Fuzzy Analitycal Hierarchy Process Fuzzy AHP

28 di mana: i 1 = tingkat bunga ke-1 i 2 = tingkat bunga ke-2 NPV 1 = nilai NPV ke-1 NPV 2 = nilai NPV ke-2 Jika nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku IRRi, maka suatu perencanaan proyek dinyatakan layak untuk dilanjutkan, dan sebaliknya jiika IRR i, maka proyek ditolak. 3 Net Benefit Cost Ratio Net BC Net Benefit Cost Ratio Net BC merupakan angka perbandingan antara present value dari total penerimaan bersih terhadap present value dari total biaya produksi. Net BC dapat dihitung dengan rumus: Total Net Benefit Net BC = Total Production Cost Jika Net BC 1 maka proyek dinyatakan layak, jika Net BC = 1 maka proyek mencapai titik impas, dan jika Net BC 1, maka proyek dinyatakan tidak layak untuk dilanjutkan.

2.8 Fuzzy Analitycal Hierarchy Process Fuzzy AHP

Dalam proses pengambilan keputusan, otak manusia mempunyai karakteristik yang spesial yang mampu belajar dan menalar pada lingkungan yang samar vague dan kabur fuzzy. Berbeda dengan model matematik formal dan logika formal yang memerlukan data kuantitatif dan tepat, otak manusia juga mampu untuk sampai kepada suatu keputusan yang didasarkan pada data yang tidak tepat dan kualitatif. Dengan kata lain, setiap pengambil keputusan dalam memberikan preferensinya terhadap suatu alternatif atau kriteria adalah bersifat fuzzy Machfud 2001. Fuzzy AHP adalah modifikasi metode AHP dari Saaty tahun 1991 dan metode gugus fuzzy yang diperkenalkan oleh Zadeh tahun 1965 Marimin 2005. Metode fuzzy AHP adalah suatu metode yang dikembangkan dari metode AHP dengan menggunakan konsep fuzzy pada beberapa bagian seperti dalam hal penilaian sekumpulan alternatif dan kriteria. Pendekatan dengan fuzzy AHP memberikan deskripsi yang lebih akurat dalam proses pengambilan keputusan Kwong and Bai 2002; Ghotb and Warren 1995. 29 Menurut Kastaman 1999, beberapa keuntungan dari metode fuzzy AHP adalah: 1. Mampu mengatasi persoalan yang sifatnya kualitatif, yang terkadang membingungkan fuzzy, contohnya: bagaimana menentukan suatu pilihan dari serangkaian alternatif pilihan yang didasarkan atas beberapa kriteria yang sifatnya kualitatif, misalnya: kenyamanan atau keindahan yang tolok ukur atau skala ukurannya relatif. AHP dalam hal ini menyediakan suatu skala yang mengukur hal-hal yang tak dapat dinyatakan secara jelas atau relatif sedemikian rupa sehingga skala ukuran yang sifatnya kualitatif dapat diperlakukan sebagaimana halnya data kuantitatif, dan untuk menghindari ketidakkonsistenan dalam perhitungan, pada proses analisisnya melibatkan metode perbandingan berpasangan. 2. Mengingat pada proses pemilihan alternatif dalam AHP didasarkan atas perbandingan secara berpasang-pasangan dari mulai tingkatan level kriteria terbawah menurut hirarki persoalan yang dirumuskan. Maka pada proses analisis ini terjadi pembobotan kriteria dan pemilihan alternatif berdasarkan kompetisi penuh. Dengan demikian tingkat dominasi kepentingan atau bobot masing-masing kriteria dapat ditentukan secara pasti. 3. Proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara kelompok maupun perorangan, tergantung dari banyak sedikitnya responden penilai. Oleh karena itu metode ini dapat dikatakan fleksibel dalam menjawab persoalan baik yang sifat keputusannya individual maupun kelompok. 4. Pengambilan keputusannya akan lebih objektif, karena metode ini mampu menampilkan alternatif selang kepercayaan yang berkaitan dengan tingkat objektivitas pengambilan keputusan. 5. Dengan AHP dimungkinkan untuk memperbaiki definisi suatu masalah dan mengembangkan keputusannya melalui pengulangan, bila pada saat tahap analisis terjadi kekeliruan atau adanya kekurangan yang perlu ditambahkan. 6. Metode AHP dapat mengakomodasikan pendapat setiap orang dan dalam proses pengambilan keputusannya dapat dilakukan baik berdasarkan penilaian judgement maupun konsensus. 7. Oleh karena dalam AHP dibuat suatu hirarki sistem, maka dalam proses analisis akan terlihat keterkaitan atau ketergantungan diantara satu elemen sistem dengan elemen sistem lainnya. 30 8. AHP menghitung konsistensi logis dari setiap penilaian yang digunakan dalam menentukan prioritas. Sehingga ketidakkonsistenan dalam perbandingan berpasangan diantara alternatif pilihan dapat dihindari. Contoh dari bentuk ketidakkonsistenan yang dimaksud misalnya: A B, B C, namun terjadi C A. Konsistensi terjadi apabila A B, B C dan A C. 9. Bias yang muncul pada saat pembobotan kriteria dapat dihilangkan karena adanya proses normalisasi bobot. Menurut Yudhistira dan Diawati 2000 pengembangan metode fuzzy AHP melalui empat tahap, yaitu: 1. Skoring alternatif dan kriteria Skoring yang dilakukan oleh pengambil keputusan dalam bentuk variabel linguistik seperti sangat jelek, sedikit jelek, sedang, sedikit bagus dan lain- lain. Menurut Kastaman 1999, fuzzyfikasi pada metode fuzzy AHP adalah proses pengubahan nilai selang rating berupa batas nilai yang diberikan oleh penilai menjadi selang dalam bentuk bilangan fuzzy dengan maksud untuk menghilangkan ketidakkonsistenan nilai yang disebabkan selang rating dan bias setiap penilai. 2. Defuzzifikasi skor fuzzy Defuzzifikasi dilakukan untuk menentukan satu nilai dari skor fuzzy. Menurut Marimin 2005 defuzzifikasi merupakan suatu proses pengubahan output fuzzy ke output yang bernilai tunggal crisp. Terdapat banyak metode defuzzifikasi, namun yang banyak digunakan adalah metode centroid dan maximum. Dalam metode centriod, nilai tunggal dari variabel output dihitung dengan menemukan nilai variabel dari centre of gravity suatu fungsi keanggotaan untuk nilai fuzzy. Sedangkan di dalam metode maximum, satu dari nilai-nilai variabel yang merupakan nilai kepercayaan maksimum gugus fuzzy dipilih sebagai nilai tunggal untuk variabel output. 3. Pembobotan Pembobotan dapat dilakukan berdasarkan teori Saaty, yaitu penyusunan bobot melalui penilaian pendapat dengan cara komparasi berpasangan, yaitu membandingkan setiap elemen dengan elemen lainnya pada setiap tingkat hirarki secara berpasangan, sehingga terdapat nilai tingkat kepentingan. Untuk mentransformasikan dari data kualitatif menjadi data kuantitatif digunakan skala penilaian sehingga diperoleh nilai pendapat dalam bentuk angka. Marimin 2004 menyatakan bahwa untuk menentukan nilai eigen 31 eigenvector, dapat diselesaikan melalui dua cara, yaitu dengan manipulasi matriks dan persamaan matematik. 4. Rangking dan skor akhir Menentukan rangking dan skor akhir dapat digunakan set operasi yang memungkinkan sesuai dengan teori.

2.9 Penelitian Terdahulu yang Relevan