22
Gambar 6 Pemetaan stakeholder. Berikut adalah penjelasan dari hasil pemetaan stakeholder:
a. Key Player
Hasil pemetaan stakeholder menunjukkan bahwa ada 4 stakeholder yang termasuk ke dalam kuadran key player, yaitu Dinas Pertambangan dan Mineral
KBB, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata KBB, Kantor Lingkungan Hidup KBB dan Kelompok Riset Cekungan Bandung KRCB. Semua stakeholder ini
memiliki kepentingan dan memberikan pengaruh yang besar terhadap pengelolaan
kawasan Goa Pawon.
1. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata KBB
Tugas pokok Disbudpar Kabupaten Bandung Barat yaitu melaksanakan kewenangan otonomi daerah kabupaten dalam bidang kebudayaan dan pariwisata.
Untuk melaksanakan tugas pokok, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai fungsi: a perumusan, pembinaan serta pengedalian sebagian urusan rumah
tangga daerah dalam bidang kebudayaan dan pariwisata, b perumusan, pembinaan serta pengendalian tugas pembantuan yang menyangkut bidang
kebudayaan dan pariwisata yang diberikan pemerintah dan pemerintah provinsi, c pengumpulan serta pengolahan data, penyusunan dan program bidang
kebudayaan dan pariwisata, d penyiapan perumusan kebijaksanan pelaksanaan kebijaksanaan dibidang kebudayaan dan pariwisata, e penyuluhan bimbingan
dan pembinaan teknis dalam pelaksanaan kebijakan dibidang kebudayaan dan pariwisata, f pengendalian dan pengawasan serta evaluasi pelaksanaan tugas
1 2
3 4
5 6
7
5 10
15 20
25
5 10
15 20
25
K e
p e
n
t i
n g
a n
Pengaruh Keterangan:
1. Kantor Lingkungan Hidup
KBB 2.
BAPPEDA KBB 3.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata KBB
4. Dinas Pertanian, Perkebunan
dan Kehutanan KBB 5.
Dinas Pertambangan dan Mineral KBB
6. Badan Pertanahan KBB
7. Kelompok Riset Cekungan
Bandung KRCB
Subject Key Player
Crowd Context Setter
23 dibidang kebudayaan dan pariwisata, g pengolahan administrasi umum, h
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati. Disbudpar KBB dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dibantu oleh kelompok jabatan
fungsional dan Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD. Aspek kepentingan yang dilakukan oleh Disbudpar KBB hanya fokus pada
aspek kebudayaan dan aspek pariwisata saja, seperti halnya dalam pembangunan fasilitas untuk tujuan wisata kamar mandi, mushola, balai riung, tempat parkir.
Manfaat yang diperoleh dari kawasan Goa Pawon adalah dari sektor ekonomi, sosial, budaya dan kepercayaan publik.
Bentuk keterlibatan Disbudpar KBB adalah dengan kehadiran, arahan dan pengawasan dari mereka, karena mereka memiliki peran dan partisipasi dalam
pengambilan keputusan berupa dana, SDM, fasilitas dan informasi untuk melaksanakan programnya. Selain itu, Disbudpar KBB memiliki kemampuan
berinteraksi dengan stakeholder lain untuk membahas rencana pengelolaan, mengadakan kerjasama, mempengaruhi stakeholder lain untuk ikut terlibat dan
mengubah arah pengelolaan. 2.
Dinas Pertambangan dan Mineral KBB Dinas Pertambangan dan Mineral Kabupaten Bandung Barat dalam
pengelolaan kawasan Goa Pawon mempunyai tugas pokok merumuskan kebijaksanaan teknis serta melaksanakan kegiatan teknis operasional di bidang
pertambangan dan energi meliputi geologi dan sumberdaya mineral, pertambangan umum dan energi serta melaksanakan ketatausahaan dinas. Dalam
pelaksanaan tugasnya, Dinas Pertambangan dan Mineral KBB mengacu pada SK Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 145620MEM2000 tahun 2000
tentang Pedoman Pengelolaan Karst. Dinas Pertambangan dan Mineral KBB memiliki aspek kepentingan dalam
hal pertambangan dan konservasi. Manfaat yang diperoleh adalah dari sektor ekonomi dan sosial dengan menyediakan sumberdaya berupa manusia, dana,
fasilitas dan informasi. Meskipun Dinas Pertambangan dan Mineral melakukan pertambangan, mereka tetap memperhatikan aspek konservasi dalam setiap
kegiatannya. Kegiatan konservasi di kawasan Goa Pawon cukup menjadi prioritas bagi Dinas Pertambangan dan Mineral, terbukti dengan memberikan pengaruh
24 yang tinggi terhadap kawasan dengan menghentikan kegiatan pertambangan di
Gunung Masigit pada tahun 2010 dan membuat Peraturan Bupati No. 7 Tahun 2010 tentang Perlindungan Goa Pawon dan Lingkungannya seluas 31,9 hektar
yang dikeluarkan dan ditetapkan oleh Bupati Bandung Barat. 3.
Kantor Lingkungan Hidup KBB KLH KBB mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di bidang Lingkungan Hidup. Sedangkan fungsinya adalah merumusan kebijakan teknis bidang lingkungan
hidup, membina dan melaksanakan AMDAL serta membina lingkungan, mencegah, mengawasi dan mengendalikan pencemaran lingkungan serta
melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugasnya. Aspek kepentingan yang dilakukan oleh KLH KBB adalah dalam hal
kehutanan dan konservasi. Mereka mempunyai rencana untuk melakukan kerjasama dengan Dishutbun KBB sebagai pilot project dalam penghijauan lahan
bekas tambang dan penataan lokasi kawasan Goa Pawon dengan menanami jambu mete, bamboo, jati dan pohon beringin untuk menjaga keberadaan air. Selain itu,
mereka menyediakan sumberdaya berupa dana, fasilitas dan informasi dalam melaksanakan kegiatannya. Kegiatan pengelolaan di kawasan Goa Pawon ini
cukup menjadi prioritas bagi KLH KBB. Pelaksanaan kegiatannya akan berjalan dengan arahan dan pengawasan dari
KLH KBB. Peran dan partisipasi KLH KBB dalam pengelolaan kawasan Goa Pawon terhitung besar dengan kontribusi berupa bantuan dana, fasilitas dan
informasi. Untuk interaksi dengan stakeholder lain, KLH KBB hanya bisa mengadakan suatu forum untuk membahas rencana pengelolaan dan mengadakan
kerjasama dengan dinas lain. 4.
Kelompok Riset Cekungan Bandung KRCB KRCB adalah kelompok pemerhati yang terdiri atas para ahli geologi,
planologi, arsitek dan geografi dari Institut Teknologi Bandung ITB, yang banyak memusatkan perhatian terhadap geologi kuarter Dataran Tinggi Bandung
dan Danau Bandung Purba. KRCB merupakan lembaga non-pemerintah LSM yang melakukan
survei dan pemetaan geologi di kawasan Goa Pawon dan sekitarnya yang dimulai pada bulan Mei 1999. Kegiatan tersebut kemudian
25 dilanjutkan dengan pengujian geomagnetik di Goa Pawon pada bulan Oktober
2000 dengan hasil ditemukannya anomali yang cukup mencolok. Atas dasar anomali itulah kemudian mereka melakukan penggalian tanpa mengacu pada
prinsip-prinsip ilmu arkeologi dan prosedur kerja sebagaimana ditentukan oleh UU No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya dan PP No. 10 tentang
pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1992. Dari temuan mereka berupa beberapa serpihan obsidian, rijang, dan tulang, serta moluska dapat diperoleh sedikit
informasi tentang latar belakang budaya yang pernah berlangsung di Goa Pawon. Aspek kepentingan yang diperoleh dari kawasan Goa Pawon adalah
pariwisata, penelitian dan pendidikan. Manfaat yang diperoleh dari berbagai kepentingan terutama dari aspek ekonomi yaitu melalui kegiatan Jajal Geotrek di
kawasan Goa Pawon dan sekitarnya yang dilakukan oleh Tim KRCB. KRCB memperjuangkan Goa Pawon untuk mendapatkan payung hukum agar terhindar
dari aktivitas pertambangan, sehingga pengelolaan di kawasan Goa Pawon cukup menjadi prioritas bagi KRCB. Kehadiran dan arahan dari KRCB memberikan
pengaruh yang cukup besar terhadap pengelolaan kawasan Goa Pawon. Peran dan partisipasi KRCB dalam pengelolaan terhitung cukup besar dengan kontribusi
berupa informasi dan pengetahuan tentang ilmu kebumian yang berkaitan dengan kawasan Goa Pawon. Selain itu, KRCB juga memiliki kemampuan untuk
mengadakan forum seperti menjadi mediasi dalam kegiatan “Deklarasi Karst
Citatah ”, mengadakan kerjasama dengan stakeholder lain dan mempengaruhi
stakeholder yang bekerjasama. KRCB juga memiliki kesadaran dan motivasi agar pengelolaan kawasan Goa Pawon berjalan dengan baik.
Stakeholder yang berada pada kuadran Key Player harus melakukan suatu kerjasama atau bermitra satu sama lain, karena stakeholder pada kuadran ini
memiliki kapasitas sumberdaya yang besar dalam hal partisipasi dan kontribusi, sumberdaya manusia dan sumberdaya yang disediakan fasilitas, dana dan
informasi dalam melaksanakan pengelolaan kawasan Goa Pawon, sehingga stakeholder ini harus berperan aktif dan bersifat mendukung.
b. Subject