60
Begitu pula, saat harga barang-barang yang relatif tinggi, maka hal ini sangat efektif bila dimasukkan sebagai tarif yang bersifat proaktif.
Specific duties pelaksanaannya lebih repot sebab perlu adanya penelitian berat barang. Bagi sistem impor yang melalui banyak pelabuhan,
hal ini sangat merepotkan karena peralatan penimbangan tidak selalu ada di pelabuhan-pelabuhan yang tidak begitu besar. Di samping itu, juga akan
memperlambat proses penyelesaian di kantor-kantor pabean tersebut. Oleh sebab itu, banyak Negara yang mengikuti sistem campuran, yaitu
compound duties atau specific advalorem duties dalam arti alternative duty. Hal ini terkait dengan penentuan barang mana yang lebih baik dikenakan
specific dan barang-barang mana yang lebih tepat diperhitungkan beban pajaknya secara advalorem. Pada saat dunia mengalami inflasi seperti
sekarang ini, banyak Negara yang menerapkan perhitungan advalorem Dochak Latief, 2002: 78.
6. Teori Konsumsi
Menurut Samuelson
dan Nordhaus
dalam bukunya
Ilmu Makroekonomi 2004: 124 Konsumsi atau lebih tepatnya, pengeluaran
konsumsi pribadi adalah pengeluaran oleh rumah tangga atas barang jadi dan jasa. Dilihat dari arti ekonomi, konsumsi merupakan tindakan untuk
mengurangi atau menghabiskan nilai guna ekonomi suatu benda. Sedangkan menurut Suherman 2001: 147 konsumsi berarti penggunaan
61
barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan manusiawi the use of goods and service in the statisfication of human wants. Konsumsi haruslah
dianggap sebagai maksud serta tujuan yang esensial daripada produksi. Atau dengan perkataan lain, produksi adalah alat bagi konsumsi.
Dan Suherman 2001: 147 berpendapat bila digunakan tanpa kualifikasi apapun, maka istilah konsumsi itu, akan diartikan secara umum
sebagai penggunaan barang-barang dan jasa secara langsung akan memenuhi kebutuhan manusia. Namun harus kita ingat terdapat beberapa
jenis barang, seperti mesin-mesin maupun bahan mentah, digunakan untuk menghasilkan barang lain. Hal ini dapat disebut dengan konsumsi
produktif productive consumption, sedangkan konsumsi yang dapat memenuhi kepuasan akan kebutuhan secara langsung disebut sebagai
konsumsi akhir final consumption. Konsumsi sebenarnya sangat tergantung atau merupakan bagian dalam
pendapatan. Rumusan tersebut adalah Y = C + S, dimana Y adalah pendapatan, C adalah konsumsi, sedangkan S adalah tabungan.
Berdasarkan persamaan tersebut, hubungan konsumsi dan pendapatan seperti ini dapat dituliskan bahwa C = fY. melihat hal itu, dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara konsumsi dan pendapatan. Artinya apabila pendapatan meningkat, konsumsi pun akan
meningkat, sebaliknya apabila pendapatan menurun maka konsumsi akan
62
mengalami penurunan pula. Hubungan yang erat antara pendapatan dengan konsumsi seperti ini disebut dengan propensity to consume atau
hasrat untuk mengkonsumsi Suherman, 2001: 148. Marginal propensity to consume hasrat marginal untuk melakukan
konsumsi dapat disingkat dengan MPC. Bila dilambangkan maka akan menjadi rumus sebagai berikut:
= ∆
∆
Atau MPC adalah penambahan konsumsi dibagi dengan pertambahan pendapatan. MPC menunjukkan berapa bagiankah dari penambahan
pendapatan yang dikonsumsikan. Semakin besar MPC, maka akan berarti semakin besar pula bagian dari setiap kenaikan pendapatan yang
digunakan untuk keperluan konsumsi, dan demikian pula sebaliknya, semakin kecil MPC, semakin kecil pula bagian penambahan pendapatan
yang dikonsumsikan Suherman, 2001: 151. Dan Suherman 2001: 152 menuliskan selain MPC terdapat hal yang lain
mengenai konsumsi yaitu mengenai APC atau average propensity to consume hasrat merata untuk mengkonsumsi. APC ini didapatkan
dengan rumus: =
Atau APC adalah konsumsi dibagi dengan pendapatan, angka APC ini
63
menunjukkan seberapa besar yang dikonsumsi dari setiap pendapatan. Atau APC menujukkan rasio perbandingan antara konsumsi dengan
pendapatan, yakni berapa bagiankah pendapatan yang dipergunakan untuk keperluan konsumsi.
a. Fungsi Konsumsi
Menurut Samuelson dan Nordhaus 2004: 129-130 fungsi konsumsi menunjukkan hubungan antara tingkat pengeluaran
konsumsi dengan tingkat pendapatan pribadi yang siap dibelanjakan. Konsep ini, yang diperkenalkan oleh Keynes, didasarkan hipotesis
bahwa ada hubungan empiris yang stabil antara konsumsi dan pendapatan.
Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam
perekonomian dengan pendapatan nasional pendapatan disposabel perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam
persamaan: C = a + bY
Di mana a adalah konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0, b adalah kecondongan konsumsi marginal, C adalah
tingkat konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan nasional.
64
Gambar 2.12 Kurva Fungsi Konsumsi
Secara singkat menurut Suherman 2001: 150 bahwa kurva diatas menjelaskan bahwa pendapatan dikurangi konsumsi sama dengan
tabungan. Pernyataan ini persis sama dengan pernyataan yang terlebih dahulu yakni Y = C + S, pendapatan sama dengan konsumsi ditambah
tabungan. Dari fungsi tersebut terjadi transformasi sebagai berikut: Oleh karena
Y = C + S Maka
S = Y – C
Atau C = Y
– S
7. Hubungan antara konsumsi dan harga