Pluralisme Agama dalam Perspektif Kristen

dan masuk dalam pengetahuan dan menyadari secara penuh kebijaksanaan yang sempurna. 155

D. Pluralisme Agama dalam Perspektif Kristen

Pluralisme agama dalam perpektif Kristen, selain menggunakan pendekatan wahyu Allah dalam Kristus, ada juga yang menggunakan pendekatan metafora astronomi. Salah satu tokoh Kristen yang membicarakan pluralisme agama dengan menggunkan pendekatan metafora astronomi ini adalah John Hick. Ia menggunakan pendekatan ini, sebagaimana yang dilakukan oleh Ptolemeus dan Copernicus, yakni membicarakan tentang apa yang menjadi pusat tata surya di planet ini, apakah matahari atau bumi. Ptolemeus mengatakan bumilah yang menjadi pusat tata surya. Matahari dan planet lainnya mengelilingi bumi. Sebaliknya, Copernicus mengatakan bahwa mataharilah yang menjadi pusat tata surya, maka jika dikaitkan dengan agama-agama, Ptolemeus mengatakan, bahwa agama Kristenlah yang menjadi pusat seluruh agama, dan agama lain berputar mengelilinginya. 156 Lain halnya dengan Hick, ia mengatakan bahwa yang menjadi pusat bukanlah agama Kristen atau pada salah satu agama-agama yang lain, melainkan Allah. Dia adalah matahari, sumber azali dari cahaya dan kehidupan, yang digambarkan oleh semua agama. Dengan caranya masing-masing agama-agama mengelilingi pusat, sesuai dengan apa yang mereka pahami dan pengalaman 155 Rahman, Agama untuk Manusia, h. 125. 156 Coward, Pluralisme, 57-59. mereka mengenai yang tak terbatas itu sekalipun ada perbedaan di antara bermacam-macam wahyu. Menurutnya, kita dapat percaya bahwa dimana-mana Allah sedang bekerja pada jiwa manusia. Sebagai bentuk kongkrit lainnya adalah agama-agama mempunyai banyak nama untuk menyebut realitas yang tak terbatas itu. Ada yang menggunakan nama Allah, Yahwe, Shiva, Vishnu, atau Bapa Surgawi. Sedangkan Hick lebih suka menggunakan istilah “Yang Nyata” untuk menunjukkan realitas yang tak terbatas itu. 157 Selanjutnya salah satu tokoh yang pendekatan melalui wahyu Allah dalam Kristus adalah Wilfred Smith. Menurutnya, secara moral wahyu Allah dalam Kristus menghendaki rekonsiliasi dan rasa kebersamaan yang dalam. Oleh karena itu, kita harus berusaha menghilangkan hambatan-hambatan, menjembatani perbedaan-perbedaan, dan mengakui semua orang sebagai sesama dan anak-anak Allah Bapa yang sedang berupaya menemukan Dia yang sedang dicari-cari oleh- Nya sehingga mustahil jika orang Kristen mengatakan kami diselamatkan, kalian orang Islam, Hindu atau Budhis dihukum. Padahal mereka semua, orang Islam, Hindu atau Budhis adalah orang yang saleh dan cerdas. Tidak logis bagi Smith jika mereka dihukum dengan alasan mereka bukan seorang Kristiani. 158 Dasar yang menyatakan pandangan tersebut terdapat pada wahyu Kristus, yang mengatakan bahwa Allah mengulurkan tangan kepada semua orang dalam cinta, dan sebagai makhluk Allah yang terbatas karena menurrtnya, kita tidak dibatasi oleh cinta itu. Ia juga mengatakan bahwa jika kita ingin berlaku adil kepada sesama, agama haruslah dipandang sebagai suatu perjumpaan yang 157 Coward, Pluralisme, h. 59-60. 158 Coward, Pluralisme, h. 62. penting dan berubah-ubah antara Yang Ilahi dan manusia karena semua agama mengarah pada tujuan akhir, yakni Allah. 159 Oleh karena itu, visi yang ia tawarkan kepada agama-agama adalah pertemuan antarpribadi, bukan dalam kesunyian telaah para teolog karena menurutnya, dengan hal itu kita akan mengenal Allah, dunia kita, dan diri kita sendiri. Kita dapat mengenal satu sama lain dalam kebersamaan. Tentunya atas dasar hormat, kepercayaan, persamaan dan kasih timbal balik. Ia juga mengatakan bahwa kita harus berhenti membicarakan agama lain sebagai dia objek, ke mereka subjek, tetapi harus berkembang menjadi kami. Aku dan kamu, kita semua berbicara tentang kita karena kita adalah sesama anggota yang sederajat dari komunitas keagamaan yang meliputi seluruh dunia. 160 Selain Hick dan Smith adalah Hans Kung, Ia mengatakan, bahwa ada suatu hukum yang tanpa syarat dan kategoris sehingga bisa dipraktikkan oleh seluruh individu atau kelompok kita hidup dalam kedamaian. Hukum tersebut adalah hukum emas. Dalam Konfusius dikatakan, bahwa apa yang kamu sendiri tidak ingin lakukan jangan lakukan pada orang lain . Hal ini setara dengan yang dikatakan dalam Yahudi, jangan lakukan pada orang lain apa yang kamu tidak ingin orang lain lakukan padamu . Dalam khutbahnya dikatakan bahwa apa pun yang kamu inginkan pada orang lain untuk dilakukan padamu, lakukan pula pada mereka. 161 Namun sebagaimana dalam pandangan Islam, pandangan eksklusifisme dalam Kristen pun ada, yang terumus dalam Injil: akulah jalan kebenaran dan 159 Coward, Pluralisme, h. 63-64. 160 Coward, Pluralisme, h. 65. 161 Rahman, Agama untuk Manusia, h. 259-261. hidup . Tidak ada seorang pun yang datang kepada bapak kalau tidak melalui aku Yohanes 14: 6, atau yang dikenal dengan exstra ecclesian nulla salus, tidak ada keselamatan di luar Gereja. 162 Bagi yang menganut paham tersebut, bagi mereka Yesus Kristus adalah penjelmaan Allah yang unik. Wahyu universal untuk seluruh umat lain. Oleh karena itu, menurut mereka agama lain adalah sebagai kegelapan rohani, sedangkan pengikutnya dikutuk. Menurut mereka agama-agama lain dapat memiliki pengetahuan alami mengenai Allah, tapi pengetahuan tersebut tidak akan memberi keselamatan karena pengetahuan itu secara utuh ada dalam Kristus. Mereka meyakini kebenaran hadir paling sempurna dalam Yesus Kristus. Selain mendasarkan pandangan dalam Yohanes, mereka juga mendasarkan pandangannya dalam Matius 28: 18-19: kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah mereka dalam bapak dan anak dan roh kudus. 163 162 Rachman, Islam Pluralis, h. 44. 163 Coward, Pluralisme, h. 68-70.

BAB IV PLURALISME AGAMA DALAM PERSPEKTIF FARID ESACK