Metode Analisis Data Pengembangan Perikanan Tangkap di Kawasan Taman Nasional Karimunjawa Jawa Tengah

1 Praktisi, orang yang bekerja dan berpengalaman dalam bidang tertentu secara otodidak maupun terdidik secara akademis atau tidak melanjutkan karir di bidang akademis. 2 Ilmuwan, orang yang mempelajari dan mendalami pengetahuan tertentu lewat jalur formal melalui pendidikan tinggi dan memperdalam karirnya di bidang akademis perguruan tinggi atau lembaga penelitian. Pakar yang melakukan penilaian terhadap alternatif komoditas unggulan, alat tangkap ideal dan fuzzy AHP dengan kriteria yang telah ditetapkan dipilih secara sengaja purposive sampling dengan kriteria mewakili setiap bidang keahlian sesuai bidang kajian expert survey. Pakar yang dipilih adalah orang- orang yang paham dengan masalah penelitian dan pengembangan perikanan tangkap sehingga dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman yang komprehensif mengenai perkembangan perikanan tangkap. Para pakar yang melakukan penilaian adalah akademisi, Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Tengah, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Jepara, nelayan, dan BTNKJ.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data untuk mengevaluasi sistem zonasi yang ada dan untuk mengidentifikasi keterpaduan atau keterkaitan kegiatan dari masing- masing zona yang ada di Karimunjawa dilakukan dengan metode deskriptif. Analisis data dalam pemilihan komoditas unggulan dan alat tangkap ideal yang akan dikembangkan yang menunjang perkembangan pariwisata bahari dilakukan dengan menggunakan metode IPE dalam kaidah FGDM, di mana pembobotan kriteria dengan menggunakan metode OWA. Perhitungan kelayakan usaha dari usaha penangkapan ikan digunakan analisis finansial dengan kriteria: NPV, Net BC, dan IRR. Pemilihan alternatif prioritas pengembangan perikanan tangkap yang tepat di Karimunjawa dilakukan dengan menggunakan metode Fuzzy AHP. Tabel 2 Jenis, sumber, dan cara pengumpulan data primer Data No. Aspek Kajian Jenis Sumber Metode Pengumpulan 1. Zonasi ƒ Pembagian zona ƒ Kegiatan yang ada ƒ Nilai potensi yang ada di setiap zona ƒ Karakteristik masing-masing zona ƒ Kepala atau pegawai BTNKJ ƒ Tokoh masyarakat ƒ Pakar dan stakeholders ƒ Dinas Perikanan dan Kelautan ƒ Dinas Tata Ruang ƒ In-depth interview ƒ Kuisioner ƒ observasi 2. Keterpaduan kegiatan antar zona ƒ Jenis kegiatan ƒ Identifikasi lokasi ƒ Asset atau potensi biota ƒ SDI yang ada ƒ Kepala atau pegawai BTNKJ ƒ Dinas Tata Ruang ƒ Bapeda ƒ Pakar dan stakeholders ƒ Dinas Pariwisata ƒ Dinas Perikanan dan Kelautan ƒ In-depth interview ƒ Kuisioner ƒ observasi 3. Perikanan tangkap a. Komoditas unggulan ƒ Komposisi hasil tangkapan ƒ Harga ikan ƒ Kondisi ikan ƒ Ukuran ikan ƒ Nelayan ƒ Bakul ƒ Pakar ƒ Akademisi ƒ Dinas Perikanan dan Kelautan ƒ Wawancara ƒ Kuisioner ƒ Observasi Tabel 2 lanjutan Data No. Aspek Kajian Jenis Sumber Metode Pengumpulan b. Alat tangkap ideal ƒ Jenis alat tangkap ƒ Ukuran ƒ Material ƒ Alat bantu ƒ Metode ƒ Jumlah ABK ƒ Nelayan ƒ Pakar ƒ Akademisi ƒ Dinas Perikanan dan Kelautan ƒ BTNKJ ƒ Wawancara ƒ Kuisioner ƒ Observasi c. Kelayakan Finansial ƒ Harga kapal ƒ Harga alat tangkap ƒ Harga mesin ƒ Harga peralatan alat bantu ƒ Harga ikan per kg ƒ Biaya perbekalan ƒ Biaya perawatan ƒ Biaya penyusutan ƒ Waktu atau lama operasi ƒ Nelayan ƒ Pemilik kapal ƒ Wawancara ƒ Kuisioner d. Prioritas pengembangan perikanan tangkap ƒ Kebijakan tentang perikanan tangkap ƒ Peraturan perikanan tangkap ƒ Birokrasi ƒ Dinas perikanan ƒ Bapeda ƒ Akademisi ƒ BTNKJ ƒ Wawancara ƒ Kuisioner Tabel 3 Jenis, sumber, dan cara pengumpulan data sekunder No Aspek Kajian Data Sumber 1. Kondisi umum Taman Nasional Karimunjawa ƒ Lokasi geografis ƒ Kondisi demografi ƒ Perekonomian ƒ Potensi perikanan ƒ Potensi wisata ƒ Lingkungan fisik laut ƒ Lingkungan fisik daratan ƒ Karakteristik pulau ƒ Kebijakan yang berlaku ƒ Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Jepara ƒ Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Tengah ƒ Balai Taman Nasional Karimunjawa ƒ Instansi terkait dari daerah sampai dengan pusat ƒ Literatur cetak dan elektronik 2. Kondisi perikanan tangkap ƒ Produksi perikanan ƒ Volume dan nilai produksi perikanan ƒ Jumlah dan jenis komposisi ikan hasil tangkapan ƒ Jumlah dan jenis alat tangkap ƒ Perkembangan jumlah kapal ƒ Perkembangan jumlah nelayan ƒ Jenis komoditi perikanan ƒ Daerah penangkapan ƒ Musim penangkapan ƒ Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Jepara ƒ Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Tengah ƒ Balai Taman Nasional Karimunjawa ƒ Tempat Pelelangan Ikan ƒ Pelabuhan Perikanan Pantai Karimunjawa ƒ Instansi terkait dari daerah sampai dengan pusat ƒ Literatur cetak dan elektronik

3.4.1 Sistem zonasi dan keterpaduan kegiatan antar zona

Evaluasi sistem zonasi dan keterpaduan kegiatan antar masing-masing zonasi dilakukan dengan metode deskriptif. Menurut Nazir 1988, metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Bentuk evaluasi yang dilakukan terhadap sistem zonasi yang berlaku di TNKJ didasarkan pada tiga kriteria, yaitu 1 kriteria indikator keterkaitan, yaitu antar zona saling terkait, 2 kriteria luasan zona, dan 3 kriteria kebutuhan. Hasil dari pengolahan dan analisis data akan disajikan dalam bentuk tabel, gambar atau bagan.

3.4.2 Pengembangan perikanan tangkap

Analisis pengembangan perikanan tangkap dilakukan terhadap semua kegiatan perikanan tangkap yang mendukung bagi pengembangan perikanan tangkap yang ada di kawasan TNKJ yang selaras dengan kepentingan konservasi dan wisata bahari sehingga tercipta keberlanjutan baik pada usaha perikanan tangkap maupun pada usaha konservasi dan pariwisata, sehingga kedepannya tidak hanya kegiatan perikanan yang bersifat komersial saja yang berkembang di Karimunjawa tetapi juga kegiatan perikanan rekreasional yang berkelanjutan. Pengembangan perikanan tangkap meliputi kegiatan pemilihan komoditas unggulan, pemilihan alat tangkap ideal, kelayakan usaha dari usaha perikanan tangkap, dan penyusunan prioritas pengembangan perikanan tangkap.

3.4.2.1 Komoditas unggulan dan alat tangkap ideal

Pemilihan alternatif komoditas unggulan dan alat tangkap ideal didasarkan atas tiga komponen, yaitu sekumpulan alternatif pilihan, sekumpulan pakar yang melakukan penilaian, dan pengambil keputusan. Dengan demikian maka pemilihan komoditas unggulan dan alat tangkap ideal dapat dipandang sebagai permasalahan ME-MCDM. Penentuan komoditas unggulan dan alat tangkap ideal penting untuk dilakukan mengingat keberadaan komoditas unggulan dan alat tangkap dalam pengembangan perikanan tangkap adalah sebagai penentu keberlangsungan pengembangan perikanan tangkap dan sebagai sarana produksi perikanan untuk menjaga keberlangsungan pengembangan perikanan tangkap. Penyelesaian pemilihan komoditas unggulan dan alat tangkap ideal dilakukan menurut cara yang telah dikembangkan oleh Yager 1993 dengan langkah-langkah yang disajikan pada Gambar 2. Gambar 2 Diagram alir tahap penelitian pemilihan komoditas unggulan dan alat tangkap ideal. Penentuan Alternatif 1 Komoditas Unggulan Alternatif yang menjadi pilihan dalam penelitian ini adalah ikan-ikan yang terdapat di Karimunjawa yang ada dalam literatur PPP Karimunjawa, Dinas Perikanan dan Kelutan Kabupaten Jepara dan hasil observasi di lapangan. Alternatif pilihan komoditas perikanan yang akan dijadikan sebagai komoditas unggulan dalam rangka pengembangan perikanan tangkap di Karimunjawa adalah: kerapu, tongkol, cumi-cumi, teri, lobster, ekor kuning, teripang, dan kakap merah. 2 Alat Tangkap Ideal Alternatif yang menjadi pilihan dalam penelitian ini adalah alat tangkap yang beroperasi di perairan Karimunjawa dan mendaratkan hasil tangkapan di PPP Karimunjawa serta hasil observasi di lapangan. Alternatif pilihan alat tangkap yang akan dijadikan sebagai alat tangkap ideal yang dapat menunjang perkembangan pariwisata bahari serta tetap memelihara aspek konservasi adalah: jaring insang gillnet, pancing tonda troll line, bubu fish trap, dan bagan apung floating liftnet. Penentuan Kriteria Penentuan prioritas komoditas unggulan dan alat tangkap ideal merupakan proses yang sangat penting mengingat keberadaan komoditas dan alat tangkap dalam pengembangan perikanan tangkap dapat menjadi penentu dan sarana keberlangsungan pengembangan perikanan tangkap. Penentuan komoditas unggulan dan alat tangkap ideal untuk pengembangan perikanan tangkap di Karimunjawa didasarkan pada beberapa kriteria. 1 Komoditas Unggulan Kriteria yang digunakan dalam pemilihan komoditas unggulan didasarkan pada lima kriteria Monintja 1987, yaitu: a Harga jual dan kemudahan dalam pemasaran komoditas atau peluang pasar nilai ekonomis komoditas = K1. b Jumlah hasil tangkapan volume komoditas = K2. c Ketersediaan komoditas ikan sepanjang tahun kontinuitas komoditas = K3. d Kesegaran ikan hasil tangkapan mutu komoditas = K4. e Peluang komoditas untuk menjadi bahan untuk produk olahan ataupun produk yang lebih bernilai guna peluang diversifikasi komoditas = K5. 2 Alat Tangkap Ideal Kriteria yang digunakan dalam pemilihan komoditas unggulan didasarkan pada enam kriteria Monintja 1987, yaitu: a Ukuran alat tangkap sesuai dengan ukuran ikan sasaran selektivitas tinggi = K1. b Tidak merusak lingkungan jika dioperasikan dan memiliki dampak minimum terhadap keanekaragaman sumber daya hayati tidak destruktif terhadap habitat dan aman bagi biodiversity = K2. c Aman bagi nelayan operator yang menggunakannya tidak membahayakan nelayan = K3. d Ikan hasil tangkapan dalam keadaan baik dan segar menghasilkan ikan yang bermutu baik = K4. e Jumlah hasil tangkapan yang terbuang rendah by-catch rendah = K5. f Aman bagi spesies ikan yang dilindungi atau terancam punah tidak menangkap spesies yang dilindungi = K6. Penentuan Pakar Pakar yang melakukan penilaian terhadap alternatif komoditas unggulan dan alat tangkap ideal dengan kriteria yang telah ditetapkan dipilih secara sengaja purposive sampling, yaitu orang-orang yang paham dengan masalah penelitian sehingga dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman yang komprehensif mengenai perkembangan perikanan tangkap. Penentuan Label Linguistic Linguistic labels preferensi fuzzy non numeric digunakan menurut teknik yang dikembangkan oleh Marimin et al. 1998. Dalam penelitian ini digunakan tujuh skala penilaian kriteria dengan label berderajat 7, yaitu: 1 P = Perfect atau Paling Tinggi S 7 2 ST = Sangat Tinggi S 6 3 T = Tinggi S 5 4 S = Sedang S 4 5 R = Rendah S 3 6 SR = Sangat Rendah S 2 7 PR = Paling Rendah S 1 Penilaian Alternatif Berdasarkan Kriteria oleh Setiap Pakar Penilaian setiap alternatif komoditas perikanan dan alat tangkap ideal dilakukan oleh masing-masing pakar berdasarkan kriteria yang telah ditentukan menggunakan label linguistic sesuai dengan derajat penilaiannya. Tahap ini menghasilkan informasi nilai setiap pakar untuk setiap alternatif pilihan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, yang selanjutnya diagregasikan menurut kriteria dan menurut pakar menjadi suatu keputusan kelompok. Penentuan Bobot Kriteria Setiap kriteria dipertimbangkan memiliki tingkat kepentingan yang berbeda pengaruhnya dalam penilaian suatu alternatif komoditas unggulan dan alat tangkap ideal. 1 Komoditas Unggulan Pembobotan masing-masing kriteria berdasarkan tingkat kepentingan untuk pemilihan komoditas unggulan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Bobot kriteria pemilihan komoditas unggulan perikanan tangkap No. Kriteria Deskripsi Agregat 1. Nilai ekonomis Harga jual dan kemudahan dalam pemasaran komoditas Paling Tinggi 2. Volume Jumlah hasil tangkapan Sangat Tinggi 3. Kontinuitas Ketersediaan komoditas ikan sepanjang tahun Sangat Tinggi 4. Mutu Kesegaran ikan hasil tangkapan Sangat Tinggi 5. Peluang diversifikasi Peluang komoditas untuk menjadi bahan untuk produk olahan Tinggi Kriteria yang digunakan dalam pemilihan komoditas unggulan adalah nilai ekonomis, volume, kontinuitas, mutu, dan peluang diversifikasi. Berdasarkan pada penilaian para pakar terhadap kriteria dalam pemilihan komoditas unggulan perikanan tangkap di Karimunjawa diketahui bahwa nilai ekonomis mendapat nilai perfect atau paling tinggi, artinya faktor harga merupakan faktor yang paling penting dan tidak dapat diabaikan dalam pengembangan perikanan tangkap. Kriteria volume, kontinuitas, dan mutu mendapatkan derajat kepentingan sangat tinggi, artinya volume, kontinuitas, dan mutu komoditas merupakan faktor yang sangat penting dalam menjaga kelangsungan dari kegiatan perikanan tangkap, di mana komoditas dapat diperoleh sepanjang tahun, dan berarti juga kesegaran dan keamanan konsumsi komoditas hasil tangkapan. Peluang diversifikasi mendapatkan bobot tinggi, artinya komoditas unggulan mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan komoditas yang tidak memiliki peluang diversifikasi. Hal ini penting untuk membuka peluang bagi komoditas untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi produk yang lebih bernilai dan berguna. 2 Alat Tangkap Ideal Pembobotan masing-masing kriteria untuk pemilihan alat tangkap ideal disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Bobot kriteria pemilihan alat tangkap ideal No. Kriteria Deskripsi Agregat 1. Selektivitas tinggi Ukuran sesuai dengan ikan sasaran Paling Tinggi 2. Tidak destruktif terhadap habitat dan aman bagi biodiversity Tidak merusak lingkungan jika dioperasikan dan dampak minimum terhadap keanekaragaman sumber daya hayati Sangat Tinggi 3. Tidak membahayakan nelayan Aman bagi operator nelayan yang menggunakannya Sangat Tinggi 4. Menghasilkan ikan yang bermutu baik Ikan dalam keadaan baik dan segar Sangat Tinggi 5. By-catch rendah Jumlah hasil tangkapan yang terbuang rendah Tinggi 6. Tidak menangkap spesies yang dilindungi Aman bagi spesies ikan yang dilindungi atau terancam punah Tinggi Berdasarkan pada penilaian pakar terhadap kriteria dalam pemilihan alat tangkap ideal diketahui bahwa selektivitas tinggi mendapatkan nilai perfect atau paling tinggi, yang berati bahwa ukuran alat tangkap merupakan kriteria utama dalam penentuan alat tangkap ideal, sehingga ikan-ikan yang tertangkap sesuai dengan ukuran jaring atau pancing dan diharapkan yang sudah mengalami pemijahan, sehingga keberlangsungan SDI dapat tetap terjaga. Kriteria tidak destruktif terhadap habitat dan aman bagi biodiversity, tidak membahayakan nelayan, dan menghasilkan ikan yang bermutu baik mendapatkan bobot sangat tinggi, yang berarti ketiganya sangat diperlukan dalam pengembangan alat tangkap menuju perikanan tangkap yang berkelanjutan dan bermutu tinggi. Tidak destruktif terhadap habitat dan aman bagi biodiversity berarti dengan penggunaan alat tangkap tersebut kondisi perairan akan tetap terjaga, terutama karena perairan Karimunjawa merupakan wilayah perairan berterumbu karang dan merupakan sebuah taman nasional sehingga harus memperhatikan prinsip konservasi, sehingga penggunaan alat tangkap yang baik akan tetap menjaga kelestarian terumbu karang dan tetap mempertahankan kelestarian ikan yang ada di perairan tersebut. Tidak membahayakan nelayan berarti alat tangkap tersebut aman pada saat dioperasikan, sehingga keselamatan nelayan dapat lebih terjamin. Menghasilkan ikan yang bermutu baik berarti ikan hasil tangkapan dalam keadaan hidup atau segar sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi dari ikan tersebut. Untuk dua kriteria lainnya, yaitu by-catch rendah dan tidak menangkap spesies yang dilindungi mendapatkan nilai tinggi, artinya keduanya patut untuk diperhitungkan dalam pemilihan alat tangkap, yaitu bila alat tangkap tersebut dioperasikan, maka tidak banyak menangkap ikan-ikan yang tidak layak tangkap atau ikan-ikan non target, dan keberadaan spesies ikan yang dilindungi tetap aman dengan adanya pengoperasian alat tangkap tersebut. Agregasi Kriteria Agregasi kriteria dilakukan untuk menentukan nilai masing-masing pakar terhadap masing-masing alternatif, dengan menggunakan rumus: P ik = Min j [Neg I q j vP ik q j ] Di mana: P ik = nilai alternatif ke-i oleh pakar ke-k I q j = bobot kriteria ke-j V = notasi maksimum P ik q j = nilai alternatif ke-i oleh pakar ke-j pada kriteria ke-k Agregasi Pakar Agregasi pakar dilakukan untuk mengkombinasikan nilai masing-masing pakar terhadap alternatif yang dipilih, dengan menggunakan metode OWA Yager 1988, yang dirumuskan dengan: P i = Max j=1,...,r [Qj ΛB B j ] Di mana: P i = nilai agregasi pakar Q j = bobot nilai pakar ke-j B B j = pengurutan nilai dari besar ke kecil oleh pakar ke-j Λ = notasi minimum

3.4.2.3 Kelayakan finansial

Kelayakan finansial dari usaha penangkapan dapat digunakan dalam pengambilan keputusan untuk pengembangan perikanan tangkap, diantaranya dilakukan melalui perhitungan kelayakan finansial menurut kriteria-kriteria kelayakan seperti biaya investasi, biaya tetap, biaya variabel, penyusutan, dan penerimaan. Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria NPV, Net BC, dan IRR.

3.4.2.4 Prioritas pengembangan perikanan tangkap

Analisis prioritas pengembangan perikanan tangkap digunakan untuk menentukan alternatif prioritas pengembangan perikanan tangkap di Karimunjawa. Analisis prioritas pengembangan perikanan tangkap dilakukan dengan menggunakan teknik fuzzy AHP Marimin 2004 dengan tahapan sebagai berikut: 1 Penentuan prioritas pengembangan perikanan tangkap di Karimunjawa yang didasarkan pada tiga tingkatan, yaitu fokus, kriteria, dan alternatif. 2 Penilaian atau skoring dengan menggunakan variabel linguistic. Absolutely -1 = elemen 2 mutlak lebih penting dari elemen 1. Very Strong -1 = elemen 2 sangat jelas lebih penting dari elemen 1. Strong -1 = elemen 2 jelas lebih penting dari elemen 1. Weak -1 = elemen 2 sedikit lebih penting dari elemen 1. Equal = elemen 1 sama pentingnya dengan elemen 2. Weak = elemen 1sedikit lebih penting dari elemen 2. Strong = elemen 1 jelas lebih penting dari elemen 2. Very Strong = elemen 1 sangat jelas lebih penting dari elemen 2. Absolutely = elemen 1 mutlak lebih penting dari elemen 2. 3 Fuzzyfikasi dengan menggunakan triangular fuzzy number TFN. Bertitik tolak pada skala pairwise comparison Saaty, maka ditetapkan selang nilai TFN dari penilaian ini adalah: Absolutely -1 = 19, 19, 17 Very Strong -1 = 19, 17, 15 Strong -1 = 17, 15, 13 Weak -1 = 15, 13, 1 Equal = 13, 1, 3 Weak = 1, 3, 5 Strong = 3, 5, 7 Very Strong = 5, 7, 9 Absolutely = 7, 9, 9 4 Defuzzyfikasi terhadap hasil fuzzyfikasi yang dilakukan dengan rata-rata geometrik. Tahap dari defuzzyfikasi adalah: a menghitung rata-rata geometrik dari batas bawah BB, batas tengah BT, dan batas atas BA dari masing-masing pakar untuk mendapatkan nilai BB, BT, dan BA gabungan pakar. 3 bbi x BB = 3 bti x BT = 3 bai x BA = b Menghitung nilai tunggal crisp dari rata-rata geometrik. 3 ____ ____ ____ BA BT BB N crisp × × = 5 Membuat matriks kriteria dan menghitung bobot kriteria. Berdasarkan hasil perhitungan nilai tunggal crisp untuk kriteria dan alternatif terhadap masing-masing kriteria, kemudian dibuat matriksnya. Matriks ini digunakan untuk perhitungan bobot dengan cara memanipulasi matriks. 6 Menghitung nilai eigen dari alternatif terhadap masing-masing kriteria. Uji sensitifitas atau iterasi dilakukan hingga didapatkan kestabilan nilai eigen nilai eigen sudah tidak berubah sampai empat desimal. 7 Menghitung consistency ratio CR. CR dikatakan memiliki tingkat konsistensi yang tinggi dan dapat dipertanggungjawabkan apabila bernilai lebih kecil atau sama dengan nol. RI CI CR = 1 − − = n n p CI Dimana : CI = consistency index RI = random index yang didapat dari tabel Oarkridge p = nilai rata-rata consistency vector n = banyaknya alternatif atau kriteria 8 Menentukan skor akhir dan rangking. Yaitu dengan mengalikan matriks nilai eigen dari alternatif dengan matriks bobot kriteria. Skor akhir yang diperoleh diurutkan dari yang terbesar sampai dengan yang terkecil dari yang memiliki nilai tertinggi sampai yang memiliki nilai terendah. 4 HASIL 4.1 Kondisi Perikanan Tangkap 4.1.1 Produksi perikanan