Taman Nasional Pengembangan Perikanan Tangkap di Kawasan Taman Nasional Karimunjawa Jawa Tengah

17 menyerap banyak tenaga kerja, dengan pendapatan setiap nelayan memadai. Selanjutnya menurut Monintja 1987, dalam kaitannya dengan penyediaan protein untuk masyarakat Indonesia, maka dipilih unit penangkapan ikan yang memiliki produktivitas unit serta produktivitas nelayan per tahun yang tinggi, namun masih dapat dipertanggungjawabkan secara biologis dan ekonomis. Upaya pengelolaan dan pengembangan perikanan laut di masa mendatang memang akan terasa lebih berat sejalan dengan perkembangan IPTEK. Tetapi dengan pemanfaatan IPTEK itu pulalah kita diharapkan akan mampu mengatasi keterbatasan sumber daya melalui suatu langkah yang rasional untuk mendapatkan manfaat yang optimal dan berkelanjutan. Langkah pengelolaan dan pengembangan tersebut juga harus mempertimbangkan aspek biologi, teknis, sosial budaya dan ekonomi Barus et al. 1991. Seleksi teknologi menurut Haluan dan Nurani 1988, dapat dilakukan melalui pengkajian pada aspek bio-technico-socio-economi-approach, oleh karena itu ada empat aspek yang harus dipenuhi oleh suatu jenis teknologi penangkapan ikan yang dikembangkan, yaitu: 1 jika di tinjau dari segi biologi tidak merusak atau mengganggu kelestarian sumber daya, 2 secara teknis efektif digunakan, 3 secara sosial dapat di terima masyarakat nelayan, dan 4 secara ekonomi teknologi tersebut bersifat menguntungkan. Selanjutnya dikatakan bahwa satu aspek yang tidak dapat diabaikan adalah kebijakan- kebijakan dan peraturan pemerintah. Pengembangan jenis-jenis teknologi penangkapan ikan di Indonesia perlu diarahkan agar dapat menunjang tujuan- tujuan pembangunan umum perikanan, apabila hal ini dapat disepakati, maka syarat-syarat pengembangan teknologi penangkapan Indonesia haruslah dapat: 1 Menyediakan kesempatan kerja yang banyak. 2 Menjamin pendapatan yang memadai bagi para tenaga kerja atau nelayan. 3 Menjamin jumlah produksi yang tinggi. 4 Mendapatkan jenis ikan komoditi ekspor atau jenis ikan yang biasa diekspor. 5 Tidak merusak kelestarian SDI.

2.4 Taman Nasional

Definisi Taman Nasional menurut UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya, adalah merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dan dikelola dengan sistem zonasi serta dapat dimanfaatkan untuk tujuan pendidikan, penelitian, pengembangan budidaya, 18 rekreasi, dan pariwisata. Dalam pasal 30 disebutkan bahwa pengelolaan taman nasional adalah tercapainya tiga fungsi, yaitu: 1 perlindungan terhadap ekosistem kehidupan, 2 pengawetan sumber plasma nutfah dan ekosistemnya, dan 3 pelestarian pemanfaatan. Selain beberapa fungsi tersebut, taman nasional dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pemanfaatan yang lestari. Sebagian wilayah taman nasional selama ini menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat melalui berbagai kegiatan, antara lain kegiatan perikanan, pertanian, dan pemanfaatan sumber daya alam SDA yang lain. Berdasarkan pada artikel 32 UU No. 5 tahun 1990, pengelolaan taman nasional berdasarkan pada sistem zonasi. Sistem zonasi meliputi zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan, dan zona-zona lain yang dibutuhkan. Kebijakan pengelolaan taman nasional menyatakan bahwa: 1 Taman nasional sebagai kawasan konservasi alam mempunyai fungsi melindungi fungsi ekosistem, melestarikan keanekaragaman flora dan fauna, dan pemanfaatan secara terus menerus dari SDA. 2 Kegiatan yang diijinkan dalam kawasan taman nasional meliputi: penelitian, pendidikan, budaya, dan wisata alam. Semua kegiatan yang membawa dampak negatif terhadap fungsi ekosistem taman, merubah bentang darat secara permanen, atau berakibat pada ancaman punahnya spesies dilarang. 3 Pengelolaan taman nasional berdasarkan sistem zonasi, meliputi zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan secara intensif, dan zona-zona lain yang dibutuhkan. 4 Di dalam zona pemanfaatan secara intensif, fasilitas pariwisata dapat dibangun, dengan berdasarkan pada rencana pengelolaan dan masukan dari hasil analisis mengenai dampak lingkungan AMDAL. 5 Untuk tujuan wisata dan rekreasi, pemerintah menghembuskan isu dan mendorong masyarakat lokal untuk melakukan usaha pariwisata di zona pemanfaatan intensif taman nasional. 6 Partisipasi masyarakat dalam taman nasional harus ditingkatkan. Organisasi non pemerintah didorong untuk ikut dalam kegiatan lapangan, perencanaan dan pengelolaan taman. 7 Prosedur pemantauan dan evaluasi serta tindakan AMDAL diambil untuk menekan dampak negatif lingkungan yang potensial. 19 Penerapan sistem zonasi suatu kawasan laut yang dilindungi menurut UU No. 5 tahun 1990 dimaksudkan sebagai alat bantu pengelolaan yang berperan dalam: 1 Penentuan izin untuk pemanfaatan khusus atau terbatas pada areal atau daerah tertentu. 2 Penentuan perlindungan bagi spesies tertentu dengan melindungi hewan kritis atau habitat yang memungkinkan kehidupannya. 3 Pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan. 4 Mereduksi atau mengeliminasi potensi konflik. 5 Meningkatkan dukungan masyarakat lokal bagi keberadaan kawasan laut yang dilindungi dengan menempatkan aturan atau regulasi spesifik tentang aktifitas pemanfaatan pada setiap zona, yang dapat diterima oleh masyarakat setempat. Untuk mengoptimalkan peran alat bantu seperti yang digambarkan di atas, maka aspek-aspek penting yang harus termuat dalam suatu sistem zonasi menurut UU No. 5 tahun 1990 adalah: 1 Terdapatnya lokasi secara spasial dan temporal dalam suatu kawasan laut yang dilindungi yang secara jelas diperuntukkan bagi aktifitas pemanfaatan spesifik yang dimaksudkan untuk memberikan perlindungan bagi spesies yang terancam punah, spesies yang memiliki kepentingan khusus ekonomi atau lainnya dan habitat-habitat penting. 2 Memungkinkan untuk melakukan kegiatan atau aktivitas pemanfaatan secara berkesinambungan yang dapat meminimalisasi konflik antar pengguna. 3 Terdapatnya informasi tentang sumber daya hayati yang mutlak ada di dalam suatu kawasan yang dilindungi, sebagaimana halnya dengan informasi tentang pemanfaatan sumber daya hayati tersebut. Prinsip dasar pengelolaan taman nasional menurut UU No. 5 tahun 1990 harus berpedoman kepada: 1 Rencana kegiatan pengelolaan suatu kawasan taman nasional harus mengoptimalkan tiga misi, yaitu perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman hayati, pemanfaatan secara lestari SDA dan ekosistemnya, eksploitasi, domestifikasi, dan berasaskan ekonomis. 2 Optimalisasi kegiatan konservasi terutama ditekankan untuk kepentingan hidrologi, keanekaragaman hayati, pelestarian ekosistem maupun SDA. 20 3 Perlindungan pada ekosistem yang didalamnya terdapat biota endemik agar tidak punah. 4 Pengelolaan harus didasarkan pada sistem zonasi yang jelas dalam bentuk zona inti, zona perlindungan, dan zona pemanfaatan. 5 Pengembangan zona pemanfaatan bagi kepentingan masyarakat. 6 Diluar kawasan taman nasional bisa dikembangkan sebagai daerah penyangga dengan memfasilitasi kegiatan masyarakat. 7 Untuk mengetahui kemungkinan peningkatan adanya penekanan aktivitas masyarakat terhadap kawasan taman nasional senantiasa dikembangkan pola koordinasi dan komunikasi yang terstruktur dengan baik dengan berbagai stakeholders terkait.

2.5 Kepulauan Karimunjawa