Pengakuan dan Penerimaan Kaum Lain Sebagai Komunitas Spiritual Pengakuan dan Penerimaan Aturan-Aturan dan Hukum-Hukum

yang benar kepada Allah dan Hari Kiamat, disertai dengan amal-amal yang saleh. Begitupun dengan Ridha, ia menyatakan bahwa keselamatan tidak dapat ditemukan dalam sektarianisme keagamaan, tetapi di dalam keyakinan yang benar dan kebajikan. Aspirasi kaum Muslim, Yahudi, atau Nasrani terhadap pentingnya keberagaman tak memberi pengaruh apa pun bagi Allah, tidak juga menjadi dasar ditetapkannya suatu keputusan. Adapun orang yang mengklaim agama dan kebajikannya saja yang dapat memberi keselamatan, menurut keduanya, mereka adalah termasuk orang- orang yang terkungkung dalam sektarianisme dan chauvinisme keberagaman yang sempit. 192

b. Pengakuan dan Penerimaan Kaum Lain Sebagai Komunitas Spiritual

yang Sah Adapun argumentasi mengenai pengakuan dan penerimaan spiritual komunitas lain yang sah, menurutnya, tertulis dalam Q.S. al- Hajj22: 40. 193 Teks tersebut menjelaskan tentang perintah yang pertama kali ketika diizinkannya berperang adalah keharusan memelihara kesucian tempat-tempat ibadah, baik itu biara, gereja, sinagog ataupun masjid. Pemeliharaan tempat-tempat tersebut, menurut Esack, tidak semata-mata untuk menjaga integritas masyarakat multi agama saja, tapi selain itu 192 Esack, Membebaskan yang Tertindas, h. 212-213. 193 Terjemahannya: “Dan sekiranya Allah tidak menolak keganasan sebagian manusia dengan sebagian yang lain tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja dan sinagog-sinagog orang Yahudi dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah.” karena Tuhan merupakan zat tertinggi bagi agama-agama itu telah disembah di dalam tempat-tempat tersebut. 194

c. Pengakuan dan Penerimaan Aturan-Aturan dan Hukum-Hukum

Komunitas Lain Selanjutnya argumentasi mengenai pengakuan dan penerimaan aturan-aturan komunitas lain, menurut Esack, tertulis dalam Q.S. al- Maidah5: 42-43 195 dan 47. 196 Teks tersebut menjelaskan pengakuan dan penerimaan aturan-aturan yang dibawa oleh Taurat dan Injil. 197 Menurutnya, Tuhan telah menetapkan aturan dan jalan yang berbeda-beda bagi semua orang, baik sebagai individu maupun komunitas agama, sebagaimana tercantum dalam Q.S. al-Maidah5: 48. 198 Dia telah mengirimkan nabi-nabi-Nya kepada mereka sesuai dengan konteks situasi umat mereka yang bermacam-macam dan berbeda-beda tersebut. Namun 194 Esack, Membebaskan yang Tertindas, h. 207. 195 Terjemahannya: “Mereka sangat suka berita bohong, banyak memakan makanan yang haram. Jika orang Yahudi datang kepadamu Muhammad untuk meminta putusan maka berilah putusan di antara mereka atau berpalinglah dari mereka, dan jika engkau berpaling dari mereka, maka mereka tidak akan membahayakanmu sedikitpun. Tetapi jika engkau memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah dengan adil. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil dan bagaimana mereka akan mengangkatmu menjadi hakim mereka, padahal mereka mempunyai Taurat yang di dalamnya ada hukum Allah, nanti mereka berpaling dari putusanmu setelah itu? Sungguh mereka bukan orang-orang yang beriman.” 196 Terjemahannya : “Dan hendaklah pengikut Injil memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah di dalamnya; barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang Fasik.” 197 Esack, Membebaskan yang Tertindas, h. 205. 198 Terjemahannya: “Dan kami telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan batu ujian atas kitab-kitab yang lain itu, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan syir’ah dan minhaj. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu telah dijadikan-Nya satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allahlah kembali kamu semua, lalu diberitahukan-Nya kepadamu tentang apa yang telah kamu perselisihkan itu.” misi yang dibawa oleh mereka sama, yaitu untuk menyadarkan kembali komitmen umatnya kepada tauhid, dan mengingatkannya tentang pertangungjawaban kepada Tuhan, juga untuk menegakkan keadilan, sebagaimana tercantum dalam Q.S. al-Syuro42: 13 199 yang menjelaskan bahwa din yang sama telah diwasiatkan kepada Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa. 200 Oleh karena itu, dengan penjelasan-penjelasan tersebut, klaim eksklusif yang ditujukan oleh sebagian, atau kelompok orang, menurutnya, tidaklah dibenarkan karena secara eksplisit al-Quran benar-benar mengakui keberadaan komunitas lain di luar komunitas Nabi Muhammad, baik secara sosial maupun spiritual. Bahkan celaan Allah pun pernah terlontar pada komunitas Yahudi dan Nasrani yang mengklaim keimanan dan kepemilikan sosioreligius mereka adalah satu-satunya keimanan yang diterima oleh Allah Swt. Celaan-celaan-Nya tersebut tertulis dalam Q.S.al- Baqarah2: 111-113 dan 135, Ali Imran3 : 67 dan 69. 201 199 Terjemahannya: “Dia Allah telah mensyariatkan kepadamu din yang telah diwasiatkan- Nya kepada Nuh dan dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu Muhammad dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu tegakkanlah din dan janganlah kamu pecah belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik din yang kamu serukan untuk mereka. Allah memilih orang yang dia kehendaki dan dan memberi petunjuk kepada orang yang kembali padanya.” 200 Esack, Membebaskan yang Tertindas, h. 205. 201 Terjemahan QS. al-Baqarah 111-113 berikut: “Dan mereka Yahudi dan Nasrani berkata tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi atau Nasroni. Itu hanya angan-angan mereka, katakanlah tunjukanlah bukti kebenaranmu jika kamu orang yang benar. Barang siapa tidak menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia mendpat pahala disisi Tuhan-Nya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. Dan orang Yahudi berkata, “orang-orang Nasrani itu tidak memiliki sesuatu pegangan,” dan orang-orang Nasrani juga berkata, “orang-orang Yahudi tidak memiliki sesuatu pegangan padahal Mereka membaca Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak berilmu, seperti ucapan mereka itu . Maka Allah akan mengadili mereka pada hari kiamat, tentang apa yang mereka perselisihkan”. Ayat 135 Terjemahannya berikut: “Dan kami telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan batu ujian atas kitab-kitab yang lain itu, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan Oleh karena itu, menurut Esack, kedatangan Nabi Muhammad tidaklah menghapus keberimanan umat sebelumnya. Dia hanyalah sebagai pemberi peringatan bagi umat sebelumnya karena sebenarnya menurut Esack, jika Tuhan menghendaki tentu Dia telah membuat manusia menjadi umat yang satu, dan alasan Tuhan menghendaki keanekaragaman jalan keimanan, menurutnya adalah agar manusia berlomba-lomba dalam kebaikan, dan sekiranya jalan itu penuh cobaan sehingga tidak memungkinkan seseorang untuk melewatinya, maka dia bebas memilih jalan lain yang telah ditetapkan oleh-Nya. 202

d. Pengertian Ulang Iman