelasi sesudah Cross section weight Durbin-Watson stat 2.007921 Sumber: Data terlampir. Lampiran 10 Setelah dilakukan Cross section weight diperoleh nilai durbin Watson DW sebesar 2,007921. Karena nilai DW lebih besar dari 1,54 DW 1,54 dan juga nilai DW kurang dari 2,15 DW2,15 maka dapat disimpulkan bahwa dalam model penelitian ini terbebas dari autokorelasi.

4. Pengujian Hipotesis

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui hipotesis yang telah ditetapkan diterima atau ditolak secara statistik. Pengujian statistik ini dilakukan dengan uji F, uji T, uji R 2 dan analisis Cross section effects. Adapun model penelitian yang digunakan merupakan regresi data panel dengan menggunakan Fixed Effect Model, yang dapat dijelaskan dengan persamaan sebagai berikut: 136 � � � = , + , � �− − , � − , � + � Dimana: HargaBeras : Harga eceran rata-rata beras ProduksiBeras : Total Produksi Beras ImporBeras : Total Impor Beras KonsumsiBeras : Total Konsumsi Beras ε : error term Tabel 4.11 Hasil Regresi dengan FEM Variable Coefficient C 3.661787 PRODUKSIBERAS 0.049593 DIMPORBERAS -0.004656 DKONSUMSIBERAS -9.123178 Sumber: Data diolah Lampiran 3

a. Uji T dan Interpretasi Hasil Analisis

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah variabel independen Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras berpengaruh secara parsial individu terhadap variabel dependen Harga Beras. Dengan kata lain, uji ini untuk melihat pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. 137 Kemudian membandingkan masing-masing nilai t-statistik dari hasil regresi dengan nilai t-tabel dan disimpulkan dengan hipotesis. Pada tingkat signifikansi α=5, maka diperoleh t-tabel 1,975288. Setelah dilakukan regres data dengan menggunakan E-Views 7.0 diperoleh nilai t-statistik sebagai berikut: Tabel 4.12 Hasil Uji T Variabel t-Statistik Probabilitas ProduksiBeras 0.746428 0.4568 ImporBeras -1.982398 0.0496 KonsumsiBeras -9.631158 0.0000 Sumber: Data terlampir. Lampiran 3 1 Produksi Beras Setelah melihat pada hasil di tabel 4.12 diketahui bahwa t- Statistik dari produksi beras sebesar 0,746428, sedangkan nilai t-Tabel 1,975288. Dengan hipotesis: Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel Produksi Beras terhadap variabel Harga Beras secara parsial terpisah. Ha : β ≠ 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel Produksi Beras terhadap variabel Harga Beras secara parsial terpisah. 138 Karena t-statistik 0,746428 t-tabel 1,975288 yang berarti Ho diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel Produksi Beras dengan variabel Harga Beras secara parsial. Hasil ini diperkuat dengan probabilitas Produksi Beras 0,4568 tingkat signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 5 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel Produksi Beras tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Harga Beras. 2 Impor Beras Setelah melihat pada hasil di tabel 4.12 diketahui bahwa t- Statistik pada variabel Impor Beras diketahui sebesar - 1,982398, sedangkan nilai t-Tabel 1,975288. Dengan hipotesis: Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel Impor Beras terhadap variabel Harga Beras secara parsial terpisah. Ha : β ≠ 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel Impor Beras terhadap variabel Harga Beras secara parsial terpisah. Karena t-statistik -1,982398 t-tabel 1,975288 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan 139 bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Impor Beras dengan variabel Harga Beras secara parsial. Hasil ini diperkuat dengan probabilitas Impor Beras 0,0496 tingkat signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 5 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel Impor Beras berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Harga Beras. 3 Konsumsi Beras Setelah melihat pada hasil di tabel 4.12 diketahui bahwa t- Statistik pada variabel Konsumsi Beras diketahui sebesar - 9,631156, sedangkan nilai t-Tabel 1,975288. Dengan hipotesis: Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel Konsumsi Beras terhadap variabel Harga Beras secara parsial terpisah. Ha : β ≠ 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel Konsumsi Beras terhadap variabel Harga Beras secara parsial terpisah. Karena t-statistik -9,631156 t-tabel 1,975288 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh variabel Konsumsi Beras dengan variabel Harga Beras secara parsial. Hasil ini diperkuat dengan 140 probabilitas Konsumsi Beras 0,0000 tingkat signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 5 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel Konsumsi Beras berpengaruh secara signifikan dengan variabel Harga Beras.

b. Uji F dan Interpretasi Hasil Analisis

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui dan melihat pengaruh antara variabel independen Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras terhadap variabel dependen Harga Beras secara simultan atau bersama-sama. Dari hasil regresi diperoleh nilai F-Statistik sebesar 6,828576 . Pada tingkat signifikansi α = 5, k = 4, n = 160, sehingga diperoleh nilai F-Tabel dengan nilai df yaitu 2,429625. Tabel 4.13 Hasil Uji F F-statistic 6.828576 ProbF-statistic 0.000000 Sumber: Data terlampir. Lampiran 3 Dengan hipotesis: Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras terhadap variabel Harga Beras secara simultan bersama-sama. Ha : β ≠ 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel 141 Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras terhadap variabel Harga Beras secara simultan bersama-sama. Diketahui bahwa nilai F-Statistik 6,828576 F-Tabel 2,429625 maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras berpengaruh signifikan secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen Harga Beras.

c. Uji Koefisien Determinasi R

2 dan Interpretasi Hasil Analisis Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan E-Views 7.0, diperoleh nilai R 2 sebesar 0,650028. Nilai ini menjelaskan bahwa 65 variabel Harga Beras pada 32 Provinsi di Indonesia mampu dijelaskan oleh variabel Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras. Sedangkan 35 variabel Harga Beras dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

d. Cross-section Effect dan Interpretasi Hasil Analisis

Tabel 4.14 Cross-section Effect 32 Provinsi di Indonesia No. PROVINSI Effect 1. Aceh -0.011039 2 Sumut -0.085673 3 Sumbar 7.70E-05 4 Riau 0.094277 5 Jambi 0.002439 142 6 Sumsel -0.068065 7 Bengkulu -0.022915 8 Lampung -0.048003 9 Babel 0.078552 10 Kepri 0.310914 11 DKI 0.141375 12 Jabar -0.085053 13 Jateng -0.141300 14 DIY -0.080389 15 Jatim -0.148472 16 Banten -0.074409 17 Bali -0.015685 18 NTB -0.126876 19 NTT 0.006574 20 Kalbar 0.018033 21 Kalteng 0.086404 22 Kalsel -0.013323 23 Kaltim 0.052072 24 Sulut -0.029852 25 Sulteng -0.070761 26 Sulsel -0.146062 27 Sultengg -0.032371 28 Gorontalo -0.003525 29 Maluku 0.071943 30 Malut 0.104690 31 Papua 0.130087 32 Papbar 0.106336 Sumber: Lampiran 11 Dari tabel 4.14 terlihat bahwa 32 Provinsi di Indonesia memiliki pengaruh individu yang berbeda-beda untuk setiap perubahan pada jumlah Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras. 1 Provinsi Aceh Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, 143 Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Aceh akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar -0,01. 2 Provinsi Sumatera Utara Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Sumatera Utara akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar -0,08. 3 Provinsi Sumatera Barat Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Sumatera Barat akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar 7,70. Pengaruh individu yang sangat tinggi pada Provinsi Sumatera Barat disebabkan oleh banyak hal. Adapun hal-hal tersebut adalah Provinsi Sumatera Barat mencapai percepatan tanam padi, dengan angka target tanam padi pada Bulan Maret sudah melampaui 1,14 dari normal Website Dinas Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat; Judul : Kementan Puji Sumbar dalam Percepatan Tanam Padi, 10 April 2015 selain itu, pada Provinsi Sumatera Barat juga memiliki irigasi yang 144 baik, hal ini ditunjukkan salah satunya pada Daerah Irigasi Limau Manis Kota Padang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Novi Afrianti Analisis Partisipasi Petani Dalam Pengelolaan Irigasi Di Daerah Irigasi Limau Manis Kota Padang Sumatera Barat, Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Andalas; 2011: 55 menunjukkan bahwa partisipasi petani pada Daerah Irigasi Limau Manis Kota Padang dalam hal pengelolaan irigasi masih pada kategori sedang. Dimana petani yang mengelola irigasi masih cukup banyak dan sadar akan pentingnya mengelola irigasi yang baik agar memperoleh hasil panen yang lebih baik lagi. Hal lain yang mempengaruhi Provinsi Sumatera Barat mendapatkan pengaruh individu yang sangat besar adalah kebiasaan masyarakat Sumatera Barat, khususnya dari suku Minangkabau menjadikan nasi atau beras yang sudah dimasak dengan direbus sebagai makan pokoknya. Bahkan ada salah satu ungkapan yang sering didengar dalam suku Minangkabau suku terbesar di Provinsi Sumatera Barat adalah “bialah makan samba lado asal nasinyo lamak” artinya biarlah makan dengan sambal asal nasinya enak. Pernyataan ini menunjukkan begitu pentingnya nasi bagi orang Minangkabau Erda Fitriani; Pola Kebiasaan Makan Orang Lanjut Usia Studi 145 Kasus: Penderita Penyakit Hipertensi Sukubangsa Minangkabau di Jakarta; Humanus Vol.XI No.2 Th.2012: 138. 4 Provinsi Riau Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Riau akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar 0,09. 5 Provinsi Jambi Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Jambi akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar 0,002. 6 Provinsi Sumatera Selatan Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Sumatera Selatan akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar -0,06. 7 Provinsi Bengkulu Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, 146 Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Bengkulu akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar -0,02. 8 Provinsi Lampung Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Lampung akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar -0,04. 9 Provinsi Bangka Belitung Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Bangka Belitung akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar 0,07. 10 Provinsi Kepulauan Riau Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Kepulauan Riau akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar 0,31. 11 Provinsi DKI Jakarta Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun 147 antar waktu, maka Provinsi DKI Jakarta akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar 0,14. 12 Provinsi Jawa Barat Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Jawa Barat akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar -0,08. 13 Provinsi Jawa Tengah Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Jawa Tengah akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar -0,14. 14 Provinsi DI Yogyakarta Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi DI Yogyakarta akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar -0,08. 15 Provinsi Jawa Timur Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Jawa Timur akan mendapatkan 148 pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar -0,14. 16 Provinsi Banten Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Banten akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar -0,07. 17 Provinsi Bali Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Bali akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar -0,01. 18 Provinsi Nusa Tenggara Barat Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Nusa Tenggara Barat akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar -0,12. 19 Provinsi Nusa Tenggara Timur Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Nusa Tenggara Timur akan 149 mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar 0,006. 20 Provinsi Kalimantan Barat Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Kalimantan Barat akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar 0,01. 21 Provinsi Kalimantan Tengah Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Kalimantan Tengah akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar 0,08. 22 Provinsi Kalimantan Selatan Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Kalimantan Selatan akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar -0,01. 23 Provinsi Kalimantan Timur 150 Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Kalimantan Timur akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar 0,05. 24 Provinsi Sulawesi Utara Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Sulawesi Utara akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar -0,02. 25 Provinsi Sulawesi Tengah Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Sulawesi Tengah akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar -0,07. 26 Provinsi Sulawesi Selatan Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Sulawesi Selatan akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar 151 -0,14. 27 Provinsi Sulawesi Tenggara Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Sulawesi Tenggara akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar -0,03. 28 Provinsi Gorontalo Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Gorontalo akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar -0,003. 29 Provinsi Maluku Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Maluku akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar 0,07. 30 Provinsi Maluku Utara Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Maluku Utara akan mendapatkan 152 pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar 0,1. 31 Provinsi Papua Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Papua akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar 0,13. 32 Provinsi Papua Barat Apabila terjadi perubahan sebesar 1 pada Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras baik antar daerah maupun antar waktu, maka Provinsi Papua Barat akan mendapatkan pengaruh individu terhadap Harga Beras sebesar 0,1.

5. Analisis Hasil Wawancara