Syarat dan Unsur dari Sistem Penilaian Kinerja Tantangan Penilaian Kinerja

j. Tantangan-tantangan Eksternal Kadang-kadang kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan pekerjaan, seperti keluarga, finansial, kesehatan, atau masalah- masalah lainnya. Jika masalah-masalah tersebut tidak diatasi melalui penilaian, departemen SDM mungkin mampu menyediakan bantuannya. k. Umpan Balik pada SDM Kinerja yang baik dan buruk diseluruh organisasi mengindikasikan bagaimana baiknya fungsi departemen SDM diterapkan.

2.1.4. Syarat dan Unsur dari Sistem Penilaian Kinerja

Hasibuan 2005 dalam bukunya mengatakan beberapa unsur yang dinilai dalam penilaian kinerja diantaranya adalah kesetian, prestasi kerja, kejujuran, kedisiplinan, kreativitas, kerja sama, kepemimpinan, kepribadian, prakarsa, kecakapan, dan tanggung jawab. Sedangkan Manulang 1994 mengemukakan bahwa terdapat beberapa sifat yang paling umum dinilai dari pegawai menurut jenis jabatan pegawai, yaitu sebagai berikut : 1. Sepuluh sifat yang paling umum dinilai dari pegawai di bidang produksi adalah sebagai berikut : a quality; b quantity of work; c knowledge of job; d dependability; e cooperation; f adaptability; g antendance; h versatility; i house keeping dan j safety. 2. Sepuluh sifat yang paling umum dinilai dari pegawai tata usaha adalah sebagai berikut : a quality; b dependability; c quantity of work; d knowledge of job; e cooperation; f initiative; g adaptability; h judgement; i attendance dan j health. 3. Sepuluh sifat yang paling umum dinilai dari orang yang memegang posisi pemimpin adalah sebagai berikut : a knowledge of job; b cooperation; c dependability; d quality of work; e judgement; f initiative; g quantity of work; h leadership; i planning and organization dan j health.

2.1.5. Tantangan Penilaian Kinerja

Rancangan sistem penilaian kinerja sering menyebabkan tantangan-tantangan para professional SDM. Menurut Mangkuprawira 2002, tantangan-tantangan penilaian kinerja terdiri dari : 1. Kendala Legal Penilaian kinerja harus bebas dari diskriminasi yang tidak sah atau tidak legal. Apapun bentuk penilaian kinerja yang digunakan departemen SDM harus terpercaya dan absah. Jika tidak, keputusan penempatan mungkin ditentang karena hal itu melanggar hukum tentang pekerjaan yang sama dan mungkin hukum lainnya. 2. Bias Penilai Masalah dengan ukuran subyektif adalah peluang munculnya bias. Bentuk bias penilai meliputi hal-hal berikut : a. Hallo Effect Bias ini terjadi ketika opini personal penilai terhadap karyawan mempengaruhi ukuran kinerja. b. Kesalahan Kecenderungan Sentral Beberapa penilai tidak menyukai untuk menilai karyawan dalam hal efektif atau tidak efektif. Mereka menempatkan angka-angka penilaiannya dekat dengan rata-rata. Inilah yang disebut bias atau kesalahan menilai. c. Bias Kemurahan dan Ketegasan Hati Bias kemurahan hati terjadi ketika para penilai cenderung begitu mudah dalam menilai kinerja para karyawan. Beberapa penilai melihat semua karyawan adalah baik dan memberikan penilaian yang menyenangkan. Bias ketegasan hati merupakan hal yang sebaliknya. Kedua bentuk bias ini lebih umum terjadi ketika standar kinerja tidak jelas. d. Bias Lintas Budaya Tiap penilai memiliki harapan tentang perilaku manusia yang didasarkan pada budayanya. Ketika orang-orang diharapkan untuk mengevaluasi yang lainnya dari kultur yang berbeda, mereka mungkin menggunakan harapan budaya kepada seseorang yang memiliki kepercayaan atau perilaku yang berbeda. e. Prasangka Personal Ketidaksukaan penilai terhadap sebuah kelompok atau kelas orang dapat mendistorsi penilaian yang orang terima.

2.1.6. Metode Penilaian Kinerja