Jenis dan Kesuburan Tanah

dalam pemupukan. Tekstur dapat ditentukan dengan metode, yaitu dengan metode pipet dan metode hydrometer, kedua metode tersebut ditentukan berdasarkan perbedaan kecepatan air partikel di dalam air Hakim et al, 1986. Tanah disusun dari butir-butir tanah dengan berbagai ukuran. Bagian butir tanah yang berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar tanah seperti kerikil, koral sampai batu. Bagian butir tanah yang berukuran kurang dari 2 mm disebut bahan halus tanah. Bahan halus tanah dibedakan menjadi: 1pasir, yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai dengan 2 mm. 2debu, yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,002 mm sampai dengan 0,050 mm. 3liat, yaitu butir tanah yang berukuran kurang dari 0,002 mm. Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat. Menurut Hardjowigeno 1992 tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dikelompokkan dalam 14 klas tekstur, dapat dilihat pada Tabel 5.1.5. Tabel 5.1.5 Jenis tekstur tanah Jenis Tanah Klas Tekstur Kasar Pasir Pasir berlempung Agak kasar Lempung berpasir Lempung berpasir halus Sedang Lempung berpasir sangat halus Lempung Lempung berdebu Debu Agak halus Lempung liat Lempung liat berpasir Lempung liat berdebu Halus Liat berpasir Liat berdebu Liat Tabel 5.1.6 Tekstur tanah pada tipe tutupan lahan No. Tipe tutupan lahan Tekstur tanah 1. 2. 3. 4. 5. Tanah kosong Rumput-rumputan Semak belukar Hutan tanaman Hutan campuran Lempung liat berdebu Liat berdebu Liat berdebu Lempung liat berdebu Liat berdebu Berdasarkan segitiga tekstur tanah didapatkan tekstur tanah yang sama pada tipe tutupan lahan tanah kosong dan hutan tanaman yaitu lempung liat berdebu. Tekstur tanah pada setiap tipe tutupan lahan disajikan pada Tabel 5.1.6. Lempung liat berdebu memiliki ciri- ciri yakni terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat . Adapun pada tipe tutupan lahan rumput-rumputan, semak belukar dan hutan campuran memiliki tekstur tanah liat berdebu. Liat berdebu memiliki ciri-ciri yakni terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan. Hubungan antara tekstur tanah dan kesuburan tanah tidak selalu ada meskipun tekstur tanah dapat menentukan atau berpengaruh dalam beberapa hal berikut: • Pengerjaan tanah, misalnya tanah berpasir di daerah iklim basah biasanya cepat terurai. Selain itu, tanah tersebut berkapasitas rendah dalam menahan air, sehingga mudah mengering. Dengan menambah bahan-bahan organik, maka kesuburan tanah tersebut dapat ditingkatkan. • Pengerjaan tanah berpasir di daerah beriklim kering arid. Tanah di sini meskipun kadar bahan makanannya cukup tinggi, tetapi nilai kesuburannya rendah karena minimnya presipitasi, pencucian, dan rendahnya kapasitas menahan air. • Pengerjaan tanah lempung. Dipandang dari sudut mudah tidaknya dikerjakan dan komposisi kimiawinya, tanah lempung mempunyai sifat yang bermacam-macam, diantaranya bersifat plastis dan sukar untuk diolah bila basah, serta keras jika kering. Namun, di daerah iklim tropis basah tanah lempung memiliki permeabilitas walaupun rendah. Permeabilitas tanah adalah cepat lambatnya air meresap ke dalam tanah melalui pori-pori tanah baik ke arah horizontal maupun ke arah vertikal. Cepatlambatnya perembesan air ini sangat ditentukan oleh tekstur tanah. Semakin kasar tekstur tanah semakin cepat perembesan air. Ketebalan atau solum tanah menunjukkan berapa tebal tanah diukur dari permukaan sampai ke batuan induk. Erosi menyangkut banyaknya partikel-partikel tanah yang terpindahkan. Drainase adalah pengeringan air yang berlebihan pada tanah yang mencakup proses pengatusan dan pengaliran air yang berada dalam tanah atau permukaan tanah yang menggenang. Di daerah yang mempunyai solum tanah dalam, drainase yang baik, tekstur halus, kemiringan lereng 1-2 dapat diusahakan secara intensif tanpa bahaya erosi atau penurunan produktivitas. Daerah seperti ini mempunyai kemampuan besar dan bila diusahakan hambatan. Kemampuan daerah bersolum tanah dangkal, drainase buruk, tekstur tanah sangat halus atau sangat kasar, dan berlereng curam adalah terbatas dan bila lahan itu digunakan banyak hambatannya. Dilihat dari segi kesuburannya, tanah dibedakan atas tanah-tanah muda, dewasa, tua, dan sangat tua. • Tanah muda, berciri unsur hara atau zat makanan yang terkandung di dalamnya belum banyak sehingga belum subur. • Tanah dewasa, berciri unsur hara atau zat makanan yang terkandung di dalamnya sangat banyak sehingga tanah ini sangat subur. Tanah iniah yang sangat baik untuk pertanian. • Tanah tua, berciri unsur atau zat hara makanan yang terkandung di dalamnya sangat berkurang. • Tanah sangat tua, berciri unsur hara atau zat makanan yang terkandung di dalamnya sudah sangat sedikit, bahkan hampir habis sehingga ada yang menyebutkan jenis tanah ini sebagai tanah yang mati. Tanah ini sangat tidak subur. Tanah muda ditandai oleh masih tampaknya pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampaknya struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol, dan litosol. Tanah dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horizon B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, dan grumusol. Tanah tua proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada perlapisan tanah. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua laterit. Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda dan 1.000–10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa. Dengan melihat perbedaan sifat faktor-faktor pembentuk tanah tersebut, pada suatu tempat tentunya akan menghasilkan ciri dan jenis tanah yang berbeda-beda pula. Sifat dan jenis tanah sangat tergantung pada sifat-sifat faktor pembentukan tanah. Tekstur mempengaruhi beberapa sifat tanah yaitu: kapasitas tukar kation KTK, kandungan bahan organik, kadar air, drainase, permeabilitas, struktur, konsistensi dan erodibilitas. Kandungan pH terendah terdapat pada lahan rumput-rumput sebesar 3,9 yang menyatakan tanah pada lahan tersebut sangat masam. Adapun pH tertinggi terdapat pada lahan hutan campuran sebesar 5,4 termasuk tanah dengan kategori masam. Kondisi ini membuktikan bahwa cacing tanah akan tumbuh dan berkembangbiak lebih banyak pada lahan hutan campuran dibandingkan keempat lahan lainnya dikarenakan kemasaman tanah pH pada lahan tersebut lebih mendekati pada kondisi lingkungan dengan pH yang disenangi cacing tanah yakni berkisar antara pH 6,5-8,3. Kandungan C-organik pada lahan tanah kosong sebesar 1,80 yang termasuk kategori rendah dan kategori tertinggi terdapat pada lahan hutan campuran sebesar 3,90. C-organik merupakan presentase kesuburan dalam tanah yang terdiri dari berbagai ikatan C karbon sehingga nilai tertinggi pada lahan hutan campuran dapat dikatakan lahan tersebut memiliki kesuburan tanah yang baik. Kandungan nitrogen pada lahan tanah kosong lebih rendah sebesar 0,17 dan nilai tertinggi sebesar 0,41 pada lahan hutan campuran. Kandungan nitrogen N yang tinggi termasuk kategori tanah yang subur dikarenakan N dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar, umumnya menjadi faktor pembatas pada tanah- tanah yang tidak dipupuk. Berupa asam amino, amida dan amin yang berfungsi sebagai kerangka building blocks dan senyawa antara intermediary compounds. Berupa protein, khlorofil, asam nukleat: proteinensim mengatur reaksi biokimia, N merupakan bagian utuh dari struktur klorofil, warna hijau pucat atau kekuningan disebabkan kekahatan N, sebagai bahan dasar DNA dan RNA. Rendahnya kadar nitrogen tanah menunjukkan bahwa sumber nitrogen tanah terbatas. Diketahui bahwa N di dalam tanah sangat mobil. Peluang terjadinya kehilangan N melalui pencucian pada tanah bertekstur kasar lebih tinggi dibandingkan pada tanah bertekstur halus. Nitrogen tanah biasanya berasal dari bahan organik yang mempunyai kandungan protein yang tinggi, fiksasi atau pengikatan nitrogen bebas oleh mikroba tanah, air hujan, atau melalui pemupukan. Rendahnya nitrogen dalam tanah diduga dikarenakan oleh nitrogen anorganik dalam bentuk ion terabsorbsi atau diserap oleh tumbuhan yang berada di sekitarnya. Nisbah CN bernilai 10-12. Menurut Tisdale 1993, jika CN 20 menunjukkan bahwa pada proses dekomposisi segera terjadi, hal ini dipengaruhi oleh sifat koloid dalam tanah dan kation-kation yang diserap. Kualitas bahan organik berkaitan dengan penyediaan N, yang ditentukan oleh jumlah kandungan nitrogen tinggi, lignin dan konsentrasi polifenol rendah. Rasio CN merupakan petunjuk yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengenai kecepatan proses perombakan bahan organik berupa dekomposisi dan mineralisasi unsur hara yang terikat secara kimia dalam bentuk senyawa kompleks dalam tubuh organisme. Kandungan kalium K tertinggi terdapat pada tipe tutupan lahan hutan campuran sebesar 0,42 dan hutan tanaman sebesar 0,33. Pada kedua tipe tutupan lahan memiliki kategori tanah yang subur dikarenakan kalium merupakan membentuk dan mengangkut karbohidrat, sebagai katalisator dalam pembentukkan protein, membantu perkembangan akar tanaman, membantu tanaman menjadi lebih tahan terhadap hama dan penyeakit serta menaikkan pertumbuhan jaringan meristem. Kapasitas Tukar Kation KTK merupakan salah satu kimia tanah yang terkait dengan ketersediaan hara bagi tanaman dan menjadi indikator kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Tanah dengan KTK tanah tinggi terhindar dari pencucuian unsur hara leaching, sehingga unsur hara senantiasa berada dalam jangkauan perakaran tmbuhan. Tanah dengan KTK tanah tinggi bila didominasi oleh kation basa, Ca, Mg, K, Na kejenuhan Basa tinggi dapat meningkatkan kesuburan tanah, tetapi apabila didominasi oleh kation asam, Al, H kejenuhan basa rendah dapat mengurangi kesuburan tanah. KTK paling tinggi dilihat pada lahan hutan campuran sebesar 16,11 cmolkg dan terendah pada lahan hutan tanaman jati 10,21 cmolkg. Hasil analisis kejenuhan basa KB menunjukkan nilai yang sangat tinggi sebesar 100 pada lahan hutan tanaman jati dan pada hutan campuran sebesar 92. Hasil ini menunjukkan bahwa kedua tipe tutupan lahan merupakan tanah yang subur, ditunjukkan dengan nilai KB yang tinggi. Hal ini disebabkan kejenuhan basa dijadikan salah satu indikator kesuburan tanah.

5.1.6 Kajian Hubungan antara Kelimpahan Tumbuhan, Kelimpahan Cacing Tanah dan Kesuburan Tanah

Hasil pengujian hubungan antara kelimpahan tumbuhan, populasi cacing tanah dan kesuburan tanah dengan analisis multivariate didapatkan persamaan sebagai berikut: Y = -7,663 - 0,041X 1 + 38,973 X 2 + 0,202X 3 + 51,208 X 4 - 0,044X 5 Persamaan ini menunjukkan bahwa variable yang berpengaruh signifikan terhadap kelimpahan cacing tanah adalah unsur-unsur kesuburan tanah C-organik X 2 dan fosfor X 4 dengan menghasilkan nilai R = 0,901.

5.2 Pembahasan

Kelima tipe tutupan yaitu tanah kosong, rumput-rumputan, semak belukar, hutan tanaman dan hutan campuran. Tipe tutupan lahan tersebut memiliki kondisi lingkungan dan sejarah pengelolaan yang berbeda-beda sehingga kelimpahan cacing tanah pada setiap tipe tutupan lahan berbeda. Kondisi lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kelimpahan cacing tanah sebagai bioindikator kesuburan tanah adalah faktor lingkungan yang juga berpengaruh terhadap kualitas kastingnya. Sihombing 1991, menyatakan kotoran atau feses cacing tanah yang bertekstur halus dan subur adalah eksmecat casting cacing tanah. Istilah casting pada sebagian besar masyarakat adalah kotoran cacing tanah casting yang bercampur dengan sisa media atau pakan cacing tanah. Casting merupakan hasil proses pencernaan yang terjadi di dalam tubuh dan setelah keluar dari tubuh cacing merupakan proses fermentasi. Di dalam tubuh cacing tanah terdapat banyak bakteri yang membantu proses dekomposisi bahan organik menjadi senyawa sederhana dan siap diserap oleh tumbuhan. Kandungan unsur hara casting tergantung pada spesies cacing tanah yang menghasilkan, bentuk berbeda-beda dan spesifik untuk setiap spesies. Casting tersebut diletakkan di bagian permukaan tanah dekat dengan lubang masuk mulut liang. Menurut Tomatti 1988, casting cacing tanah mengandung hormon tumbuh tumbuhan seperti auksin 3.80 ug equievg BK, sitokinin 1.05 ug equievg BK dan giberelin 2.75 ug equievg BK. Hormon tersebut tidak hanya memacu perakaran pada cangkokan, tetapi juga memacu pertumbuhan akar tanaman di dalam tanah, memacu pertunasan ranting baru pada batang dan cabang pohon, serta pertumbuhan daun. Casting memiliki banyak kelebihan dalam hal kandungan unsur hara dan bahan organik lain yang berguna bagi tumbuhan. Oleh karena itu, casting banyak dimanfaatkan sebagai pupuk organik penyubur tumbuhan. Disamping itu, casting merupakan sumber nutrisi bagi mikroba tanah, dengan adanya nutrisi tersebut, mikroba pengurai bahan organik akan terus berkembang dan menguraikan bahan organik dengan lebih cepat. Oleh karena itu, selain meningkatkan kesuburan tanah, casting juga membantu proses penghancuran limbah organik. Dalam meningkatkan kesuburan tanah, casting berperan memperbaiki kemampuan menahan air, membantu penyediaan nutrisi bagi tumbuhan dan memperbaiki struktur tanah Minnich, 1977. Casting mempunyai kemampuan menahan air sebesar 40-60 persen. Hal ini karena struktur casting yang memiliki ruang kosong yang mampu menyerap dan menyimpan air, sehingga mampu mempertahankan kelembaban.