Kromatografi Gas Gas Chromatography

2.6. Kromatografi Gas Gas Chromatography

Analisis asam lemak dalam suatu bahan pangan dapat diuji dengan Gas Chromatography GC. Penerapan kromatografi gas pada bidang industri antara lain meliputi: obat-obatan dan farmasi, lingkungan hidup, industri minyak, kimia klinik, pestisida dan residunya serta pangan. Dalam bidang pangan, kromatografi gas digunakan untuk menetapkan kadar antioksidan dan bahan pengawet makanan serta untuk menganalisis sari buah, keju, aroma makanan, minyak, produk susu dan lain-lain Fardiaz 1989. Kromatografi gas dalam analisis pangan memiliki berbagai keuntungan McNair dan Bonelli 1988, antara lain: 1 Kecepatan Seluruh analisis dapat diselesaikan dalam waktu 23 menit. Penggunaan gas sebagai fase gerak mempunyai keuntungan, yaitu cepat tercapainya kesetimbangan antara fase gerak dan fase diam dan kecepatan-gas-pembawa yang tinggi. 2 Resolusi daya pisah Daya resolusi kromatografi gas sangat tinggi yaitu dapat memisahkan komponen yang sukar dipisahkan dengan cara lain, walaupun dengan titik didih yang hampir sama. Hal ini dikarenakan kromatografi gas menggunakan fase cair yang selektif. 3 Analisis kualitatif Waktu retensi atau waktu tambat adalah waktu sejak penyuntikan sampai maksimum puncak. Dengan menggunakan aliran yang tepat dan mengendalikan suhu, waktu tambat tersebut cukup singkat. 4 Kepekaan Kromatografi gas memiliki kepekaan yang tinggi. Keuntungan tambahan dari kepekaan yang tinggi ini adalah sampel yang diperlukan hanya sedikit untuk menganalisis secara lengkap. 5 Kesederhanaan Kromatografi gas mudah dijalankan dan mudah dipahami. Penafsiran data yang diperoleh biasanya cepat dan langsung serta mudah. 14 3. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2009 di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan; Balai Besar Litbang Pertanian Pasca Panen, Cimanggu Bogor dan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi- Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan antara lain mortar, label, plastik, tabung reaksi, vortex, rotavapor, cawan, pipet volumetrik, bulp, kapas, oven, desikator, kompor listrik, tanur pengabuan, labu kjeldahl, erlemenyer, destilator, homogenizer, kertas saring, syringe, evaporator, botol vial, pipet, gas kromatografi gas chromatography dan alat ekstraksi soxhlet. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi kijing, etanol, larutan standar internal kolesterol dan asam lemak, KOH, air, sikloheksan, akuades, n-heksan, metanol, NaCl, BF 3 , H 2 SO 4, NaOH, H 3 BO 3, dan HCl. 3.3. Metode Penelitian Penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel yang dilanjutkan dengan penentuan ukuran dan bobot. Setelah itu kijing dalam bentuk segar dan kukus ditentukan rendemennya yang meliputi cangkang, daging, dan jeroan selanjutnya daging kijing dianalisis kimia berupa analisis proksimat dan analisis asam lemak serta kandungan. 3.3.1. Pengambilan sampel Pengambilan sampel kijing diperoleh dari di Situ Gede, Dramaga, Bogor. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara meraba dasar perairan menggunakan kaki kemudian menyelam ke dasar perairan dan mengambil kijing menggunakan tangan. Kemudian dilakukan pengukuran kedalaman dan suhu di tiga titik pada lokasi pengambilan sampel. Penanganan bahan baku yang dilakukan untuk menjaga kelangsungan hidup kijing lokal adalah dilakukan aklimitasi dengan cara