Manfaat Penelitian Earthworm as Bioindicator for Soil Fertility within Land Cover Types in Bogor Dramaga

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cacing Tanah

Menurut Gaddie 1975, cacing tanah merupakan kelompok hewan invertebrata yang banyak dijumpai pada tempat-tempat yang lembab di seluruh dunia. Ukuran cacing bervariasi, namun sifat-sifat fisik dan biologinya hampir sama. Cacing tanah memiliki ciri-ciri tubuh yang halus dibandingkan dengan hewan lain. Tubuhnya terdiri dari segmen-segmen teratur seperti cincin annulus, sehingga cacing tanah dimasukkan ke dalam kelompok annelida. Berbeda dengan anthropoda, segmen- segmen antropoda hanya bersifat segmen-segmen luar, sedangkan pada annelida di dalam internal, sehingga disebut somit. Beberapa somit anterior cacing tanah membentuk suatu organ yang disebut klitelum Waluyo, 1993. Minnich 1977 menyatakan bahwa cacing tanah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: bersegmen, tidak mempunyai kerangka luar, berlendir yang dihasilkan oleh kelenjar dalam epidermis dan bersifat hemaprodit. Menurut Catalan 1981, ada sekitar 1800 spesies cacing tanah di dunia yang telah diidentifikasi dan diklasifikasikan. Ada dua tipe spesies cacing tanah berdasarkan perilaku hidupnya, yaitu earthmovers dan composters pembuat kompos. 1. Earthmovers adalah spesies soliter penyendiri yang hidup di dalam tanah dengan membuat terowongan berongga di dalam tanah rongga-rongga ini akan terisi udara fungi, dan algae pada tanah dan memberikan nutrisi melalui kotoran mereka ke tanah pada level akar yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan. 2. Composters adalah spesies yang hidup secara massal dalam tumpukan organik di permukaan tanah. Mereka mengkonsumsi bakteri, fungi, dan algae yang ada pada dedaunan mati dan bahan organik lainnya dan mengubahnya menjadi humus. Spesies cacing tanah yang biasa dikomersilkan antara lain Eisenia foetida, Lumbricus rubellus, Lumbricus hortensis, Lumbricus terristris, Eudrilus engeniae, Eisenia andrei, dan Perionyx excavatus. Cacing harimau Eisenia foetida dan cacing merah Rubellus lumbricus merupakan cacing tanah jenis Composters. Cacing harimau Eisenia foetida memiliki garis-garis merah dan kuning pada tubuhnya dan lebih sering menggeliat meronta keras ketika berada di tangan manusia. Sedangkan cacing merah Lumbricus rubellus lebih memilih tinggal di atas permukaan tanah, dibawah kayu lapuk, dedaunan kering dan sampah organik lainnya.

2.2 Cacing Tanah berdasarkan Jenis Makanan

Berdasarkan jenis makanannya, secara fungsional cacing tanah dikelompokkan menjadi tiga, yaitu litter feeder pemakan bahan organik sampah, kompos, pupuk hijau, limifagus pemakan tanah suburmud atau tanah basah, dan geofagus pemakan tanah. Berdasarkan tempat hidupnya, cacing tanah dikelompokkan menjadi epigaesis hidup dipermukaan tanah, anasaesis hidup dengan liang permanen di dalam tanah, dan endogaesis hidup di dalam tanah dengan membuat liang terus-menerus. Spesies cacing tanah epigaesis dan anasaesis banyak ditemukan di daerah subtropis, dan di daerah tropis yang dominan adalah endogaesis meso dan oligohumik Lavelle, 1988. Dalam upaya meningkatkan efisiensi pengolahan tanah lahan kering, cacing tanah kelompok endogaesis penting untuk dimanfaatkan. Selain memperbaiki sifat fisik tanah dan mengkonservasi bahan organik tanah, cacing tanah juga meningkatkan kesuburan tanah secara alami dan berlangsung secara terus-menerus. Jenis cacing tanah memiliki karakteristik berbeda sesuai dengan sifat habitat. Jenis Pheretima hupiens bersifat geofagus, artinya dominan sebagai pemakan tanah yang banyak terdapat pada tanah ultisol dengan tekanan lingkungan relatif berat, pH tanah rendah, sangat masam dan bahan organik rendah. Jenis Eudrellus sp. bersifat limifagus, yaitu pemakan tanah subur atau tanah basah yang banyak ditemukan pada tanah latosol atau inceptisol dengan pH sedang, mendekati netral dan bahan organik cukup. Sementara jenis Lumbricus sp. bersifat litter feeder, yaitu pemakan serasah yang pada awalnya berasal dari Eropa, namun sekarang telah banyak dibudidayakan sebagai pemakan sampah kota Anwar, 2009.

2.3 Peranan Cacing Tanah terhadap Kesuburan Tanah