Pluralisme Agama dalam Perspektif Buddha

mengatakan bahwa Allah yang sama yang dicari dalam semua agama, yang berbeda hanya cara menamakan-Nya. Beberapa ajaran yang diambil dari ajaran Islam di antaranya adalah menjauhkan diri lambang-lambang kehidupan agama termasuk kasta, berhala-berhala dan praktek-praktek ziarah termasuk penolakan terhadap pemujaan berhala-berhala. 149 Selain Namdev dan Kabir adalah Nanak. Ia adalah seorang penganut Hindu yang menyatukan ajaran Islam dan Hindu, menjadi agama Sikh. Namun latar belakang kebijaksanaannya lebih banyak dipengaruhi oleh agama Hindu. Ia menyatakan bahwa kegiatan kasih sayang dan penuh semangat dituntut dari semua orang. Allah adalah yang mutlak tanpa bentuk nirguna dan sekaligus adalah realitas yang terwujud saguna. 150 Selanjutnya adalah Keshub Chunder Sen. Ia adalah seorang penganut Hindu yang memadukan ketiga ajaran agama menjadi satu, yakni Islam, Hindu, dan Kristen. Dasar pemikirannya adalah bahwa semua semua yang baik dan mulia yang ada dalam yang lain harus diambil. Masukkan dan terimalah seluruh umat manusia dan semua kebenaran. Ia mengatakan hendaknya orang Hindu dan Kristen mengerti dan memahami keduanya. Tidak saling membenci dan meniadakan. 151

C. Pluralisme Agama dalam Perspektif Buddha

Paham pluralisme agama dalam agama Buddha termuat dalam sikap-sikap yang ditujukan oleh sang Buddha ketika ia dituduh oleh seorang pertapa akan 149 Coward, Pluralisme, h. 126-128. 150 Coward, Pluralisme, h. 129-130. 151 Coward, Pluralisme, h. 133-134. meruntuhkan sekte-sekte agama lain. Di antaranya adalah: ia hanya akan menerima murid yang pandai, cerdik dan jujur, dari pada seorang murid yang berakal licik dan penipu; ia tidak berharap dapat membuat orang lepas dari janji- janji agama yang mereka anut; ia tidak berharap orang lain meninggalkan jalan hidup yang mereka tempuh; ia tidak berharap dapat membuat jalan orang lain di jalan yang salah atau meninggalkan jalan-jalan yang baik. Tidak sama sekali. 152 Sikap-sikap yang diajarkan oleh sang Buddha tersebut menandakan bahwa ia mengakui nilai-nilai yang terdapat dalam agama-agama lain, dan tidak perlu merubah label-labelnya. Tujuan ia mengajar, hanya menginginkan para penganut baru meningkatkan kebenaran dan kebaikan seperti yang diajarkan dalam agama yang mereka anut sebelumnya. Dengan demikian tuduhan yang disampaikan oleh sang pertapa tidak terbukti karena pada kenyataanya sikap-sikap yang diajarkan oleh Sang Buddha, tidaklah seperti yang dituduhkan oleh sang pertapa. Sebaliknya, sang Buddha sangat toleran terhadap agama lain. 153 Sikap lainnya yang menunjukkan bahwa ia sangat pluralis adalah ketika ia mengkritik para Pendeta Brahmin yang mengklaim kitabnya sajalah yang memuat kebenaran, dan hanya dia sajalah yang harus mengajarkan kebenaran itu, sekaligus menyatakan yang lain salah. 154 Sikap-sikap yang ditujukan oleh sang Buddha tersebut, sesuai dengan ajarannya yakni dhamma. Ajaran tersebut selain mengajarkan sikap yang pluralis, juga mengajarkan hal-hal yang baik yang harus diperbanyak dan menjauhkan diri dari korupsi sehingga dengan kemampuan yang luar biasa orang akan mencapai 152 Rahman, Agama untuk Manusia, h. 123. 153 Rahman, Agama untuk Manusia, h. 129. 154 Rahman, Agama untuk Manusia, h. 129. dan masuk dalam pengetahuan dan menyadari secara penuh kebijaksanaan yang sempurna. 155

D. Pluralisme Agama dalam Perspektif Kristen