I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia modern dimana teknologi terus berkembang, kebutuhan manusia akan sumber energi semakin terasa. Produksi dan konsumsi minyak komersial terus meningkat seiring
perkembangan teknologi dan ekonomi di negara maju dan berkembang. Jika melihat laju peningkatan konsumsi saat ini, kebutuhan minyak bumi akan mencapai puncaknya pada tahun
2015 Santosa, 2005. Seiring waktu, mulai disadari bahwa persediaan minyak dalam perut bumi semakin berkurang. Pemakaian bahan bakar fosil juga berpengaruh besar terhadap lingkungan,
dalam kaitannya dengan pemanasan global. Dunia mulai mengalihkan perhatiannya pada sumber- sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan. Teknologi produksi minyak dari tanaman
plant oil mulai dikembangkan untuk menghasilkan bahan bakar nabati BBN sebagai pengganti bahan bakar minyak BBM.
Sudah banyak tanaman yang menjadi sumber BBN. Di USA, biji bunga matahari diperas untuk menghasilkan minyak. Di Brazil, bioetanol diproduksi dari tebu dan sudah dikomersialkan
sebagai campuran BBM. Di Indonesia juga ada beberapa tanaman yang potensial sebagai sumber BBN. Yang paling banyak ada tentu saja kelapa sawit. Pemakaian kelapa sawit sebagai sumber
BBN menimbulkan masalah, karena tanaman ini juga digunakan untuk produksi bahan-bahan pangan. Karena itu, tanaman non pangan lebih disarankan untuk dijadikan sumber BBN.
Salah satu tanaman non pangan yang dapat menghasilkan minyak adalah jarak pagar Jatropha curcas Linn.. Jarak pagar lebih disukai dibanding tanaman lain di Indonesia karena
rendemen minyaknya paling tinggi, yaitu sekitar 25 - 35. Keuntungan lainnya, jarak pagar dapat dikembangkan di daerah kering dan lahan marjinal, sehingga cocok dikembangkan di
daerah-daerah transmigrasi dan lahan-lahan kritis Direktorat Budidaya Tanaman Tahunan, 2007. Pengembangan minyak jarak di Indonesia juga didukung oleh kebijakan pemerintah dalam
rangka menjamin pasokan energi dalam negeri. Peraturan Presiden RI No. 5 Tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional menyebutkan bahwa penyediaan biofuel pada tahun 2025 minimal 5
dari kebutuhan energi nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian pada tahun 2006 melakukan pengembangan kebun bibit jarak di 14 provinsi, termasuk bibit tanaman
dan unit mesin pemroses biji jarak. Balitbang juga sudah mengembangkan teknologi perbanyakan jarak dengan kultur jaringan. Ke depannya, diharapkan jarak pagar dapat diproduksi dalam jumlah
besar di Indonesia. Produksi minyak jarak pagar secara besar-besaran harus direncanakan secara matang. Hal
penting yang perlu dikaji adalah prospek ekonominya, pengaruhnya terhadap lingkungan sosial masyarakat, dan dampaknya terhadap lingkungan alam. Untuk hal yang disebutkan terakhir ini,
Indonesia mulai mendapat sorotan akibat adanya rencana untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit dalam skala besar. Ada semacam tuduhan miring bahwa produksi kelapa sawit
mengganggu keseimbangan alam, dalam kaitannya dengan banyaknya unsur hara dan energi yang
2
diserap dan besarnya emisi yang dikeluarkan. Hal serupa juga mungkin terjadi jika kelak pemerintah mencanangkan penanaman jarak pagar dalam skala besar.
Dampak terhadap lingkungan dari setiap kegiatan manusia, khususnya industri, mulai mendapat perhatian besar dari komunitas internasional. Teknik manajemen lingkungan yang
sudah dikembangkan oleh negara-negara maju dan diprediksi akan memegang peranan penting di masa depan adalah Life Cycle Assessment LCA. LCA pada dasarnya adalah suatu tool untuk
mengevaluasi dampak-dampak dari setiap tahapan, mulai dari awal sampai akhir, dari suatu proses. LCA memerlukan adanya data yang lengkap mengenai suatu proses, dalam batasan yang hendak
dievaluasi, sebagai bahan analisis. Oleh karena itu, adanya Life Cycle Inventory dalam bentuk database yang dipadukan dengan pemodelan menjadi hal yang sangat penting. Negara-negara
maju di Eropa, USA, dan Jepang sudah berada di garis terdepan. Di ASEAN, Thailand menjadi pelopor LCA, dan saat ini Malaysia pun sudah mulai mengembangkannya.
Indonesia sebagai salah satu negara agraris terbesar di dunia tentunya juga harus mulai menerapkan LCA, terlebih setelah adanya isu mengenai kerusakan alam akibat kelapa sawit. LCA
untuk jarak pagar nantinya akan mencakup seluruh tahapan mulai dari budidaya, pengepresan minyak, hingga produksi biodiesel, atau bahkan sampai ke pemakaiannya. Sebagai langkah awal,
LCA dapat diterapkan pada proses produksi minyak jarak pagar mentah crude Jatropha curcas oil, yaitu proses pascapanen hingga menghasilkan minyak jarak, yang sudah dilakukan hingga
saat ini. Masalahnya adalah data yang tersedia di lapangan belum diketahui kecukupannya dan juga belum terorganisasi. Oleh karena itu diperlukan inventarisasi data yang nantinya dapat
dimanfaatkan untuk penelitian-penelitian LCA jarak pagar selanjutnya.
B. Tujuan