17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pemilihan Data
Data yang diperlukan dipilih berdasarkan ketersediaan dan reliabilitasnya. Secara garis besar, data yang diperlukan berupa data aliran bahan dan pengoperasian dari tahapan
proses, data pemakaian energi dari listrik dan bahan bakar, data nilai emisi per satuan energi, dan data nilai ekuivalensi dampak dari emisi yang dihasilkan. Data literatur dipilih
berdasarkan keumuman dan kedekatan hubungannya dengan LCA dan proses ekstraksi minyak jarak mentah. Nilai ekuivalensi potensi dampak yang digunakan berasal dari berbagai
literatur, yang dikompilasi dalam CML-IA Database versi 3.9 CML, 2010 dalam Lampiran 3. Data yang digunakan dapat dilihat di Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Data umum untuk pengolahan data proses
Besaran Nilai
Satuan Sumber
Massa jenis solar 885
kgm
3
Anonim 2011 Nilai kalor solar
43330 kJkg
IPCC 1996 Massa jenis CJCO
0.93292 kgliter Sinha 1997 dan Roger 1985 dalam Pramanik 2003
Nilai kalor CJCO 38200
kJkg Nilai kalor cangkang
16500 kJkg
Kratzeisen dan Muller 2009 Nilai kalor buah jarak
21200 kJkg
Sotolongo, et al. - Nilai kalor biji jarak kering
25500 kJkg
Nilai kalor arang kayu 29600
kJkg Engineringtoolbox 2011
Tabel 3. Data untuk perhitungan emisi dan dampak
Data Sumber
Emisi pembakaran solar IPCC 1996 dan IPCC 2007
Emisi produksi dan pemakaian listrik Widiyanto 2003
Global Warming Potential, 100 year-based IPCC 2007
a
Environmental Load Unit EPS-2000 1999
a
Ozone Depletion Potential WMO 2003
a
Human Toxicity Huijbregts 1999 2000
a
Freshwater Aquatic Ecotoxicity Marine Aquatic Ecotoxicity
Terrestrial Ecotoxicity Photochemical Oxidation high NOx
Jenkin Hayman 1999; Derwent, et al. 1998
a
Acidification Huijbregts 1999
a
Eutrophication Huijbregts 1992
a
Keterangan: a dalam spreadsheet LCIA CML-IA Database versi 3.9 CML, 2010
18
B. Analisis Data Tiap Subproses
1. Transportasi buah hasil panen
Transportasi buah dilakukan jika pengupasan daging buah dilakukan di pabrik. Buah yang telah dipanen dibawa dari lahan ke pabrik untuk diolah. Disini diasumsikan buah yang
akan dioleh berasal dari kebun jarak pagar Pakuwon, Sukabumi, sedangkan pabrik minyak jarak pagar mentahnya berada di Bekasi. Jarak Pakuwon
– Bekasi diperkirakan sejauh 100 km. Untuk pengangkutannya, truk yang digunakan adalah truk berkapasitas 10 ton dengan
rasio pemakaian solar 1:5 1 liter solar untuk 5 km. Untuk keperluan perhitungan data, jumlah buah yang dipanen diasumsikan sebesar
1000 ton. Nilai ini sebenarnya tidak akan berpengaruh pada hasil akhir, yang akan dinyatakan dalam satuan per liter CJCO. Emisi yang dihasilkan dari pemakaian solar di truk dihitung
dengan mengalikan nilai energi solar dengan faktor emisi solar mobile combustion yang terdapat di lampiran 2. Perhitungan dan hasil data dampak lingkungan dari subproses
transportasi buah dapat dilihat di Lampiran 4.
2. Pengupasan daging buah
Pengupasan daging buah dilakukan setelah buah di panen. Dalam simulasi yang dilakukan, buah dapat dikupas di lahan atau di pabrik. Jika buah dikupas di lahan, maka yang
diangkut dari lahan ke pabrik adalah biji. Jika buah dikupas di pabrik, maka buahlah yang ditransportasikan. Dengan nilai persentase massa biji terhadap massa buah sebesar 36.22
Dirjen Perkebunan, 2005 dalam Sugiana, 2009, maka dari 1000 ton buah diperoleh 362.2 ton biji.
Pengupasan buah diasumsikan dilakukan menggunakan mesin pengupas buah yang didesain di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian BBP Mektan. Data spesifikasi
dan pengoperasian mesin ini diperoleh dari laporan yang disusun Widjaya, et al 2006. Disitu dinyatakan bahwa mesin pengupas ini memiliki kapasitas 200-250 kgjam. Dengan
memperhitungkan tingkat keberhasilan sekitar 80, maka nilai kapasitas yang dipilih adalah 200 kgjam. Motor yang digunakan memiliki daya 1.5 HP, dengan kebutuhan solar sekitar
1.5 literjam. Perhitungan dan hasil data dampak lingkungan dari subproses pengupasan buah dapat dilihat di Lampiran 5. Faktor emisi yang digunakan adalah faktor emisi solar
stationary combustion pada Lampiran 2.
3. Transportasi biji hasil pengupasan
Transportasi biji dilakukan setelah buah dikupas di lahan. Asumsi yang digunakan sehubungan hal teknis pengangkutan sama dengan asumsi yang digunakan pada
pengangkutan buah. Perhitungan dan hasil data selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 6.
4. Pengeringan biji
Pengeringan biji dilakukan untuk meningkatkan rendemen minyak yang dapat diekstraksi. Dalam simulasi ini pengeringan dilakukan dengan alat pengering tipe efek rumah
19
kaca ERK dengan kapasitas 55 kg. Data simulasi diperoleh dari tesis Purnama 2010. Sumber energi dalam proses pengeringan ini adalah solar, arang kayu, listrik PLN, dan
matahari. Arang kayu yang dibakar dengan bantuan solar berfungsi untuk memanaskan udara pengeringan. Udara panas ini kemudian dihembuskan ke bahan dengan blower ganda
bertenaga listrik. Panas untuk pengeringan juga berasal dari energi matahari yang terperangkap dalam bangunan pengering. Hal ini membantu mengurangi kebutuhan arang
kayu dan solar untuk pemanasan. Analisis dimulai dengan menghitung energi dari tiap sumber energi. Emisi solar
stationary combustion, arang kayu, dan listrik berdasarkan faktor emisi pada Lampiran 2. Energi matahari yang dimanfaatkan dianggap tidak memberi emisi ataupun dampak
lingkungan karena produksi energinya berlangsung terus menerus dan bukan khusus untuk keperluan proses. Perhitungan dan hasil data lengkapnya dapat dilihat di Lampiran 7.
Jika dilihat dari hasil data di lampiran, pengeringan biji merupakan subproses yang paling mengkonsumsi energi sehingga sekaligus paling banyak menghasilkan emisi. Hal ini
dikarenakan inti proses yang terjadi adalah penguapan air dari biji jarak. Proses pindah panas seperti ini memerlukan energi yang besar, apalagi nilai kalor laten air tergolong tinggi.
5. Decorticating
Pemisahan kernel dan cangkang biji dilakukan jika yang dipres untuk diambil minyaknya adalah kernel. Cangkang yang dipisahkan dianggap sebagai waste dan akan
dimanfaatkan sebagai bahan bakar combustion unit biomassa Kratzeisen dan Müller, 2009. Biji jarak kering diasumsikan terdiri atas 34 cangkang dan 66 kernel Openshaw, 2000.
Decorticating diasumsikan menggunakan decorticator Amisy TFTZ-400 buatan Zhengzhou Ruihui Information Technology Co., Ltd. Spesifikasi lengkapnya dapat dilihat di
lampiran 8. Mesin ini dipilih karena memiliki kapasitas yang sesuai untuk keperluan industri, yaitu 400 - 500 kgjam diambil nilai tengan 450 kgjam. Sebenarnya ada juga mesin
pengupas kulit biji buatan lokal Purnaamijaya dan Masri, 2009, namun kapasitasnya kecil hanya 50 kgjam sehingga kurang sesuai untuk keperluan industri. Perhitungan dan hasil
data lengkapnya dapat dilihat di Lampiran 9. Emisi dari pemakaian energi listrik dihitung berdasarkan faktor emisi yang ada di Lampiran 2.
6. Grinding
Biji dan kernel dibuat jadi tepung untuk meningkatkan rendemen minyaknya. Ginding diasumsikan dilakukan dengan seed oil grinder RH FSJ-600 buatan Zhengzhou Ruihui
Information Technology Co., Ltd. Mesin ini dipilih karena kapasitasnya yang cukup besar
120 kgjam, lebih besar dari kapasitas mesin buatan lokal yang hanya 50 kgjam Purnaamijaya dan Masri, 2009. Spesifikasi mesin ini dapat dilihat di Lampiran 8,
sedangkan perhitungan dan hasil datanya ada di Lampiran 10. Emisi dari pemakaian energi listrik dan solar stationary combustion dihitung berdasarkan faktor emisi yang ada di
Lampiran 2.
20
7. Pengepresan: double stage screw dan single stage screw
Pengepresan dengan pengepres tipe ulir double stage screw dan single stage screw dilakukan jika bahan masukannya berupa biji utuh. Data simulasi yang digunakan adalah data
laporan Suparlan, et al 2008, dari BBP Mektan. Data mesin dan simulasi, perhitungan, dan hasil data dampaknya dapat dilihat di Lampiran 11. Emisi dari pemakaian solar stationary
combustion dihitung berdasarkan faktor emisi yang ada di Lampiran 2.
8. Pengepresan: tepung biji dan tepung kernel
Data simulasi untuk ekstraksi minyak dari tepung biji dan tepung kernel jarak pagar berasal dari penelitian Situmorang 2009. Sebelum dipres bahan terlebih dulu dipanaskan
preheating pada suhu 60
o
C dan selama 10 menit kondisi optimal. Preheater yang digunakan adalah pemanas tipe spiral bersumber energi listrik. Pengepresan dilakukan
dengan pengepres tipe kempa dengan kapasitas asumsi 79 kgjam. Emisi dari pemakaian energi listrik dan solar stationary combustion dihitung berdasarkan faktor emisi yang ada di
Lampiran 2. Data spesifikasi alat, data simulasi, perhitungan dan hasilnya terdapat pada Lampiran 12.
9. Pemanfaatan waste
Waste yang akan dimanfaatkan untuk bahan bakar bervariasi tergantung simulasi proses yang dilakukan. Untuk pengepresan biji utuh dan tepung biji, waste-nya berupa seed
cake. Jika yang diekstraksi minyaknya adalah tepung kernel, maka waste-nya ada 2 macam, yaitu cangkang biji hasil decorticating dan kernel cake. Emisi pembakarannya dihitung
berdasarkan faktor emisi pembakaran biomassa umum IPCC, 1997 dan IPCC, 2007 di Lampiran 2.
C. Dampak Lingkungan dari Proses Produksi Minyak Jarak Pagar Mentah
Proses produksi minyak jarak skala industri pada umumnya dilakukan seperti simulasi buah- single. Pada simulasi ini buah diangkut ke pabrik dan dikupas di sana, lalu pengepresan dilakukan
menggunakan pengepres tipe single stage screw. Simulasi proses dapat dilakukan untuk mengetahui perubahan nilai emisi dan energi proses. Dengan begitu dapat diketahui seperti apa proses sebaiknya
dilakukan agar energinya lebih efisien dan emisinya lebih sedikit.
1. Simulasi: buah dikupas di lahan
Transportasi buah jelas lebih memerlukan energi daripada jika biji yang ditransportasikan. Hal ini dikarenakan massa biji yang jelas lebih kecil daripada massa buah.
Jika daging buah dikupas di lahan dan biji yang diangkut ke pabrik, maka kebutuhan energi dan emisi dari proses pengangkutan akan berkurang. Akibatnya, energi dan emisi dari
keseluruhan proses pun akan berkurang. Contoh perbandingan besar dampak lingkungannya dapat dilihat pada Gambar 8.
21
Gambar 8. Perbandingan nilai GWP
100
dari transportasi buah dan transportasi biji
2. Simulasi: pengepresan dilakukan dengan pengepres double stage screw
Pengepresan dengan single stage screw memberi emisi per liter CJCO lebih besar karena rendemen minyaknya 24 lebih kecil daripada pengepresan dengan double stage
screw 26. Contoh perbandingan besar dampak lingkungannya ada pada Gambar 9.
Gambar 9. Perbandingan nilai GWP
100
dari proses dengan pengepresan single stage screw dan dengan pengepresan double stage screw
3. Simulasi: pengepresan dilakukan dengan bahan yang dihaluskan tepung
Pengepresan minyak dengan bahan berupa tepung biji dan tepung kernel membutuhkan energi produksi per liter CJCO yang lebih sedikit, sehingga emisinya pun
1 2
3 4
5 6
7
Transportasi buah Transportasi biji
G W
P
100
k g
C O
2
li te
r C
J C
O
2 4
6 8
10 12
14 16
buah-single buah-double
G W
P
100
k g
C O
2
li te
r C
J C
O
22
lebih kecil. Tahapan yang dilalui sebenarnya lebih panjang, namun karena rendemen yang dihasilkannya lebih tinggi maka nilai emisi dan dampak lingkungan per liter CJCO-nya lebih
kecil. Pengepresan tepung kernel memberikan emisi yang lebih kecil daripada pengepresan tepung biji, karena rendemen minyaknya lebih tinggi. Akan tetapi, adanya proses tembahan,
yaitu decorticating, menyebabkan kebutuhan energi dan emisi yang dihasilkan keseluruhan prosesnya menjadi lebih tinggi. Contoh perbandingan besar dampak lingkungannya dapat
dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Perbandingan nilai GWP
100
dari transportasi buah dan transportasi biji
D. Perbandingan Nilai Dampak Lingkungan dari Simulasi yang Dilakukan
1. Global Warming Potential 100 year-based GWP
100
GWP
100
sesuai satuannya kg CO
2
disebabkan sebagian besar oleh gas CO
2
. Walaupun masih ada gas lain yang memiliki nilai ekuivalensi GWP yang besar, yaitu CH
4
25 kg CO
2
dan N
2
O 298 kg CO
2
, namun CO
2
tetap menjadi penyebab dampak global warming terbesar. Hal ini logis karena dalam pembakaran bahan bakar gas ini merupakan
produk utama hasil reaksi hidrokarbon dengan oksigen. Perbandingan nilai GWP
100
dari tiap subproses dapat dilihat di Gambar 11.
2. Ozone Depletion Potential ODP
Proses yang dianalisis tidak menghasilkan nilai ODP. Hal ini dikarenakan tidak adanya emisi proses berupa senyawa-senyawa perusak lapisan ozon seperti senyawa-senyawa
CFC, HCFC, Metil bromida, dan Metil klorida.
3. Human Toxicity
Human toxicity dalam simulasi proses produksi CJCO disebabkan oleh emisi NO
x
, SO
2
SO
x
, dan Pb. Logam seperti Pb dihitung faktor emisinya dengan memperhitungkan
2 4
6 8
10 12
14 16
buah-single buah-grind biji
buah-grind kernel
G W
P
100
k g
C O
2
li te
r C
J C
O
23
penyebaran melalui pernapasan dan mulut, sedangkan NO
x
dan SO
2
SO
x
hanya diperhitungkan penyebarannya melalui pernapasan Huijbregts, et al. 2000a. Dalam analisis
data yang dilakukan, emisi Pb berasal dari subproses transportasi dan subproses yang menggunakan energi listrik. Emisi NO
x
dan SO
2
SO
x
berasal dari setiap pemakaian sumber energi di seluruh subproses. Perbandingan nilai human toxicity dari tiap subproses dapat
dilihat di Gambar 12.
Gambar 11. Perbandingan nilai GWP
100
dari tiap simulasi proses
Gambar 12. Perbandingan nilai human toxicity dari tiap simulasi proses
2 4
6 8
10 12
14 16
G W
P
100
k g
C O
2
li te
r C
J C
O
0.0E+00 5.0E-02
1.0E-01 1.5E-01
2.0E-01 2.5E-01
3.0E-01
buah-double buah-single buah-grind biji
buah-grind kernel
biji-double biji-single
biji-grind biji
biji-grind kernel
H u
m a
n T
o x
ic it
y
k g
1 ,4
-d ic
h lo
ro b
e n
ze n
e l
ite r
C J
C O
24
4. Freshwater Aquatic Ecotoxicity
Satu-satunya emisi yang menjadi penyebab ecotoxicity dalam simulasi proses produksi CJCO adalah Pb. Sebenarnya secara umum masih ada banyak senyawa yang
menyebabkan ecotoxicity seperti senyawa-senyawa Cl, logam, dan senyawa-senyawa yang
terdapat pada pestisida. Perbandingan nilai freshwater aquatic ecotoxicity dari tiap subproses
dapat dilihat di Gambar 13.
Gambar 13. Perbandingan nilai freshwater aquatic toxicity dari tiap simulasi proses
5. Marine Aquatic Ecotoxicity
Marine aquatic toxicity secara umum mirip dengan freshwater aquatic toxicity.
Senyawa-senyawa yang merupakan emisi penyebab toxicity di laut sama dengan senyawa- senyawa penyebab toxicity di perairan tawar. Yang membedakannya adalah besar dampak
yang ditimbulkan senyawa-senyawa emisi tersebut ke masing-masing tempat. Perbandingan
nilai marine aquatic ecotoxicity dari tiap subproses dapat dilihat di Gambar 14.
0.0E+00 1.0E-06
2.0E-06 3.0E-06
4.0E-06 5.0E-06
6.0E-06
buah-double buah-single buah-grind biji
buah-grind kernel
biji-double biji-single
biji-grind biji
biji-grind kernel
F re
sh wa
te r
Aq u
a ti
c Ec
o to
x ic
it y
k g
1 ,4
-d ic
h lo
ro b
e n
ze n
e l
ite r
C J
C O
25
Gambar 14. Perbandingan nilai marine aquatic toxicity dari tiap simulasi proses
6. Terrestrial Ecotoxicity
Nilai ekuivalensi terrestrial ecotoxicity cenderung lebih kecil dibanding ecotoxicity perairan. Lingkungan terestrial yang diperhitungkan untuk memperoleh nilai ekuivalensinya
adalah tanah industri dan tanah pertanian Huijbregts, et al., 2000a. Perbandingan nilai
terrestrial ecotoxicity dari tiap subproses dapat dilihat di Gambar 15. Catatan:
Keempat toxicity yang dijelaskan diatas tidak dihitung berdasarkan nilai ekuivalensi secara proporsional, melainkan secara overlap. Artinya, jika 1 kg Pb memiliki
nilai ekuivalensi human toxicity sebesar 4.67 x 10
2
kg 1,4-diklorobenzena, itu artinya setiap kg Pb yang dilepas udara memiliki potensi bahaya yang sama dengan 4.67 x 102 kg 1,4-
diklorobenzena dalam hubungannya dengan keracunan pada manusia. Pb juga memiliki nilai ekuivalensi untuk toxicity lainnya, namun nilai ekuivalensinya tidak menunjukkan proporsi
potensi masing-masing toxicity yang dihasilkan oleh 1 kg Pb. Jika 1 kg Pb juga setara dengan 15.7 kg 1,4-diklorobenzena untuk terrestrial ecotoxicity, tidak berarti pada saat yang sama 1
kg Pb dapat menyebabkan human toxicity dan terrestrial ecotoxicity sebesar nilai ekuivalensi.
7. Photochemical Oxidation
Photochemical oxidation dalam simulasi proses ini disebabkan oleh CH
4
, CO, dan SO
2
SO
x
. Kecenderungan perbandingan besarnya pada tiap simulasi proses sama seperti dampak lainnya. Perbandingan nilai photochemical oxidation dari tiap subproses dapat
dilihat di Gambar 16.
0.0E+00 2.0E-03
4.0E-03 6.0E-03
8.0E-03 1.0E-02
1.2E-02 1.4E-02
1.6E-02 1.8E-02
buah-double buah-single buah-grind biji
buah-grind kernel
biji-double biji-single
biji-grind biji
biji-grind kernel
M a
ri n
e Aq
u a
ti c
Ec o
to x
ic it
y
k g
1 ,4
-d ic
h lo
ro b
e n
ze n
e l
ite r
C J
C O
26
Gambar 15. Perbandingan nilai terrestrial ecotoxicity dari tiap simulasi proses
Gambar 16. Perbandingan nilai photochemical oxidation dari tiap simulasi proses
8. Acidification
Nilai ekuivalensi acidification yang digunakan berasal dari kalkulasi nilai ekuivalensi yang dilakukan dengan RAINS-LCA oleh Huijbregts 1999. Data ini sebenarnya merupakan
data untuk Eropa, yang dianggap dapat mewakili dunia. Perbandingan nilai acidification dari tiap subproses dapat dilihat di Gambar 17.
0.0E+00 5.0E-06
1.0E-05 1.5E-05
2.0E-05 2.5E-05
3.0E-05 3.5E-05
4.0E-05
buah-double buah-single buah-grind biji
buah-grind kernel
biji-double biji-single
biji-grind biji
biji-grind kernel
T e
rr e
st ri
a l
Ec o
to x
ic it
y
k g
1 ,4
-d ic
h lo
ro b
e n
ze n
e l
ite r
C J
C O
0.0E+00 2.0E-02
4.0E-02 6.0E-02
8.0E-02 1.0E-01
1.2E-01 1.4E-01
buah-double buah-single buah-grind biji
buah-grind kernel
biji-double biji-single
biji-grind biji
biji-grind kernel
P h
o to
c h
e m
ic a
l O
x id
a ti
o n
k g
e th
y le
n el
ite r
C J
C O
27
Gambar 17. Perbandingan nilai acidification dari tiap simulasi proses
9. Eutrophication
Nilai ekuivalensi yang digunakan untuk analisis pada simulasi proses produksi CJCO ini juga berasal dari data hasil analisis Huijbregts 1999. Perbandingan nilai eutrophication
dari tiap subproses dapat dilihat di Gambar 18.
Gambar 18. Perbandingan nilai eutrophication dari tiap simulasi proses
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0
buah-double buah-single buah-grind
biji buah-grind
kernel biji-double
biji-single biji-grind
biji biji-grind
kernel
Ac id
ifi c
a ti
o n
k g
S O
2
l ite
r C
J C
O
0.0E+00 2.0E-04
4.0E-04 6.0E-04
8.0E-04 1.0E-03
1.2E-03 1.4E-03
1.6E-03 1.8E-03
2.0E-03
buah-double buah-single buah-grind biji
buah-grind kernel
biji-double biji-single
biji-grind biji
biji-grind kernel
Eu tr
o p
h ic
a ti
o n
k g
P O
4 3-
l ite
r C
J C
O
28
10. Environmental Load Unit
Environmental load unit ELU sebenarnya dapat dianggap suatu nilai kesimpulan dari suatu LCA karena ELU merupakan nilai yang menunjukkan seberapa besar kerugian
yang disebabkan oleh emisi dari suatu proses. Nilai ELU yang digunakan sebenarnya merupakan representasi dari mata uang euro EUR. Jadi, nilai ELU 9.19 ELUliter CJCO
berarti untuk setiap liter CJCO yang diproduksi terjadi kerugian alam yang jika diuangkan bernilai 9.19 euro. Nilai ELU ini merupakan nilai rata-rata dunia, jadi sebaiknya tidak
dijadikan acuan untuk perkiraan nilai kerugian lingkungan di Indonesia. Perbandingan nilai ELU dari tiap subproses dapat dilihat di Gambar 19.
Gambar 19. Perbandingan nilai ELU dari tiap simulasi proses
E. Aspek Energi dari Proses Produksi Minyak Jarak Pagar Mentah
Energi memainkan peranan penting dalam analisis LCI ini. Seluruh subproses dari suatu proses jelas memerlukan energi untuk dapat berlangsung. Selain itu, emisi dari tiap subproses dihitung
berdasarkan energi yang dikonsumsinya. Yang paling penting, energi merupakan salah satu aspek yang paling disorot dalam LCA. Latar belakangnya jelas, yaitu isu krisis energi yang disebabkan
penurunan cadangan bahan bakar fosil yang selama ini menjadi sumber energi utama kegiatan manusia. Seberapa besar energi yang diperlukan dalam suatu proses dan seberapa banyak
pemanfaatan energi terbarukan adalah hal yang penting. Proses yang baik tentu adalah proses dengan efisiensi tinggi dan efek negatif yang rendah.
Energi yang dihitung dalam analisis ini mencakup energi untuk proses dan energi yang dapat dihasilkan dari pemanfaatan waste. Energi untuk proses ini mencakup energi konvensional dan energi
terbarukan. Satu-satunya pemanfaatan energi terbarukan dalam proses ini adalah pemanfaatan energi
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
buah-double buah-single buah-grind
biji buah-grind
kernel biji-double
biji-single biji-grind biji biji-grind
kernel
En v
ir o
n m
e n
ta l
L o
a d
U n
it
ELU l
ite r
C J
C O
29
matahari untuk pengeringan biji di alat pengering tipe ERK. Perbandingan antara jumlah energi terbarukan terhadap total energi proses disebut renewability.
Simulasi proses yang energi prosesnya paling kecil adalah produksi CJCO dengan pengupasan biji dilakukan di lahan dan bahan pengepresan berupa tepung biji, dengan energi sebesar
5.615 x 10
4
kJliter CJCO dan rasio energi 1.47. Pengangkutan biji dari lahan ke pabrik jelas membuat kebutuhan energi transportasi lebih kecil dibanding pengangkutan buah yang lebih besar massanya.
Pengepresan tepung biji meningkatkan rendemen, sehingga energi prosesnya lebih efisien. Penggunaan tepung kernel sebenarnya juga meningkatkan rendemen pada subproses ekstraksi. Akan
tetapi, proses ini memerlukan satu subproses tambahan, yaitu decorticating. Selain itu, cangkang biji juga tidak dipres, sehingga CJCO yang dihasilkan secara kuantitas akan lebih sedikit. Akibatnya
energi proses per liter CJCO-nya akan lebih besar. Energi pemanfaatan waste dalam kalkulasi diberi tanda negatif. Hal ini dikarenakan energi
tersebut bukan merupakan energi yang dikonsumsi proses, melainkan energi yang dihasilkan proses. Energi netto dari tiap proses yang disimulasikan merupakan hasil dari energi proses dikurangi dengan
energi waste. Dengan kata lain, disini diasumsikan bahwa seolah-olah ada bagian dari sumber energi proses yang digantikan oleh limbah biomassa waste. Pada kenyataannya, dalam simulasi setiap
subproses tidak menggunakan biomassa sebagai bahan bakarnya karena alat dan mesin yang digunakan memang tidak dirancang untuk bahan bakar biomassa.
Waste penyumbang energi terbesar adalah waste dari proses dengan pengepres tipe single stage screw, yang nilai energi pembakaran biomassanya 6.349 x 10
4
kJliter CJCO atau 4.132 x 10
6
kJ ton buah. Rasio energinya 1.662 kJ wastekJ CJCO, mengakibatkan energi nettonya 2.186 x 10
3
kJliter CJCO, jauh lebih efisien dibanding yang lain lihat gambar 24. Nilai energi waste yang lebih besar dibanding proses yang lain dikarenakan lebih banyaknya sisa minyak yang masih ada dalam
seed cake. Akibatnya, proses ini justru menjadi proses dengan nilai energi CJCO terkecil, yaitu 2.49 x 10
6
kJton buah. Perbandingan energi proses produksi, nilai renewability, energi dari waste, energi produk dan
energi netto dari tiap subproses danapat dilihat berturut-turut pada Gambar 20, Gambar 21, Gambar 22, Gambar 23, dan Gambar 24. Tabel berisi data hasil analisis energinya terdapat pada Lampiran 15.
30
Gambar 20. Perbandingan nilai energi proses produksi dari tiap simulasi proses
Gambar 21. Perbandingan nilai renewability dari tiap simulasi proses
0.0E+00 1.0E+04
2.0E+04 3.0E+04
4.0E+04 5.0E+04
6.0E+04 7.0E+04
Energi Produksi kJ
liter CJCO
5 10
15 20
25 30
35 40
Renewability
31
Gambar 22. Perbandingan nilai energi waste dari tiap simulasi proses
Gambar 23. Perbandingan nilai energi produk dari tiap simulasi proses
0.0E+00 1.0E+04
2.0E+04 3.0E+04
4.0E+04 5.0E+04
6.0E+04 7.0E+04
Energi dari waste
kJ liter CJCO
0.0E+00 5.0E+05
1.0E+06 1.5E+06
2.0E+06 2.5E+06
3.0E+06 3.5E+06
Energi Produk kJ CJCO
ton buah
32
Gambar 24. Perbandingan nilai energi netto dari tiap simulasi proses
F. Program Pengolah Data untuk LCI Produksi Minyak Jarak Pagar Mentah