Cacing Tanah Cacing Tanah berdasarkan Jenis Makanan

dikelompokkan menjadi epigaesis hidup dipermukaan tanah, anasaesis hidup dengan liang permanen di dalam tanah, dan endogaesis hidup di dalam tanah dengan membuat liang terus-menerus. Spesies cacing tanah epigaesis dan anasaesis banyak ditemukan di daerah subtropis, dan di daerah tropis yang dominan adalah endogaesis meso dan oligohumik Lavelle, 1988. Dalam upaya meningkatkan efisiensi pengolahan tanah lahan kering, cacing tanah kelompok endogaesis penting untuk dimanfaatkan. Selain memperbaiki sifat fisik tanah dan mengkonservasi bahan organik tanah, cacing tanah juga meningkatkan kesuburan tanah secara alami dan berlangsung secara terus-menerus. Jenis cacing tanah memiliki karakteristik berbeda sesuai dengan sifat habitat. Jenis Pheretima hupiens bersifat geofagus, artinya dominan sebagai pemakan tanah yang banyak terdapat pada tanah ultisol dengan tekanan lingkungan relatif berat, pH tanah rendah, sangat masam dan bahan organik rendah. Jenis Eudrellus sp. bersifat limifagus, yaitu pemakan tanah subur atau tanah basah yang banyak ditemukan pada tanah latosol atau inceptisol dengan pH sedang, mendekati netral dan bahan organik cukup. Sementara jenis Lumbricus sp. bersifat litter feeder, yaitu pemakan serasah yang pada awalnya berasal dari Eropa, namun sekarang telah banyak dibudidayakan sebagai pemakan sampah kota Anwar, 2009.

2.3 Peranan Cacing Tanah terhadap Kesuburan Tanah

Peranan cacing tanah, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam meningkatkan kesuburan fisik, kimia dan biologis tanah adalah sebagai berikut Tian, 1992: 1. Menguraikan bahan organik dan meningkatkan laju siklus nutrisi. 2. Memindahkan bahan organik dan mikroorganisme ke dalam tanah. 3. Membentuk struktur tanah dan mengurangi kepadatan tanah. 4. Meningkatkan porositas tanah sehingga dapat meningkatkan infiltrasi dan mengurangi laju peluncuran air run off dan meningkatkan aerasi sehingga meningkatkan respirasi tanah. 5. Meningkatkan aktivitas mikroorganisme. 6. Membuka lapisan subsoil sehingga memudahkan pertumbuhan akar tumbuhan.

2.4 Perbaikan Sifat Fisik oleh Aktivitas Cacing Tanah

Cacing tanah dapat memperbaiki beberapa sifat fisik tanah. Peranan cacing tanah dalam perbaikan sifat fisik tanah adalah melalui pembuatan lubang yang bersinambung dan pembentukkan pori-pori pada kotorannya kasting. Kedua hal tersebut mengakibatkan cacing tanah dapat meningkatkan aerasi tanah, meningkatkan kapasitas tanah menahan air, mempertahankan tanah dalam kondisi gembur, memperbaiki struktur tanah, menghancurkan lapisan keras hardpan, dan membuat saluran-saluran subur untuk akar tanaman Minich,1977. Cacing tanah juga dapat meningkatkan daya serap tanah terhadap air di permukaan tanah. Pada lubang-lubang yang dibuat cacing di dalam tanah banyak terdapat kasting yang menyebabkan akar tanaman dapat menembus tanah lebih dalam. Lubang-lubang, kasting, dan akar tanaman, secara bersamaan akan melipatgandakan kemampuan tanah dalam menyerap air pada waktu hujan. Akibat selanjutnya persediaan air di dalam tanah akan lebih teratur, sehingga mampu menjamin pertumbuhan tanaman lebih baik. Pertumbuhan tanaman yang baik yang baik akan menyediakan daun-daun tumbuh lebik baik. Daun-daun yang jatuh menjadi humus yang mampu menahan air dalam jumlah yang banyak dan memperbaiki sifat- sifat fisik tanah yang lain Budiarti, 1992. Dua jenis cacing tanah Aporectodea tuberculata dan L. rubellus yang digunakan oleh Zachman, dalam penelitiannya di lapang pada tanah Typic Hapludoll nyata meningkatkan laju infiltrasi. Pada perlakuan tanah diolah, sisa tanaman dicampur, dan diberi cacing Aporectodea tuberculata ataupun L. rubellus dengan populasi 212 indm 2 Sudharto 1986 telah meneliti pengaruh populasi cacing tanah jenis Pherionyx sp. terhadap fisik tanah Haplorthox Citayam. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Pherionyx sp. menurunkan bobot isi tanah, meningkatkan total pori, pori aerasi dan permeabilitas, akan tetapi menurunkan proporsi pori air tersedia. , mampu meningkatkan laju infiltrasi hingga lebih dari empat kali lipat dibandingkan dengan perlakuan yang sama tetapi tanpa cacing. Joschko 1989 menjelaskan bahwa lubang cacing tanah meningkatkan laju infiltrasi melalui dua sebab yaitu dengan peningkatan absolute laju infiltrasi dan dengan bertambah lamanya waktu infiltrasi dengan laju tinggi pada saat awal. Lubang yang dibuat cacing tanah berorientasi vertikal. Hasil penelitian Joschko 1989 menunjukkan bahwa sudut lubang cacing Lumbricus terrestris berkisar dari 60 hingga 90 terhadap permukaan tanah. Akan tetapi lubang tidak lurus, melainkan berbelok-belok dengan sudut belokan sebesar 130 Panjang lubang cacing Lumbricus terrestris hasil pengukuran 34 lubang yang dilakukan oleh Joschko 1989 rata-rata 30,3 cm dengan diameter 9,4 mm. Hasil pengukuran lain yang dilakukan oleh Lamparski 1987, terhadap lubang cacing Lumbricus badensis dan Lumbricus polyphemus, menunjukkan bahwa masing-masing mencapai kedalaman 2,5 dan 1,3 m. Diameter lubang cacing Lumbricus badensis seragam, antara 14-16 mm. Di dekat permukaan tanah, lubang bercabang-cabang menjadi 5-7 lubang di permukaan tanah. Diameter lubang cacing Lumbricus polyphemus bervariasi. Pada kedalaman 15-20 cm diameter lubang berkurang setengah dari diameter lubang di permukaan tanah. . Menurut Joschko 1989 panjang lubang cacing tanah dipengaruhi oleh kepadatan tanah. Pada tanah gembur volume pori 58-60 lubang yang dibuat cacing tanah lebih panjang dibandingkan dengan pada tanah padat volume pori 40- 47 . Dalam penelitian yang dilakukannya, panjang lubang Lumbricus terrestris pada tanah dengan volume pori 40 tidak lebih pendek dibandingkan dengan pada tanah dengan volume pori 47 . Wendi, 1988 dalam Joschko, 1989 menyatakan bahwa tidak ada pengurangan panjang lubang cacing. Lumbricus terrestris pada tanah dengan bobot isi tinggi lebih dari 1,73 gcm 3 atau volume pori 35 . Di pihak lain,