Kerangka Pemikiran Earthworm as Bioindicator for Soil Fertility within Land Cover Types in Bogor Dramaga

Vegetasi yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama pada satu tempat di mana antara individu-individu penyusunnya terdapat interaksi yang erat, baik diantara tumbuh-tumbuhan maupun dengan hewan- hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut. Dengan kata lain, vegetasi tidak hanya kumpulan dari individu-individu tumbuhan melainkan membentuk suatu kesatuan di mana individu-individunya saling tergantung satu sama lain, yang disebut sebagai suatu komunitas tumbuh-tumbuhan Soerianegara, 1998. Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik Soerianegara, 1998. Dalam menganalisis suatu vegetasi pada penelitian ekologi hutan dikemukakan Kusmana, 1997, pada umumnya para peneliti ingin mengetahui spesies tumbuhan yang dominan yang memberi ciri utama terhadap fisiognomi suatu komunitas hutan. Spesies tumbuhan yang dominan dalam komunitas dapat diketahui dengan mengukur dominansi tersebut. Ukuran dominansi dapat dinyatakan dengan beberapa parameter, antara lain biomassa, penutupan tajuk, luas basal area, indeks nilai penting, dan perbandingan nilai penting summed dominance ratio. Beragam spesies tumbuhan ini akan mengalami proses guguran dedaunan, buah-buahan, ranting dan bahkan batang kayu yang rebah sehingga menjadi busuk dan diuraikan oleh aneka organisme, salah satunya adalah cacing tanah. Guguran daun ini berupa serasah daun-daunan yang diangggap sebagai sumber bahan organik yang paling baik bagi cacing tanah karena relatif tinggi kandungan karbohidrat yang dapat diasimilasi dan rendah lignoselulosanya. Serasah tua lebih cepat didekomposisi namun kualitas nutrisinya lebih rendah daripada serasah segar. Penyebaran bahan organik di dalam tanah juga sangat memengaruhi distribusi cacing tanah. Tanah yang miskin bahan organik tidak dapat menampung jumlah cacing yang banyak Anas,1990. Dengan demikian, untuk menciptakan sistem pertanian yang berkelanjutan berbasis lingkungan, maka pengelola harus mampu memelihara sumberdaya agar tetap dalam keadaan stabil, sebijaksana mungkin dalam melakukan eksploitasi alam agar tumbuhan dan mikroba tanah dapat melakukan fungsi masing-masing secara sempurna sehingga terciptanya eksistensi lahan yang subur demi produktivitas dan sustainabilitas ekosistem. Keberlanjutan ekologi merupakan prasyarat untuk pembangunan dan keberlanjutan kehidupan manusia. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1. Gambar 1.1 Diagram alir penelitian

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk penentuan tingkat kesuburan tanah secara cepat dengan melihat keberadaan jenis cacing tanah tertentu. TUMBUHAN Identifikasi jenis dan menduga tumbuhan dominan CACING TANAH Identifikasi jenis dan menduga kelimpahan cacing tanah N, P, K, C-Organik, pH, Tekstur Sifat Fisik dan Kimia Tanah KESUBURAN TANAH TUTUPAN LAHAN Hutan campuran, Hutan tanaman, Semak Belukar, Rumput-rumputan, Tanah kosong Produktivitas dan Sustainabilitas Ekosistem TANAH Analisis sampel tanah pada setiap tipe tutupan lahan 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cacing Tanah

Menurut Gaddie 1975, cacing tanah merupakan kelompok hewan invertebrata yang banyak dijumpai pada tempat-tempat yang lembab di seluruh dunia. Ukuran cacing bervariasi, namun sifat-sifat fisik dan biologinya hampir sama. Cacing tanah memiliki ciri-ciri tubuh yang halus dibandingkan dengan hewan lain. Tubuhnya terdiri dari segmen-segmen teratur seperti cincin annulus, sehingga cacing tanah dimasukkan ke dalam kelompok annelida. Berbeda dengan anthropoda, segmen- segmen antropoda hanya bersifat segmen-segmen luar, sedangkan pada annelida di dalam internal, sehingga disebut somit. Beberapa somit anterior cacing tanah membentuk suatu organ yang disebut klitelum Waluyo, 1993. Minnich 1977 menyatakan bahwa cacing tanah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: bersegmen, tidak mempunyai kerangka luar, berlendir yang dihasilkan oleh kelenjar dalam epidermis dan bersifat hemaprodit. Menurut Catalan 1981, ada sekitar 1800 spesies cacing tanah di dunia yang telah diidentifikasi dan diklasifikasikan. Ada dua tipe spesies cacing tanah berdasarkan perilaku hidupnya, yaitu earthmovers dan composters pembuat kompos. 1. Earthmovers adalah spesies soliter penyendiri yang hidup di dalam tanah dengan membuat terowongan berongga di dalam tanah rongga-rongga ini akan terisi udara fungi, dan algae pada tanah dan memberikan nutrisi melalui kotoran mereka ke tanah pada level akar yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan. 2. Composters adalah spesies yang hidup secara massal dalam tumpukan organik di permukaan tanah. Mereka mengkonsumsi bakteri, fungi, dan algae yang ada pada dedaunan mati dan bahan organik lainnya dan mengubahnya menjadi humus. Spesies cacing tanah yang biasa dikomersilkan antara lain Eisenia foetida, Lumbricus rubellus, Lumbricus hortensis, Lumbricus terristris, Eudrilus engeniae, Eisenia andrei, dan Perionyx excavatus. Cacing harimau Eisenia foetida dan cacing merah Rubellus lumbricus merupakan cacing tanah jenis Composters. Cacing harimau Eisenia foetida memiliki garis-garis merah dan kuning pada tubuhnya dan lebih sering menggeliat meronta keras ketika berada di tangan manusia. Sedangkan cacing merah Lumbricus rubellus lebih memilih tinggal di atas permukaan tanah, dibawah kayu lapuk, dedaunan kering dan sampah organik lainnya.

2.2 Cacing Tanah berdasarkan Jenis Makanan

Berdasarkan jenis makanannya, secara fungsional cacing tanah dikelompokkan menjadi tiga, yaitu litter feeder pemakan bahan organik sampah, kompos, pupuk hijau, limifagus pemakan tanah suburmud atau tanah basah, dan geofagus pemakan tanah. Berdasarkan tempat hidupnya, cacing tanah