Sebagian  besar  karyawan  telah  bersedia  dalam  menyelesaikan  tugas pekerjaan karena  menyenangi pekerjaannya saat  ini dan  menyenangi  standar
dan  prosedur  kerja  yang  diberlakukan  perusahaan.  Mayoritas  karyawan menilai bahwa perusahaan telah memberikan kebebasan untuk melaksanakan
dan menyelesaikan pekerjaan dan memberikan tanggung jawab atas pekerjaan saat  ini  membuat  karyawan  menikmati  menyelesaikan  tugas-tugas  yang
dibebankan.  Hasil  lainnya  adalah  sebagian  besar  karyawan  menilai  bahwa penempatan  kerja  sudah  sesuai  dengan  kemampuan  dan  keterampilan
karyawan.  Hal  ini  dikarenakan  penerimaan  karyawan  sudah  berdasarkan kualifikasi  yang  diperlukan  untuk  suatu  pekerjaan  atau  jabatan  dalam
perusahaan  dan  memenuhi  syarat-syarat  yang  ditetapkan  tersendiri  oleh perusahaan.  Selain  itu,  mayoritas  karyawan  menilai  bahwa  perusahaan
memberikan kesempatan
pengembangan diri
dan keahlian
serta pengembangan  diri  melalui  pemindahan  karyawan  ke  bagian  lain.  Hal
tersebut terlihat dari adanya kesempatan promosi, transfer ke bagian lain, dan pelatihan-pelatihan  yang  diberikan  perusahaan  bagi  kemajuan  karyawannya
dalam  bekerja.    Karyawan  berpersepsi  baik  terhadap  hal-hal  di  atas  karena perusahaan  menganggap  karyawan  merupakan  aset  terpenting  bagi
kelangsungan  hidup  perusahaan  sehingga  perusahaan  berusaha  sebaik mungkin  dalam  memenuhi  kebutuhan  karyawannya  guna  memotivasi
karyawan untuk bekerja lebih baik.
5.5. Analisis Persepsi Karyawan tentang Kepuasan Kerja
Persepsi karyawan mengenai kepuasan kerja pada perusahaan dengan rataan  skor  diketahui  melalui  12
pernyataan tentang  faktor-faktor  yang
mempengaruhi  kepuasan  kerja  karyawan  menurut  teori  Hasibuan  2005. Hasil uji persepsi karyawan ditunjukkan pada Tabel 13.
Tabel 13. Kepuasan kerja menurut persepsi karyawan
No. Pernyataan
Rataan Skor
Keterangan Intepretasi
Pelaksanaan 1. Balas jasa yang adil dan layak
1. Kepuasan  akan  tunjangan  yang
diberikan oleh perusahaan 3,29
Kurang Setuju
Kurang Baik 2.
Kepuasan  akan  pemberian  gaji  dan tunjangan  yang  adil  sesuai  dengan
pekerjaan 3,54
Setuju Baik
Lanjutan Tabel 13.
No. Pernyataan
Rataan Skor
Keterangan Intepretasi
Pelaksanaan 1. Balas jasa yang adil dan layak
3. Kepuasan  akan  sistem  penggajian
yang diterapkan oleh perusahaan 3,55
Setuju Baik
2. Berat ringannya pekerjaan
4. Jenis
tugas pekerjaan
yang menyenangkan
3,75 Setuju
Baik 5.
Kepuasan  akan  beban  kerja  yang adil
3,56 Setuju
Baik 6.
Tugas pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan
3,59 Setuju
Baik
3. Peralatan yang menunjang pekerjaan
7 Peralatan  kerja  yang  menunjang
kegiatan operasional 3,56
Setuju Baik
8. Peralatan  kerja  yang  lengkap  dan
terawat 3,61
Setuju Baik
9. Fasilitas  yang  tersedia  dengan  baik
kantin,  transportasi,  tempat ibadah, fasilitas kesehatan
4,03 Setuju
Baik
4. Sikap pimpinan dan kepemimpinan
10. Pemberian  arahan,  bimbingan,  dan
bantuan oleh atasan 3,53
Setuju Baik
11. Pemberian pujian oleh atasan
3,46 Setuju
Baik 12.
Komunikasi  yang  terjalin  antara atasan dengan bawahan
3,84 Setuju
Baik
Total 3,61
Setuju Baik
Berdasarkan Tabel 13 terlihat bahwa sebagian besar karyawan menilai bahwa  tunjangan  yang  diberikan  perusahaan  kurang  memuaskan.  Artinya
bahwa  karyawan  merasa  tunjangan  yang  diberikan  perusahaan  berupa tunjangan prestasi, pengabdian, tunjangan transportasi, tunjangan perumahan,
dan tunjangan lainnya selama ini belum memuaskan. Selain itu, sebagian besar karyawan menilai bahwa gaji dan tunjangan
yang  diberikan  oleh  perusahaan  sudah  adil  sesuai  dengan  pekerjaan. Mayoritas  karyawan  juga  merasa  puas  dengan  sistem  penggajian  yang
diterapkan oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan sistem pengupahan pada PT ITP,  Tbk  merupakan  suatu  sistem  yang  mengatur  tentang  pengupahan
karyawan  yang  merupakan  kewenangan  Direksi  yang  tetap  memperhatikan saran  serikat  pekerja  dan  dalam  sistem  pelaksanaan  pembayaran  upahnya
ditentukan  tersendiri  sesuai  dengan  kebijakan  perusahaan.  Penetapan  upah merupakan  hasil rundingan antara Direksi dengan  serikat  pekerja. Penetapan
upah  ini  tetap  memperhatikan  kebutuhan  hidup  layak,  kondisi  perusahaan, serta disesuaikan dengan bobot pekerjaan, dan ditambahkan dengan beberapa
tunjangan  seperti  tunjangan  prestasi,  pengabdian,  tunjangan  transportasi, tunjangan perumahan, dan sebagainya.
Faktor-faktor  lain  yang  memberikan  kepuasan  kepada  karyawan  PT ITP, Tbk dalam bekerja adalah  jenis tugas pekerjaan, beban kerja yang adil,
tugas pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan, peralatan kerja yang  menunjang  kegiatan  operasional,  peralatan  kerja  yang  lengkap  dan
terawat,  fasilitas  yang  tersedia  dengan  baik  kantin,  transportasi,  tempat ibadah,  fasilitas  kesehatan.  Selain  itu,  sebagian  besar  karyawan  menilai
bahwa atasan telah memberikan arahan, bimbingan, bantuan, dan pujian bagi bawahannya,  serta  komunikasi  yang  terjalin  antara  atasan  dengan  bawahan
telah memberikan kepuasan kerja bagi karyawan. Hal tersebut terjadi karena atasan  memberikan  bimbingan  jika  bawahannya  mengalami  kesulitan  dalam
melaksanakan  pekerjaan.  Bimbingan  yang  diberikan  oleh  atasan  merupakan salah  satu  bentuk  perhatian  atasan  kepada  bawahannya,  sehingga  para
karyawan dapat bekerja lebih giat dan target perusahaan akan tercapai. Selain itu,  atasan  memberikan  pujian  jika  bawahannya  telah  bekerja  untuk
menghasilkan kualitas dan kuantitas pekerjaan sesuai target perusahaan.
5.6.  Analisis  Persepsi  Karyawan  tentang  Sistem  Penilaian  Kinerja,  Motivasi Kerja, dan Kepuasan Kerja Berdasarkan Karakteristik Karyawan
Persepsi  karyawan  Divsi  HRGA  PT  ITP,  Tbk  Citeureup  mengenai sistem  penilaian  kinerja,  motivasi  kerja,  dan  kepuasan  kerja  dengan  rataan
skor berdasarkan karakteristik karyawan ditinjau dari segi jenis kelamin, usia, tingkat  pendidikan,  dan  masa  kerja.  Nilai  rataan  skor  yang  terdapat  pada
masing-masing  pernyataan  dalam  kuesioner  menunjukkan  penilaian  tingkat kesetujuan  karyawan  terhadap  pernyataan  dalam  kuesioner,  yaitu  dengan
batasan sebagai berikut : nilai 1,00-1,80 menunjukkan penilaian  sangat tidak setuju  dengan  intepretasi  pelaksanaan  sangat  tidak  baik;  1,81-2,60
menunjukkan  penilaian  tidak  setuju  dengan  intepretasi  pelaksanaan  tidak baik;  2,61-3,40  menunjukkan  penilaian    kurang  setuju  dengan  intepretasi
pelaksanaan  kurang  baik;  3,41-4,20  menunjukkan  penilaian  setuju  dengan intepretasi  pelaksanaan  baik;  dan  4,21-5,00  menunjukkan  penilaian  sangat
setuju dengan intepretasi pelaksanaan sangat baik.
1.  Analisis Persepsi Karyawan tentang Sistem Penilaian Kinerja Berdasarkan Karakteristik Karyawan
Persepsi  karyawan  Divisi  HRGA  PT  ITP,  Tbk  mengenai indikator sistem penilaian kinerja yang terdiri dari tujuan penilaian kinerja,
waktu  penilaian  kinerja,  prosedur  penilaian  kinerja,  metode  penilaian kinerja,  efektivitas  penilaian  kinerja,  dan  implementasi  penilaian  kinerja
dikategorikan  berdasarkan  karakteristik  jenis  kelamin,  usia,  tingkat pendidikan, dan masa kerja. Hal ini dilakukan  untuk  melihat kaitan antara
karakteristik karyawan dengan persepsi terhadap sistem penilaian kinerja. Tabel 14.  Persepsi karyawan tentang sistem penilaian kinerja berdasarkan
karakteristik jenis kelamin
Jenis Kelamin
SISTEM PENILAIAN KINERJA Tujuan  Waktu
Prosedur  Metode  Efektivitas  Implementasi
Laki-laki 3,65
3,71 3,41
3,61 3,38
3,48 Perempuan
3,78 3,6
3,38 3,73
3,3 3,5
Total 3,72
3,66 3,40
3,67 3,34
3,49
Tabel  14  memperlihatkan  bahwa  karyawan  laki-laki  dan perempuan  menilai  tujuan  penilaian  kinerja,  waktu  penilaian  kinerja,
metode  penilaian  kinerja,  dan  implementasi  penilaian  kinerja  yang diterapkan perusahaan sudah baik. Sedangkan efektivitas  penilaian kinerja
yang diterapkan perusahaan dinilai masih kurang baik oleh karyawan laki- laki dan perempuan.
Selain  itu,  karyawan  perempuan  menilai  perusahaan  kurang  baik dalam  melaksanakan  prosedur  penilaian  kinerja.  Hal  tersebut  terjadi
diduga  karena  adanya  anggapan  bahwa  perempuan  lebih  sensitif  dalam menilai  pelaksanaan  prosedur  penilaian  kinerja  yang  ada.  Sedangkan
karyawan  laki-laki  menilai  bahwa  prosedur  penilaian  kinerja  telah dilaksanakan dengan baik oleh perusahaan.
Tabel 15.  Persepsi karyawan tentang sistem penilaian kinerja berdasarkan karakteristik usia
Usia tahun
SISTEM PENILAIAN KINERJA Tujuan  Waktu
Prosedur  Metode  Efektivitas  Implementasi
26-31 3,60
4,05 4
4,2 3,67
4,2 32-37
3,34 3,29
2,89 3,29
2,86 2,89
Lanjutan Tabel 15.
Usia tahun
SISTEM PENILAIAN KINERJA Tujuan  Waktu
Prosedur  Metode  Efektivitas  Implementasi
38-43 3,64
3,66 3,41
3,56 3,33
3,4 44-49
3,70 3,86
3,31 3,62
3,48 3,58
50-55 3,90
3,71 3,62
3,82 3,53
3,69
Total 3,64
3,71 3,45
3,70 3,37
3,55
Pada  Tabel  15  terlihat  bahwa  karyawan  dengan  rentang  usia berapapun,  kecuali  rentang  usia  32-37  tahun  menilai  tujuan,  waktu,  dan
metode  penilaian  kinerja  sudah  diterapkan  dengan  baik  oleh  perusahaan. Sedangkan  karyawan  dengan  rentang  usia  32-37  tahun  menilai  bahwa
perusahaan  masih  kurang  baik  dalam  menerapkan  tujuan,  waktu,  dan metode penilaian kinerja.
Hasil  lainnya  memperlihatkan  bahwa  karyawan  dengan  rentang usia 32-37 tahun, 38-43 tahun, dan 44-49 tahun menilai perusahaan kurang
baik  dalam  menerapkan  prosedur  penilaian  kinerja.  Sedangkan  karyawan dengan rentang usia 26-31 tahun dan 50-55 tahun menilai bahwa prosedur
penilaian  kinerja  sudah  diterapkan  dengan  baik  oleh  perusahaan.  Hal tersebut diduga terjadi karena karyawan dengan rentang usia 26-31 tahun
merupakan  karyawan  yang  belum  terlalu  banyak  mengalami  penilaian kinerja  sehingga  masih  menganggap  prosedur  penilaian  kinerja  yang
diterapkan perusahaan baik. Karyawan  dengan  rentang  usia  32-37  tahun  dan  38-43  tahun
menilai bahwa penilaian kinerja yang diterapkan perusahaan masih kurang efektif dan masih kurang baik implementasinya. Namun karyawan dengan
rentang  usia  26-31  tahun,  44-49  tahun,  dan    50-55  tahun  menilai  bahwa penilaian  kinerja  sudah  diterapkan  dengan  efektif  dan  implementasinya
sudah baik. Tabel 16.  Persepsi karyawan tentang sistem penilaian kinerja  berdasarkan
karakteristik tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan
SISTEM PENILAIAN KINERJA Tujuan
Waktu Prosedur
Metode  Efektivitas  Implementasi
Lainnya 3,88
3,86 2,92
3,56 3,5
3,31 SMU
3,67 3,64
3,4 3,57
3,31 3,42
Lanjutan Tabel 16.
Tingkat Pendidikan
SISTEM PENILAIAN KINERJA Tujuan
Waktu Prosedur
Metode  Efektivitas  Implementasi
Diploma 3,71
3,66 3,48
3,77 3,54
3,57 S1
3,67 3,94
3,81 4,06
3,52 4,06
S2 3,25
3,5 3,25
3,5 2,83
3,5
Total 3,64
3,72 3,37
3,69 3,34
3,57
Tabel  16  memperlihatkan  bahwa  karyawan  dengan  tingkat pendidikan S2 menilai tujuan penilaian kinerja yang diterapkan perusahaan
kurang  baik.  Hal  ini  terjadi  karena  semakin  tinggi  latar  belakang pendidikan  seorang  karyawan  maka  semakin  luas  pengetahuannya  untuk
dapat  menilai  tujuan  penilaian  kinerja  yang  seharusnya  diterapkan. Sedangkan karyawan dengan tingkat pendidikan  lainnya, SMU, Diploma,
dan  S1  menilai  bahwa  perusahaan  sudah  baik  dalam  menerapkan  tujuan penilaian kinerja.
Hasil lainnya menunjukkan karyawan dengan berbagai macam latar belakang  pendidikan  menganggap  bahwa  waktu  dan  metode  penilaian
kinerja  yang  dilaksanakan  perusahaan  sudah  baik.  Hal  tersebut  terjadi karena  waktu  dan  metode  penilaian  kinerja  sudah  dilaksanakan  dengan
baik sesuai dengan latar belakang pendidikan karyawan yang ada. Karyawan dengan latar belakang pendidikan SMU, S2, dan lainnya
menilai  bahwa  prosedur  penilaian  kinerja  yang  diterapkan  perusahaan kurang  baik.  Sedangkan  karyawan  dengan  latar  belakang  pendidikan
Diploma dan S1 menilai bahwa perusahaan sudah baik dalam menerapkan prosedur penilaian kinerja.
Karyawan dengan latar belakang pendidikan lainnya, Diploma, dan S1  menilai  bahwa  penilaian  kinerja  sudah  diterapkan  dengan  efektif.
Sebaliknya  karyawan  dengan  latar  belakang  pendidikan  SMU  dan  S2 menilai bahwa penilaian kinerja yang diterapkan perusahaan masih kurang
efektif. Pada Tabel 16 juga terlihat bahwa karyawan dengan latar belakang
pendidikan  SMU,  Diploma,  S1,  dan  S2  menilai  perusahaan  sudah  baik dalam  mengimplementasikan  penilaian  kinerja.  Sedangkan  karyawan
dengan  latar  belakang  pendidikan  lainnya  menilai  bahwa  implementasi penilaian  kinerja  yang  dilaksanakan  perusahaan  masih  kurang  baik.  Hal
tersebut  terjadi  karena  karyawan  dengan  latar    belakang  pendidikan lainnya yaitu dibawah SMU menginginkan implementasi penilaian kinerja
berupa  reward  yang  tinggi  apabila  karyawan  didapati  memiliki  kinerja yang baik.
Tabel 17. Persepsi karyawan tentang sistem penilaian kinerja berdasarkan karakteristik masa kerja
Masa Kerja
tahun SISTEM PENILAIAN KINERJA
Tujuan  Waktu Prosedur  Metode  Efektivitas  Implementasi
1-10 3,64
4 3,71
4 3,4
4,04 11-20
3,63 3,59
3,23 3,51
3,28 3,35
21-30 3,72
3,74 3,52
3,7 3,45
3,55 31-40
4 3,67
3,67 3,83
3,56 3,5
Total 3,75
3,75 3,53
3,76 3,42
3,61
Tabel 17 menjelaskan bahwa karyawan yang sudah bekerja selama rentang  tahun  berapapun  menilai  tujuan,  waktu,  dan  metode  penilaian
kinerja  sudah  diterapkan  dengan  baik  oleh  perusahaan.  Hal  ini memperlihatkan bahwa tujuan, waktu, dan metode penilaian kinerja sudah
dilaksanakan  dengan  konsisten  dan  sesuai  dengan  pedoman  penilaian kinerja yang telah dibuat.
Karyawan  yang  sudah  bekerja  selama  11-20  tahun  menilai  bahwa perusahaan  masih  kurang  baik  dalam  menerapkan  prosedur  penilaian
kinerja.  Sedangkan  karyawan  dengan  rentang  masa  kerja  berapapun, kecuali rentang masa kerja 11-20 tahun menilai bahwa prosedur penilaian
kinerja sudah diterapkan dengan baik oleh perusahaan. Hasil lainnya memperlihatkan bahwa karyawan yang sudah bekerja
selama rentang 1-10 tahun dan 11-20 tahun menilai penilaian kinerja yang diterapkan perusahaan masih kurang efektif. Sebaliknya karyawan dengan
masa kerja 21-30 tahun dan 31-40 tahun menilai  bahwa penilaian kinerja sudah diterapkan dengan efektif.
Pada  Tabel  17  juga  terlihat  bahwa  karyawan  yang  sudah  bekerja selama  11-20  tahun  menilai  bahwa  implementasi  penilaian  kinerja  masih
kurang  baik. Sedangkan karyawan dengan rentang  masa kerja  berapapun, kecuali  rentang  masa  kerja  11-20  tahun  menilai  bahwa  impementasi
penilaian kinerja sudah baik. 2.  Analisis  Persepsi  Karyawan  tentang  Motivasi  Kerja  dan  Kepuasan  Kerja
Berdasarkan Karakteristik Karyawan. Persepsi karyawan Divisi HRGA PT ITP, Tbk mengenai motivasi
kerja  dan  kepuasan  kerja  dikategorikan  berdasarkan  karakteristik  jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan masa kerja. Hal ini dilakukan  untuk
melihat  kaitan  antara  karakteristik  karyawan  dengan  persepsi  terhadap motivasi kerja dan kepuasan kerja.
Tabel 18. Persepsi  karyawan  tentang  motivasi  kerja  dan  kepuasan  kerja berdasarkan karakteristik karyawan
Karakteristik Motivasi
Kerja Kepuasan
Kerja Jenis
Kelamin
Laki-laki 3,69
3,63 Perempuan
3,66 3,53
Total 3,68
3,58 Usia
tahun
26-31 3,79
3,8 32-37
3,2 3,13
38-43 3,59
3,52 44-49
3,81 3,68
50-55 3,92
3,88
Total 3,66
3,60 Tingkat
Pendidikan
Lainnya 4,07
4,17 SMA
3,61 3,54
Diploma 3,65
3,51 S1
3,88 3,81
S2 3,48
3,13 Total
3,74 3,63
Masa Kerja tahun
1-10 3,71
3,64 11-20
3,54 3,48
21-30 3,81
3,72 31-40
4,03 4
Total 3,77
3,71
Pada  Tabel  18  terlihat  bahwa  karyawan  laki-laki  dan  perempuan termotivasi  dan  puas  dalam  bekerja  di  PT  ITP,  Tbk.  Hal  ini  dikarenakan
baik  karyawan  laki-laki  maupun  perempuan  sama-sama  memiliki kebutuhan  yang  sudah  dipenuhi  oleh  perusahaan.  Hasil  lainnya  yaitu
karyawan  dengan  rentang  usia  berapapun,  kecuali  rentang  usia  32-37 sudah  termotivasi  dan  puas  dalam  bekerja  di  PT  ITP,  Tbk.  Sedangkan
karyawan  dengan  rentang  usia  32-37  tahun  kurang  termotivasi  dan  puas
dalam  bekerja  di  PT  ITP,  Tbk.  Hal  ini  terjadi  karena  adanya  perbedaan kebutuhan diantara masing-masing karyawan yang memiliki usia berbeda.
Karyawan dengan berbagai latar belakang pendidikan menganggap perusahaan  sudah  baik  dalam  memberikan  motivasi  kerja  dan  kepuasan
kerja,  kecuali  karyawan  dengan  latar  belakang  pendidikan  S2  menilai kurang  puas  dalam  bekerja  di  PT  ITP,  Tbk.  Hal  tersebut  diduga  terjadi
karena  karyawan  dengan  latar  belakang  pendidikan  yang  tinggi menginginkan  tantangan  didalam  bekerja  dan  menginginkan  peralatan
kerja  yang  mengikuti  perkembangan  teknologi.  Namun  kenyataannya karyawan  dengan  latar  belakang  pendidikan  S2  menganggap  perusahaan
masih  belum  dapat  memberikan  kepuasan  kerja  bagi  karyawan  tersebut. Pada  Tabel  18  juga  terlihat  bahwa  karyawan  yang  memiliki  masa  kerja
pada  rentang  berapapun  sudah  termotivasi  dengan  baik  dan  memiliki kepuasan kerja selama bekerja di PT ITP, Tbk. Hal tersebut terjadi karena
sejak  karyawan  diterima  bekerja  di  perusahaan,  PT  ITP,  Tbk memperlakukan karyawan sebagai aset perusahaan sehingga terus menerus
memberikan  motivasi  bagi  karyawan  dan  meningkatkan  kepuasan karyawan dalam bekerja di PT ITP, Tbk.
5.7.   Analisis Hubungan Sistem Penilaian Kinerja dengan Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja Karyawan