Oleh karena itu, menurut Esack, kedatangan Nabi Muhammad tidaklah menghapus keberimanan umat sebelumnya. Dia hanyalah sebagai
pemberi peringatan bagi umat sebelumnya karena sebenarnya menurut Esack, jika Tuhan menghendaki tentu Dia telah membuat manusia menjadi
umat yang satu, dan alasan Tuhan menghendaki keanekaragaman jalan keimanan, menurutnya adalah agar manusia berlomba-lomba dalam
kebaikan, dan sekiranya jalan itu penuh cobaan sehingga tidak memungkinkan seseorang untuk melewatinya, maka dia bebas memilih
jalan lain yang telah ditetapkan oleh-Nya.
202
d. Pengertian Ulang Iman
Sebagaimana yang telah dijelaskan di muka bahwa pengertian ulang istilah iman dalam pemikiran Esack sangat kontekstual dan
eksistensial dengan paham pluralisme agama. Oleh karena itu, dalam memahami istilah tersebut, Esack lebih menelusuri makna yang
sebenarnya yang terkandung dalam istilah tersebut. Menurutnya, jika pengertian iman merujuk pada pengunaannya
dalam al-Quran dan teologi Islam, iman adalah bentuk kata benda verbal
kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan syir’ah dan minhaj. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu telah dijadikan-Nya satu umat saja,
tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allahlah kembali kamu semua, lalu diberitahukan-Nya
kepadamu tentang apa yang telah kamu perselisihkan itu.” Q.S. Ali Imran3: 67 Terjemahannya berikut: “Ibrahim bukanlah Seorang yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, tetapi dia adalah
seorang yang lurus dan tidak lah termasuk orang-orang yang musyrik.” Ayat 69 Terjemahannya adalah berikut: “Segolongan Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, padahal sesungguhnya mereka
tidak menyesatkan melainkan diri mereka sendiri, tetapi mereka tidak menyadar.”
Esack, Membebaskan yang Tertindas,
h. 204-205.
201
Terjemahannya: “Dan mereka berkata, jadilah kamu penganut Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.“ katakanlah, “tidak tetapi kami mengikuti agama Ibrahim
yang lurus dan dia tidak termasuk orang-orang yang menyekutukan Tuhan.”
202
Esack, Membebaskan yang Tertindas, h. 207.
keempat dari akar kata a-m-n, pengertiannya merujuk pada aman,
mempercayakan, berpaling kepada . Kemudian dari pengertian tersebut
diperoleh makna keyakinan yang baik, ketulusan, ketaatan atau kesetiaan, sedangkan dalam bentuk keempatnya adalah amanah, mempunyai makna
ganda, yaitu percaya dan menyerahkan keyakinan. Makna primernya adalah menjadi setia pada apa yang telah dititipkan Tuhan kepada dirinya
dengan keyakinan teguh di dalam hati bukan hanya di lidah . Ketika a-m-n
yang diikuti oleh partikel bi, kata tersebut berarti mengakui atau mengenali
. Kata tersebut juga dipakai dalam makna percaya, yaitu ketika orang merasa aman untuk mempercayakan sesuatu kepada seseorang.
203
Penggunaan dalam arti menyerahkan sesuatu kepada seseorang untuk disimpan u tumina, tercantum dalam Q.S. al-Baqarah2: 283.
Kemudian dimanai sebagai rasa tentram dan kepuasan hati âminatan, tercantum dalam Q.S. an-Nahl16: 112. Perlindungan terhadap ancaman
dari luar amnan, tercantum dalam Q.S. al-Baqarah2: 125. Iman kepada Nabi Muhammad atau para nabi secara umum âmana, tercantum dalam
Q.S. al-Baqarah2: 177. Hari akhir yu minûna Q.S. al-Baqarah2: 4.
204
Dari beberapa pengertian tersebut, menurut Esack, dapat diasumsikan bahwa objeknya dapat dipahami, dan penggunaan dalam
bentuk tersebut menghubungkan makna keamanan dan kepercayaan dengan ide implisit bahwa siapapun yang beriman akan memperoleh
kedamaian dan perasaan aman. Dapat dikatakan iman menurut al-Quran adalah tindakan hati, keputusan untuk menyerahkan diri kepada Tuhan
203
Esack, Membebaskan yang Tertindas, h. 159.
204
Esack, Membebaskan yang Tertindas, h. 159.
dan firman-Nya, memperoleh kedamaian, rasa aman dan benteng terhadap cobaan
,
205
sedangkan, kata Mu’min dalam al-Quran bentuk kata bendanya adalah muminûn, yakni tercantum dalam Q.S. al-Anfal8: 2-4
berikut: “Sungguh muminûn adalah mereka yang apabila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan bila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, semakin kuatlah iman mereka dan kepada Tuhanlah mereka menyerahkan
diri, yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka. Itulah muminûn yang
sebenar-benarnya mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian disisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki nimat yang mulia.”
206
Menurut Esack, jika melihat teks tersebut, maka dapat dipetakan tiga pengertian iman, yaitu iman dalam pengertian spiritualpersonal secara
esensial, religius,
dan sosioekonomi.
Iman dalam
pengertian spiritualpersonal secara esensial, dijelaskan dengan bergetarlah hati
mereka ketika disebut nama Allah , sedangkan pengertian religius,
dijelaskan dengan mereka tak henti-hentinya beribadah, dan dalam pengertian sosioekonomi, menafkahkan sebagian rezeki yang kami berikan
kepadanya. Teks tersebut menggambarkan sifat orang yang benar-benar
beriman atau orang-orang yang benar-benar percaya. Menurut Zamakhsyari, karakter ini adalah syarat bagi iman yang sempurna,
sedangkan menurut al-Razi, iman harus berakibat pada kepatuhan, dan bagi Ibn al-Arabi, iman secara intrinsik terkait dengan pencarian
keyakinan yang lebih mendalam, tidak sekedar pengakuan rasional akan
205
Esack, Membebaskan yang Tertindas, h. 159-160.
206
Esack, Membebaskan yang Tertindas, h. 158.
kehadiran Tuhan, tetapi lebih dari itu, perhatian pada kualitas dan kehadiran hati yang harus mewarnai ibadah seseorang.
207
Namun, persoalan yang paling penting mengenai iman, menurut Esack, adalah iman merupakan pengakuan pribadi akan, dan respon aktif
terhadap kehadiran Tuhan di alam semesta dan di dalam sejarah. Aspek aktif dan pribadi iman tersebut mengimplikasikan bahwa ia berfluktuasi
dan dinamis,
208
yakni tetap terkait dengan kesadaran terdalam manusia, sosok makhluk yang hingga tingkat tertentu senantiasa berubah oleh
berbagai pengalaman sosial maupun personalnya, meski sumber aslinya adalah karunia dari Tuhan.
209
Beberapa penafsir merujuk dua hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang menyatakan bahwa iman akan menyelamatkan
manusia di akhirat nanti, dan iman itu bermacam-macam dan punya tujuh puluh cabang. Yang paling tinggi adalah berikrar bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri di jalan. Kerendahan hati adalah salah satu cabangnya.
210
e. Pengertian Ulang Islam