Pengembangan Perikanan Tangkap Pengembangan Perikanan Tangkap di Kawasan Taman Nasional Karimunjawa Jawa Tengah

16

2.3 Pengembangan Perikanan Tangkap

Pengembangan menurut DEPDIKBUD 1990 dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti pengertian proses, cara, atau perbuatan mengembangkan. Pengembangan merupakan usaha perubahan dari suatu kondisi yang kurang kepada suatu yang dinilai lebih baik. Manurung et al. 1998, memberikan pengertian tentang pengembangan sebagai suatu proses yang membawa peningkatan kemampuan penduduk dalam mengelola lingkungan sosial yang disertai dengan meningkatkan taraf hidup mereka. Dengan demikian pengembangan adalah suatu proses yang menuju pada suatu kemajuan. Pengembangan usaha perikanan merupakan suatu proses atau kegiatan manusia untuk meningkatkan produksi di bidang perikanan dan sekaligus meningkatkan pendapatan nelayan melalui penerapan teknologi yang lebih baik Bahari 1989. Monintja 1987 mengemukakan bahwa pengembangan usaha perikanan tangkap secara umum dilakukan melalui peningkatan produksi dan produktivitas usaha perikanan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pendapatan petani dan nelayan, produk domestik bruto PDB, devisa negara, gizi masyarakat dan penyerapan tenaga kerja, tanpa mengganggu atau merusak kelestarian sumber daya perikanan. Aspek yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan usaha perikanan yakni aspek biologi, teknis teknologi, ekonomis dan sosial-budaya. Aspek-aspek yang berpengaruh dalam pengembangan kegiatan perikanan tangkap di suatu kawasan konservasi antara lain: 1 Aspek biologi, berhubungan dengan sediaan SDI, penyebarannya, komposisi ukuran hasil tangkapan dan jenis spesies. 2 Aspek teknis, berhubungan dengan unit penangkapan, jumlah kapal, fasilitas penanganan di kapal, fasilitas pendaratan dan fasilitas penanganan ikan di darat. 3 Aspek sosial, berkaitan dengan kelembagaan dan tenaga kerja serta dampak usaha terhadap nelayan. 4 Aspek ekonomi, berkaitan dengan hasil produksi dan pemasaran serta efisiensi biaya operasional yang berdampak terhadap pendapatan bagi stakeholders. Apabila pengembangan perikanan di suatu wilayah perairan ditekankan pada perluasan kesempatan kerja, maka menurut Monintja 1987, teknologi yang perlu dikembangkan adalah jenis unit penangkapan ikan yang relatif dapat 17 menyerap banyak tenaga kerja, dengan pendapatan setiap nelayan memadai. Selanjutnya menurut Monintja 1987, dalam kaitannya dengan penyediaan protein untuk masyarakat Indonesia, maka dipilih unit penangkapan ikan yang memiliki produktivitas unit serta produktivitas nelayan per tahun yang tinggi, namun masih dapat dipertanggungjawabkan secara biologis dan ekonomis. Upaya pengelolaan dan pengembangan perikanan laut di masa mendatang memang akan terasa lebih berat sejalan dengan perkembangan IPTEK. Tetapi dengan pemanfaatan IPTEK itu pulalah kita diharapkan akan mampu mengatasi keterbatasan sumber daya melalui suatu langkah yang rasional untuk mendapatkan manfaat yang optimal dan berkelanjutan. Langkah pengelolaan dan pengembangan tersebut juga harus mempertimbangkan aspek biologi, teknis, sosial budaya dan ekonomi Barus et al. 1991. Seleksi teknologi menurut Haluan dan Nurani 1988, dapat dilakukan melalui pengkajian pada aspek bio-technico-socio-economi-approach, oleh karena itu ada empat aspek yang harus dipenuhi oleh suatu jenis teknologi penangkapan ikan yang dikembangkan, yaitu: 1 jika di tinjau dari segi biologi tidak merusak atau mengganggu kelestarian sumber daya, 2 secara teknis efektif digunakan, 3 secara sosial dapat di terima masyarakat nelayan, dan 4 secara ekonomi teknologi tersebut bersifat menguntungkan. Selanjutnya dikatakan bahwa satu aspek yang tidak dapat diabaikan adalah kebijakan- kebijakan dan peraturan pemerintah. Pengembangan jenis-jenis teknologi penangkapan ikan di Indonesia perlu diarahkan agar dapat menunjang tujuan- tujuan pembangunan umum perikanan, apabila hal ini dapat disepakati, maka syarat-syarat pengembangan teknologi penangkapan Indonesia haruslah dapat: 1 Menyediakan kesempatan kerja yang banyak. 2 Menjamin pendapatan yang memadai bagi para tenaga kerja atau nelayan. 3 Menjamin jumlah produksi yang tinggi. 4 Mendapatkan jenis ikan komoditi ekspor atau jenis ikan yang biasa diekspor. 5 Tidak merusak kelestarian SDI.

2.4 Taman Nasional