Sejarah Pengelolaan Tipe Tutupan Lahan Tanah Kosong

tanah cenderung tidak banyak. Tanpa banyak tutupan tumbuhan pada lantai hutan, lapisan tanah teratas lebih mudah terbawa oleh aliran air dan tiupan angin. Hutan Campuran Tipe tutupan hutan campuran merupakan hutan yang terdiri dari bermacam- macam jenis tumbuhan. Hutan ini tumbuh pada ketinggian sekitar 1.200 m dpl. Dan memiliki tanah relatif subur dan kering tidak tergenang air dalam waktu lama. Hutan campuran merupakan vegetasi yang paling kaya, baik dalam arti jumlah jenis makhluk hidup yang membentuknya, maupun dalam tingginya nilai sumberdaya lahan tanah, air, cahaya matahari yang dimilikinya. Hutan ini didominasi oleh pepohonan besar yang membentuk tajuk berlapis-lapis layering, sekurang- kurangnya tinggi tajuk teratas rata-rata adalah 45 m paling tinggi dibandingkan rata- rata hutan lainnya, rapat, dan hijau sepanjang tahun. Ada tiga lapisan tajuk atas di hutan ini: a. Lapisan pohon-pohon yang lebih tinggi, muncul di sana-sini dan menonjol di atas atap tajuk kanopi hutan sehingga dikenal sebagai “sembulan” emergent. Sembulan ini bisa sendiri-sendiri atau kadang-kadang menggerombol, namun tak banyak. Pohon-pohon tertinggi ini bisa memiliki batang bebas cabang lebih dari 30 m, dan dengan lingkar batang hingga 4,5 m. b. Lapisan kanopi hutan rata-rata, yang tingginya antara 24–36 m. Lapisan tajuk bawah, yang tidak selalu menyambung. Lapisan ini tersusun oleh pohon-pohon muda, pohon-pohon yang tertekan pertumbuhannya, atau jenis-jenis pohon yang tahan naungan. c. Kanopi hutan banyak mendukung kehidupan lainnya, semisal berbagai jenis epifit termasuk anggrek, bromeliad, lumut, serta lumut kerak, yang hidup melekat di cabang dan rerantingan. Tajuk atas ini demikian padat dan rapat, membawa konsekuensi bagi kehidupan di lapis bawahnya. Tetumbuhan di lapis bawah umumnya terbatas keberadaannya oleh sebab kurangnya cahaya matahari yang bisa mencapai lantai hutan, sehingga orang dan hewan cukup leluasa berjalan di dasar hutan. Ada dua lapisan tajuk lagi di aras lantai hutan, yakni lapisan semak dan lapisan vegetasi penutup tanah. Lantai hutan sangat kurang cahaya, sehingga hanya jenis-jenis tumbuhan yang toleran terhadap naungan yang bertahan hidup di sini; di samping jenis-jenis pemanjat liana yang melilit batang atau mengait cabang untuk mencapai atap tajuk. Akan tetapi kehidupan yang tidak begitu memerlukan cahaya, seperti halnya aneka kapang dan organisme pengurai dekomposer lainnya tumbuh berlimpah ruah. Dedaunan, buah-buahan, ranting, dan bahkan batang kayu yang rebah, segera menjadi busuk diuraikan oleh aneka organisme tadi. Pada saat-saat tertentu ketika tajuk tersibak atau terbuka karena sesuatu sebab pohon yang tumbang, misalnya, lantai hutan yang kini kaya sinar matahari segera diinvasi oleh berbagai jenis terna, semak dan anakan pohon; membentuk sejenis rimba yang rapat.

5.1.3 Dominansi Jenis Tumbuhan pada setiap Tipe Tutupan Lahan

Secara rinci komposisi jenis tumbuhan disetiap tipe tutupan lahan dapat dilihat pada lampiran 9, 10, 11 dan 12. Adapun jenis-jenis tumbuhan yang dominan di setiap tipe tutupan lahan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.1.2. Tabel 5.1.2 Dominansi jenis tumbuhan di setiap tipe tutupan lahan No. Tipe Tutupan Lahan Tingkat Pertumbuhan Jenis Tumbuhan Dominan Jumlah Jenis K indha F D m 2 INP ha H’ 1. Tanah Kosong - - - - - - - - 2. Rumput- Rumputan Tumbuhan bawah Digitaria sanguinalis 10 108,3 0,33 - 95 0,26 3. Semak Belukar - Waltheria indica 11 191,6 0,66 - 28 0,98 4. Hutan Tanaman Pohon Tectona grandis 3 450 1 5,40 250 0,07 5. Hutan Campuran Penutup tanah Pancang Mimosa pudica Hopea bancana 6 283,3 1 - 65 2,28 2 175 1 - 163 Tiang Pohon Baccaurea racemosa 2 141,6 1 0,41 189 Eugenia cymosa 6 141,6 1 0,61 63 Berdasarkan data pada Tabel 5.1.2, jenis tumbuhan dominan pada setiap tipe tutupan lahan berbeda-beda. Hal ini dikarenakan setiap tipe tutupan lahan yang ada memiliki fungsi dan karakteristik masing-masing. Jenis tumbuhan dominan pada setiap tipe tutupan lahan yakni Digitaria sanguinalis L. INP 95 di rumput- rumputan, Waltheria indica L. INP 28 di semak belukar, Tectona grandis INP 250 di hutan tanaman, serta Mimosa pudica INP 65, Hopea bancana INP 163, Baccaurea racemosa INP 189, dan Eugenia cymosa INP 63 di hutan campuran. Suatu jenis tumbuhan dapat merupakan jenis tumbuhan indikator apabila memiliki nilai INP yang tinggi, terutama dibandingkan dengan nilai INP tertinggi kedua dan seterusnya. Dominansi merupakan pengukuran nilai jumlah spesies per luas basal area dari tumbuhan tersebut. Secara ekologi indeks nilai penting diperlihatkan oleh suatu spesies merupakan indikasi bahwa spesies yang bersangkutan dianggap dominan pada kondisi habitat tersebut. Selanjutnya keanekaragaman pada tipe tutupan lahan rumput-rumputan, semak belukar, dan hutan tanaman termasuk kategori rendah sedangkan pada tipe tutupan lahan hutan campuran dikategorikan sedang. Menurut Muller 1974 dikemukakan bahwa komposisi bervegetasi hutan alami yang telah terbentuk dalam jangka panjang akan memperlihatkan fisiognomi, fenologi dan gaya regenerasi yang lambat dan cenderung mantap, sehingga dinamika floristik komunitas hutan tidak terlalu nyata dan mencolok. Dalam konteks ini pergantian generasi atau regenerasi spesies seakan-akan tidak tampak, akibatnya jarang dijumpai spesies tertentu yang kemudian muncul dominan, karena semua spesies telah beradaptasi dalam jangka waktu yang lama. Jenis Tumbuhan Digitaria sanguinalis Digitaria sanguinalis adalah spesies rumput dikenal dengan rumput kepiting berbulu atau rumput kepiting besar. Jenis rumput ini adalah salah satu spesies yang dikenal hampir di seluruh dunia sebagai gulma pada umumnya. Jenis ini merupakan rumput tahunan dengan perbungaan hingga sembilan sangat panjang dan sangat tipis serta memiliki cabang beranting. Setiap cabang dilapisi dengan pasangan gabah yang sangat kecil dan perbungaan berwarna kemerahan atau keunguan Moody, 1984. Benih-benih dari jenis rumput tersebut dimakan dan telah digunakan sebagai gandum di Jerman dan terutama Polandia, serta seringkali dibudidayakan. Rumput ini juga sangat bergizi, terutama pasca tanaman memproduksi benih. Hal ini sering dipergunakan untuk memberikan pakan untuk hewan, atau dipotong dan dipaketkan sebagai jerami. Dibandingkan dengan rumput lain, rumput ini memiliki persentase protein yang relatif tinggi. Seringkali petani menggarap jenis rumput ini pada akhir musim semi, dengan maksud mendorong kualitas benih rumput kepiting. Rumput kepiting untuk konsumsi manusia tentu harus dipanen dengan tangan agar menghasilkan gandum sepanjang musim panas. Dengan menggunakan mesin panen akan membutuhkan waktu berbulan-bulan sehingga banyak benih yang akan terbuang sia-sia. Rumput ini menghasilkan biji-bijian dalam jumlah yang sangat banyak. Biji-bijian tersebut merupakan gulma halus berfungsi sebagai mulsa dan dapat bertahan baik pada cuaca panas dan kekeringan. Adaptasi membuatnya menjadi kandidat untuk lingkungan pertanian kecil. Kegunaan rumput ini untuk transmigran pada abad kesembilan belas sebagai rumput yang telah membuat benih, tetapi dengan berjalannya waktu dianggap sebagai gangguan yang tidak menarik. Rumput ini sering mengambil keuntungan dari kesuburan sehingga tanah menjadi tidak subur dan kekeringan, hal ini mengakibatkan melemahnya jenis rumput yang lain. Sulit untuk memusnahkan jenis rumput ini karena akan menumbuhkan, dan dengan menggunakan bahan kimia kemungkinan akan merugikan rumput di sekitarnya. Cara kontrol yang paling efisien adalah menarik sebagian rumput dan menjaga sisa rumput dengan disiram dan dipangkas pada ketinggian dua sampai tiga inci Luis, 1983. Jenis Tumbuhan Waltheria indica Waltheria indica merupakan semak yang memiliki tinggi mencapai 2 m dan 2 cm diameter batang. Jenis tumbuhan ini mempunyai akar tunggang yang lemah, akar kuat lateral, dan akar halus berlimpah. Akar berwarna coklat dan fleksibel. Semak ini biasanya tunggal, memiliki batang kuat yang muncul dari tanah, tapi sering juga