Context Setter Peran Stakeholder dalam Strategi Konservasi Kawasan Goa Pawon

29 Badan Pertanahan KBB menginventarisasi lahan yang ada di sekitar kawasan Goa Pawon untuk memastikan status lahan tersebut. Aspek kepentingannya adalah dari sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan terutama terkait dengan kepemilikan lahan. Badan Pertanahan KBB memiliki sumberdaya berupa informasi dan SDM terlatih untuk menginventarisasi lahan sekitar kawasan Goa Pawon. Badan Pertanahan KBB memberikan pengaruh terhadap intansi lain dalam pengelolaan kawasan Goa Pawon berupa pengawasan terhadap setiap lahan yang digunakan untuk berbagai kegiatan pengelolaan. Badan Pertanahan KBB mempunyai kemampuan berinteraksi dengan stakeholder lain untuk mengadakan kerjasama dan mempunyai kewenangan dalam pengelolaan terutama terhadap lahan. Stakeholder pada kuadran crowd memiliki kepentingan dan pengaruh yang kecil terhadap kegiatan konservasi kawasan Goa Pawon. Keberadaan stakeholder ini sebenarnya bisa diabaikan karena bukan merupakan key player ataupun subject dalam pengelolaan kawasan. Namun, mengingat bahwa kegiatan pengelolaan kawasan Goa Pawon ini melibatkan banyak pihak multistakeholder, maka stakeholder ini bisa diberdayakan untuk mendukung setiap pelaksanaan kegiatan pengelolaan kawasan Goa Pawon.

d. Context Setter

Tidak ada stakeholder yang menempati kuadran context setter, karena ketika banyak pihak yang dilibatkan dalam pengelolaan multistakeholder tidak ada stakeholder yang memiliki pengaruh dominan dalam hal perencanaan maupun pelaksanaan. Hal ini merupakan suatu keuntungan bagi kawasan Goa Pawon, karena stakeholder yang termasuk ke dalam kuadran context setter hanya akan menjadi pengganggu jalannya kegiatan pengelolaan secara signifikan karena harus selalu dipantau dan selalu diatur.

5.3 Faktor Internal dan Eksternal Kawasan Goa Pawon

Diidentifikasi beberapa faktor strategis kawasan Goa Pawon yang akan menjadi dasar dalam pembuatan strategi pengelolaan kawasan Goa Pawon. Dalam hal ini, peraturan-peraturan yang mengatur dan melindungi kawasan Goa Pawon 30 secara langsung adalah satu kesatuan dengan kawasan Goa Pawon itu sendiri yang merupakan suatu kekuatan kawasan Goa Pawon. Hasil identifikasi faktor strategis ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu faktor internal kekuatan dan kelemahan kawasan Goa Pawon dan faktor eksternal peluang dan ancaman terhadap kawasan Goa Pawon. 5.3.1 Faktor internal kawasan Goa Pawon 5.3.1.1 Kekuatan kawasan Goa Pawon 1. Peraturan-peraturan daerah yang mendukung perlindungan kawasan Goa Pawon. Peraturan-peraturan tersebut diantaranya adalah Perda Jabar No. 22006 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, Perda Jabar No. 22002 tentang Perlindungan Lingkungan Geologi dan Peraturan Bupati Bandung Barat No. 7 Tahun 2010 tentang Perlindungan Situs Goa Pawon dan Lingkungannya seluas 31,9 ha. Peraturan-peraturan ini secara umum membahas tentang pengelolaan kawasan Goa Pawon mengenai perlindungan dan pemanfaatan sumberdaya karst yang dilakukan secara lestari dan bagaimana cara melindungi kawasan karst agar tetap berkelanjutan sustainable. Peraturan-peraturan ini dapat dijadikan kekuatan bagi pengelolaan kawasan Goa Pawon agar kawasan tersebut tetap terjaga dan lestari. 2. Daerah resapan air mata air Cinyusuan dan situs purbakala Pasir Pawon memiliki mata air Cinyusuan yang mengaliri sawah penduduk dan digunakan sebagai sumber pengairan untuk kehidupan sehari-hari, seperti untuk mandi, mencuci, minum dan sebagainya. Selain itu, Situs Purbakala yang terdapat di Goa Pawon merupakan asset yang sangat penting untuk dilestarikan. Situs Goa Pawon ini telah mengangkat Karst Citatah menjadi perhatian dan fokus pemerintah, akademisi, pemerhati lingkungan, bahkan telah menjadi sorotan internasional. Untuk itu, kedua aspek ini harus dikonservasi agar tetap berkelanjutan. 3. Nilai ilmiah, keindahan, keunikan dan kelangkaan kawasan karst yang tinggi Kawasan Goa Pawon memiliki nilai ilmiah terutama untuk pendidikan dan penelitian. Banyak peneliti dan lembaga-lembaga non-pemerintah KRCB yang melakukan penelitian di kawasan ini. Puncak Pasir Pawon juga memiliki nilai 31 keindahan dan keunikan berupa batuan yang disebut Stone Garden yang tertata acak tetapi memiliki nilai keindahan dan kelangkaan terutama di daerah Jawa Barat. Nilai-nilai ini harus dilestarikan agar tetap berkelanjutan. 4. Pasir Pawon merupakan satu-satunya kawasan yang masih asri dan bebas dari kegiatan pertambangan Brahmantyo 2008 menyatakan bahwa sekitar 80 - 90 dari seluruh bukit-bukit kapur yang membentang dari Tagog Apu di utara Padalarang ke Cihea di perbatasan Kabupaten Bandung Barat dengan Cianjur tidak ada yang utuh lagi. Pasir Pawon adalah satu-satunya bukit kapur yang masih asri tanpa ada gangguan penggalian karena menyimpan artefak-artefak dan fosil manusia purba. Ini merupakan suatu kekuatan untuk mengembangkan Pasir Pawon menjadi tujuan wisata yang berwawasan lingkungan agar kelestariannya tetap terjaga. 5. Sumberdaya karst kawasan Goa Pawon sebagai potensi wisata Situs Goa Pawon mempunyai nilai peninggalan sejarah yang sering dijadikan tempat wisata oleh para wisatawan asing maupun lokal. Selain Situs Goa Pawon, di puncak Pasir Pawon juga memiliki nilai keindahan dan keunikan berupa batuan yang berukuran besar yang sering disebut Stone Garden. Kedua objek ini bahkan telah menjadi track dari kegiatan “Jajal Geotrek” yang diadakan oleh Tim KRCB Gambar 7. Sumber: Bappeda KBB 2010 Sumber: Bappeda KBB 2010 a b Gambar 7 Kegiatan Jajal Geotrek : a Situs Goa Pawon, b Stone Garden.

5.2.2 Kelemahan kawasan Goa Pawon

a. Kegiatan penambangan batu gamping Tidak dapat dipungkiri bahwa batugamping merupakan sumberdaya alam yang melimpah di kawasan karst dan langsung dapat dimanfaatkan melalui 32 kegiatan pertambangan. Kegiatan pertambangan ini juga dilakukan di kawasan Pasir Masigit yang merupakan Karst Kelas II yang telah menyebabkan perubahan morfologi Gunung Masigit seperti pada Gambar 8. Seharusnya Gunung Masigit ini termasuk ke dalam Karst Kelas I karena memiliki satu lokasi sakral yang disebut kabuyutan Yondri 2009. Namun pada kenyataannya, data dari Profil Desa Gunung Masigit menunjukkan bahwa pertambangan merupakan mata pencaharian utama masyarakat di sekitar Pasir Pawon BPMPD 2010. Pengalihan alternatif mata pencaharian tidak akan mudah diterima masyarakat, karena pertambangan sudah menjadi pekerjaan dan sumber penghasilan sejak dulu. Sehingga untuk mencapai upaya perlindungan kawasan perlu dilakukan pendekatan kepada masyarakat secara langsung Sumber: Budi Brahmantyo Sumber: Budi Brahmantyo a b c Gambar 8 Perubahan morfologi Gunung Masigit a tahun 2003, b tahun 2008 dan c tahun 2011. Perubahan morfologi ini telah menjadi permasalahan yang perlu mendapat penanganan segera dalam konservasi dan pengendalian kerusakan lingkungan. Apabila hal ini terus dibiarkan, kualitas dan kuantitas sumber air bersih akan 2008 2011 33 semakin berkurang, pencemaran kualitas udara bertambah dan berpotensi menimbulkan longsor. Kegiatan pertambangan di daerah Gunung Masigit sebenarnya sudah dilarang oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2010, tetapi menurut penuturan Reni Sekretaris Ketua Dinas Pertambangan dan Mineral KBB, 9 Februari 2011, komunikasi pribadi kegiatan pertambangan liar masih sering terjadi karena kurangnya monitoring dan pengawasan terhadap daerah tersebut. Selain berpotensi menghilangkan mata air karst, aktivitas penambangan juga berdampak pada hilangnya fungsi karst sebagai daerah resapan air hujan. Berdasarkan sifat fisiknya, batugamping yang menyusun kawasan karst memiliki porositas yang tinggi, baik porositas primer maupun porositas sekunder. Dalam hitungan sederhana, dengan asumsi curah hujan 2000 mmtahun setengahnya menjadi air tanah, luas calon tambang batugamping 700 hektar dan porositas batugamping rata-rata 20, dengan mengupas lahan sedalam 5 meter saja air hujan yang tidak akan terserap mencapai 7 juta meter kubik Nugroho 2008. b. Penggalian posfat guano di dalam Goa Pawon Kegiatan penggalian guano di Goa Pawon Gambar 9 dilakukan untuk dijadikan pupuk karena sangat menyuburkan bagi tanaman. Menurut Yondri 2009, penggalian guano tidak hanya dilakukan pada permukaan lantai goa, tetapi hingga mencapai kedalaman yang bervariasi antara 2-4 meter sehingga seluruh lapisan budaya yang diperkirakan di masa lalu terdeposisi di tempat itu hilang. Sumber: Yondri 2009 Gambar 9 Karung yang berisi posfat guano. 34 Kegiatan penggalian ini sebenarnya sudah diangkat sebagai topik utama, baik dalam seminar di kalangan pemerintahan, sasarsehan di kalangan masyarakat, audiensi dengan kalangan pemerintah, maupun melalui media massa. Namun permasalahan tersebut masih belum bisa dihentikan karena desakan kebutuhan ekonomi. c. Kegiatan pertanian musiman di puncak Pasir Pawon Kegiatan pertanian musiman dilakukan pada musim hujan, di mana lahan biasanya diolah dengan membuka seluruh bagian permukaan tanah di bagian pelataran puncak, tanahnya disiangi atau seluruh semak belukar yang ada ditebas habis sehingga seluruh bidang permukaan yang mengandung tanah menjadi terbuka dan kosong dari segala jenis tanaman. Kegiatan pertanian yang dilakukan adalah pertanian palawija seperti singkong, padi huma, jagung, kacang-kacangan, ketela dan tanaman pertanian lainnya Gambar 10. a b Gambar 10 Kondisi puncak Pasir Pawon; a Tanaman pertanian di Puncak Pasir Pawon, b Kegiatan penyiangan tanah. Kegiatan pertanian ini masih terus berlangsung sampai sekarang, meskipun sudah ada Perbup. Bandung Barat No. 72010 tentang perlindungan kawasan Goa Pawon. Menurut Reni Sekretaris Ketua Dinas Pertambangan dan Mineral KBB, 10 Februari 2011, Komunikasi Pribadi, status lahan kawasan Goa Pawon sebenarnya adalah milik negara, tetapi masih ada masyarakat yang menyebutkan bahwa lahan tersebut adalah miliknya. Kemudian pihak ESDM KBB meminta bukti sertifikatbukti kepemilikan lahan dari masyarakat tersebut, tetapi sampai saat ini belum ada yang mengajukan sertifikat tanah tersebut ke pihak ESDM KBB. Untuk mengembalikan fungsinya, dibutuhkan upaya rehabilitasi dengan tujuan untuk mengurangi tingkat erosi dengan cara menghentikan kegiatan 35 pertanian yang mengandalkan pengairan dari curah hujan tersebut dan menggantikannya dengan menghutankan kembali area. d. Penurunan kualitas dan kuantitas air tanah di Goa Pawon Kawasan karst memiliki nilai-nilai strategis antara lain sebagai pemasok dan tandon air untuk keperluan domestik PBB memperkirakan persediaan air sekitar 25 penduduk dunia merupakan sumber air karst, Ko 1997. Mudahnya air tanah karst tercemar merupakan konsekuensi dari kondisi geologi dan geomorfologi eksokarst di atasnya. Di bawah kaki Pasir Pawon terdapat satu mata air yang terletak di sebelah tenggara Situs Goa Pawon yang disebut Cinyusuan yang merupakan sumber air bersih bagi masyarakat. Sumber mata air ini digunakan oleh masyarakat untuk mengaliri sawah, mandi, minum dan pemenuhan kebutuhan lainnya Gambar 11. a b c Gambar 11 Penggunaan air : a Sumber mata air Cinyusuan, b Aliran air untuk mengairi sawah, c Bak penampungan untuk mandi dan keperluan lainnya. Biasanya volume bak penampungan air tidak pernah berkurang walaupun musim kemarau, tetapi sekarang kondisinya sudah berbeda. Menurut penuturan Koswara Ketua RT Kampung Pawon, 25 Februari 2011, Komunikasi Pribadi, telah terjadi penurunan volume air jika dibandingkan dengan kondisi beberapa 36 tahun yang lalu ketika pertambangan dan kegiatan pertanian masih terkontrol. Pengurangan penyerapan air ini dipengaruhi oleh kondisi permukaan kawasan yang telah berubah menjadi lahan pertanian yang tidak tertata dan berdampak terhadap penurunan kelembaban udara di dalam goa. BPLHD 2010 menyatakan perubahan kelembaban udara dalam goa tersebut dapat mengusir satwa penghuni goa kelelawar yang mempunyai peranan sangat penting secara ekologi dalam mengatur keseimbangan ekosistem. Vegetasi kawasan karst memegang peranan penting, terutama pada sistem hidrologi karena dapat menghindari terjadinya run-off yang berlebihan. Kegiatan penebasan vegetasi, pengupasan tanah penutup, penggalian batugamping akan mengubah bentang alamlahan eksokarst di kawasan karst yang juga akan mengubah atau melenyapkan unsur-unsur endokarst seperti goa-goa, stalagtit dan stalagmit Sumardja 2000. e. Sumberdaya karst kawasan Goa Pawon yang tidak dapat diperbaharui Kawasan karst dikenal sebagai suatu lingkungan yang memiliki daya dukung sangat rendah dan tidak dapat diperbaiki jika telah mengalami kerusakan rentan atau peka terhadap pencemaran karena pembentukannya memerlukan waktu yang sangat lama rata-rata mencapai jutaan tahun. Benturan kepentingan untuk melakukan konservasi serta tekanan penduduk untuk memanfaatkan sumberdaya alam karst pada akhirnya menimbulkan beberapa permasalahan, seperti kegiatan penambangan batu gamping di kawasan Pasir Masigit. Sehingga kawasan karst dan segala komponen yang ada di dalam dan di luar kawasan yang rentan terhadap gangguan ini terancam hilang keberadaannya. Padahal kawasan Goa Pawon ini menyimpan nilai sejarah-kepurbakalaan. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya konservasi kawasan Goa Pawon agar tetap terjaga keberadaannya dan fungsinya dapat dirasakan secara berkelanjutan. 5.3.2 Faktor eksternal kawasan Goa Pawon 5.3.2.1 Peluang kawasan Goa Pawon 1. Dukungan internasional yang tinggi terhadap pengelolaan kawasan karst IUCN telah membuat suatu Pedoman Perlindungan Goa dan Karst sebagai pedoman dalam pengelolaan goa dan karst di seluruh dunia untuk para perencana, pengelola dan pemanfaat kawasan karst. Dukungan ini sangat menguntungkan 37 bagi pengelolaan kawasan Goa Pawon apabila dioptimalkan dengan usaha-usaha pengangkatan kawasan Goa Pawon ke level internasional seperti yang telah dilakukan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yang telah mengusulkan kepada UNESCO dengan memasukkan Goa Pawon ke dalam daftar semnetara agar situs Goa Pawon di Pasir Pawon ditetapkan sebagai Warisan Dunia. Walaupun sampai saat ini hal tersebut belum terrealisasikan. 2. Adanya pengunjung yang datang ke kawasan Goa Pawon untuk berwisata Situs Goa Pawon memiliki potensi wisata yang cukup tinggi untuk dikembangkan. Walaupun belum dijadikan tempat wisata yang resmi, tetapi sudah banyak pengunjung yang berdatangan ke kawasan tersebut untuk berwisata melihat fosil manusia prasejarah dan keindahan Stone Garden. Menurut penuturan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata KBB Aos Kaosar, saat ini jumlah pengunjung Goa Pawon setiap minggunya bisa mencapai 100 orang. Setelah museum didirikan, ditargetkan jumlah kunjungan wisatawan bisa naik 10 kali lipat. Mayoritas mereka yang datang ke kawasan itu adalah mereka yang masih berstatus pelajar Yudono 2011. 3. Dukungan pemerintah pusat untuk melindungi kawasan karst Situs Goa Pawon ini telah mengangkat Karst Citatah menjadi perhatian dan fokus pemerintah, akademisi, pemerhati lingkungan, bahkan telah menjadi sorotan internasional karena memiliki nilai-nilai penting yang terkandung di dalamnya dan merupakan nilai spektakuler di Jawa Barat. Pemerintah mengeluarkan kebijakan nasional tentang perlindungan kawasan karst seperti PP No. 262008 tentang Tata Ruang Nasional dan Kepmen ESDM No. 1456 K20MEM2000 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Karst. Hal ini merupakan peluang bagi pengelolaan kawasan Goa Pawon ke arah yang lebih baik lagi melalui proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan berdasarkan kebijakan-kebijakan nasional yang telah dikeluarkan. 4. Keberadaan stakeholder yang potensial dalam konservasi kawasan Goa Pawon Hasil dari penelitian diperoleh 7 stakeholder dalam pengelolaan kawasan Goa Pawon. Hal ini merupakan peluang agar pengelolaan kawasan Goa Pawon berjalan lancar dan optimal melalui pengaruh yang mereka berikan terhadap 38 kawasan. Contohnya penelitian yang dilakukan oleh Kelompok Riset Cekungan Bandung di kawasan Goa Pawon dan berhasil menemukan nilai peninggalan sejarah di dalamnya serta penyediaan bibit tanaman untuk penghijauan oleh Distanbunhut dan KLH KBB. 5. Peningkatan dukungan masyarakat terhadap kegiatan perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan lestari Menurut BPLHD 2010, masyarakat penambang batu dan pengusaha penambangan batu mendukung penetapan Goa Pawon sebagai cagar alamkawasan lindung yang tidak boleh dieksploitasi. Dukungan masyarakat ini dapat terus ditingkatkan melalui program-program yang melibatkan dan mengikutsertakan masyarakat, seperti dalam hal perencanaan, pengelolaan dan pengawasan.

5.3.2.2 Ancaman terhadap kawasan Goa Pawon

1. Kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang konservasi kawasan karst, khususnya kawasan Goa Pawon. Potensi permasalahan ini terjadi karena informasi tentang nilai strategis kawasan karst dan ekosistem karst belum banyak diketahui. Data dan informasi yang ada sifatnya masih belum utuh, tetapi masih tergantung dari sumber data dan kepentingan yang sifatnya sektoral. Selain itu, permasalahan ini juga terjadi akibat kurangnya interaksi dari pihak yang mempunyai kepentingan dan pengaruh terhadap kawasan untuk melakukan sosialisasi terhadap masyarakat sekitar kawasan Pawon tentang nilai penting kawasan karst. Hal ini mengakibatkan minimnya informasi yang tersebar kepada kalangan masyarakat luas mengenai potensi dan nilai penting kawasan karst di Indonesia yang peranannya sangat dibutuhkan secara berkelanjutan. 2. Kurangnya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan Goa Pawon. Koswara Ketua RT Kampung Pawon, 26 Februari 2011, Komunikasi Pribadi menyatakan bahwa jarang sekali masyarakat dilibatkan atau dimintai pendapat untuk pengembangan kawasan Goa Pawon, hal ini membuat masyarakat kecewa. Akibatnya, beberapa bulan yang lalu terjadi penghancuran papan penunjuk jala n yang bertuliskan “Kampung Budaya”. Dalam hal ini, masyarakat 39 sama sekali tidak dilibatkandiberi informasi tentang pemasangan papan penunjuk jalan tersebut, padahal status “Kampung Budaya” tersebut pun belum diresmikan. Masyarakat sebagai pihak yang berinteraksi langsung dengan kawasan seharusnya dapat dilibatkan dalam peran konservasi dan bisa bekerjasama dengan para stakeholder pengelola kawasan Goa Pawon. Selain itu, masyarakat perlu ditingkatkan aksesnya dalam menyuarakan aspirasi sesuai kapasitas mereka terhadap kegiatan konservasi. Kelompok-kelompok yang telah ada di masyarakat akan membantu dalam pengelolaan kawasan tersebut dan meminimalkan konflik sosial jika memang benar-benar dilakukan pemberdayaan masyarakat secara partisipatif Azhari 2007; Falah 2008; ITTO 2010. 3. Konflik kepentingan antar stakeholder Ancaman ini terjadi akibat belum jelasnya peruntukkan kawasan karst, adanya ego sektoral yang tinggi, buruknya koordinasi dan rendahnya peran serta masyarakat atas dasar kepentingan masing-masing. Kurangnya pelibatan masyarakat dalam hal pengelolaan dapat memicu terjadinya konflik sosial yang dapat menimbulkan kerugian sosial yang ditanggung oleh masyarakat secara luas. 4. Terbatasnya dana dan belum optimalnya sharing dana antara pemerintah dan masyarakat sekitar Goa Pawon. Telah turunnya anggaran dari Pemprov Jabar senilai Rp 600.000.000,- pada tahun 2010 khusus untuk pembenahan Situs Goa Pawon yang akan ditata dan dikembangkan sebagai tujuan wisata masih belum optimal dalam pembangunannya. Sementara itu, fasilitas masih kurang optimal dan kondisi jalan menuju Situs Goa Pawon masih buruk dengan kondisi tanah liat dan batu kapur yang berubah sangat licin ketika hujan. Potensi permasalahan ini terjadi karena belum adanya kepercayaan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Kabupaten dan masyarakat dalam sharing dana. Hal ini menyebabkan tersendatnya kegiatan pengembangan Situs Goa Pawon dan lingkungan sekitarnya. 5. Pencemaran lingkungan akibat kegiatan pertambangan di sekitar kawasan Goa Pawon Hal ini memberikan kesan negatif terhadap nilai keindahan kawasan karst, seperti kepulan asap hitam dari pabrik pembakaran kapur Gambar 12 yang mengganggu pandangan mata sekaligus mengakibatkan pencemaran udara. Selain 40 itu, kondisi perbukitan yang kurang tertata akibat pertambangan juga mengganggu pemandangan dan membuat pandangan mata tidak sedap. Gambar 12 Kepulan asap hitam dari pabrik pembakaran kapur.

5.4 Analisis SWOT Pengelolaan Kawasan Goa Pawon

Hasil wawancara terhadap stakeholder dan masyarakat menghasilkan faktor- faktor internal dan eksternal yang berperan dalam pengelolaan kawasan Goa Pawon yang kemudian dimunculkan berbagai alternatif strategi yang relevan dengan menggunakan Matriks SWOT.

5.4.1 Penentuan posisi strategis kawasan Goa Pawon

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan kawasan Goa Pawon ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 6 dan 7 antara selisih dari jumlah total faktor internal kekuatan – kelemahan = - 4 sebagai sumbu X dan selisih dari jumlah faktor eksternal peluang – ancaman = 8 sebagai sumbu Y untuk menentukan posisi kuadran kawasan Goa Pawon di dalam diagram analisis SWOT Gambar 13. 8 -4 Gambar 13 Diagram analisis SWOT pengelolaan kawasan Goa Pawon. Peluang 2. Mendukung Strategi Diversifikasi 4. Mendukung Strategi Defensif 1. Mendukung Strategi Agresif 3. Mendukung Strategi Turn Around Kekuatan Kelemahan Ancaman 41

5.4.2 Strategi konservasi kawasan Goa Pawon

Berdasarkan diagram Analisis SWOT, kawasan Goa Pawon berada pada kuadran 3, yaitu untuk mendukung strategi Turn Around yakni konsolidasi, perbaikan, mengubah cara pandang serta menghilangkan penyebab masalah agar ancaman dapat dihindari. Hal ini berarti bahwa kawasan Goa Pawon mengalami kelemahan dalam beberapa hal internal, sehingga peluang yang menguntungkan sulit dicapai. Agar strategi tersebut relevan diperlukan tujuan konservasi yang mengacu pada kondisi kawasan saat ini, tujuannya yaitu: 1. Konservasi dan pengendalian kerusakan lingkungan kawasan Goa Pawon agar diperoleh pemanfaatan sumberdaya karst kawasan Goa Pawon yang lestari dan berkelanjutan 2. Melibatkan dan mengoptimalkan peran masyarakat dalam konservasi kawasan Goa Pawon dalam perlindungan dan pemanfaatan potensi sumberdaya kawasan Goa Pawon yang berwawasan lingkungan. Berikut adalah matriks analisis SWOT yang digunakan untuk mendapatkan strategi konservasi kawasan Goa Pawon yang disajikan pada Tabel 5. 42 Tabel 5 Matriks SWOT FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL STRENGTHS S 1. Peraturan-peraturan yang mendukung perlindungan Goa Pawon dan Lingkungannya PP No. 262008 tentang Tata Ruang Nasional, Kepmen ESDM No. 1456 K20MEM2000 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Karst, Perda Jabar No. 22006 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, Perda Jabar No. 22002 tentang Perlindungan Lingkungan Geologi, Perbup No. 72010 tentang Perlindungan Goa Pawon dan Lingkungannya 2. Daerah resapan air mata air Cinyusuan dan situs purbakala 3. Nilai ilmiah, keindahan, keunikan dan kelangkaan kawasan karst yang tinggi 4. Pasir Pawon merupakan satu-satunya kawasan yang masih asri dan bebas dari kegiatan pertambangan 5. Potensi sumberdaya karst dan situs Goa Pawon sebagai potensi wisata WEAKNESSES W 1. Kegiatan penambangan batu gamping 2. Adanya kegiatan penggalian posfat guano di Goa Pawon 3. Kegiatan pertanian musiman di puncak Pasir Pawon 4. Penurunan kualitas dan kuantitas air 5. Sumberdaya karst kawasan Goa Pawon yang tidak dapat diperbaharui OPPORTUNITIES O 1. Dukungan internasional yang tinggi terhadap konservasi kawasan Karst Citatah, terutama untuk situs Goa Pawon 2. Banyaknya pengunjung yang datang berwisata ke kawasan Goa Pawon 3. Komitmen pemerintah daerah untuk melindungi, memanfaatkan dan mengembangkan Situs Goa Pawon 4. Keberadaan stakeholder yang potensial dalam hal pengelolaan melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan 5. Peningkatan dukungan masyarakat terhadap kegiatan perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan lestari STRATEGI SO STRATEGI WO

1. Pengendalian kerusakan kawasan Goa Pawon

2. Pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan

sumberdaya karst kawasan Goa Pawon secara lestari dan berwawasan lingkungan untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat THREATS T 1. Kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang konservasi kawasan karst serta pelibatan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan 2. Kurangnya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan Goa Pawon 3. Konflik kepentingan antar stakeholder 4. Terbatasnya dana dan belum optimalnya sharing dana antara pemerintah dan masyarakat sekitar Goa Pawon 5. Pencemaran lingkungan akibat kegiatan pertambangan di sekitar kawasan Goa Pawon STRATEGI ST STRATEGI WT 42 Berdasarkan permasalahanisu kawasan Goa Pawon yang telah diidentifikasi, maka dibuat Strategi Turn Around untuk konservasi kawasan Goa Pawon sebagai berikut:

1. Pengendalian kerusakan kawasan Goa Pawon

Strategi ini digunakan agar kelemahan dari kawasan Goa Pawon dapat diminimalisirdiperbaiki, sehingga berbagai peluang pengembangan kawasan Goa Pawon dapat diberdayakan. Teknistaktik yang digunakan yaitu: a. Kegiatan rehabilitasi lahan, meliputi penataan permukaan lahan dan reklamasi lahan bekas penambangan merupakan hal yang sangat mendasar untuk dilakukan dalam kegiatan pengembangan kawasan Goa Pawon dan pengembangan jalur wisata di kawasan Goa Pawon Rehabilitasi lahan bisa dimulai di kawasan puncak Pasir Pawon yang selama ini telah diolah oleh masyarakat sebagai tempat bercocok tanam musiman. Rehabilitasi di lokasi ini ditujukan untuk mengurangi tingkat erosi dengan cara menghentikan kegiatan pertanian yang mengandalkan pengairan dari curah hujan dan menggantikannya dengan penghutanan kembali area. Rehabilitasi lahan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah di lahan bekas penambangan yang rawan akan bahaya longsor. Dalam kegiatan rehabilitasi tersebut perlu dilakukan penanaman pohon-pohon terutama dari jenis yang disukai dan dapat mengundang kedatangan burung-burung. Salah satunya adalah jenis Dadap serep Erythrina lithosperma, Bl. non Miq. dengan tinggi sampai 22 m dan pohonnya agak besar. Selain itu, Beringin Ficus benjamina, L. juga dapat ditanam di daerah karst, pohon beringin merupakan suatu tumbuhan yang tumbuh di lereng terjal berbatu. Pohon beringin ini cocok sekali untuk menghutankan daerah tandus karst yang telah kehilangan lapisan tanah yang subur, sehingga diharapkan dengan hijaunya kawasan dan jalur wisata ini keterlindungan kawasan dapat dijaga, sekaligus memberikan suasana sejuk dan nyaman bagi para wisatawan ataupun pengunjung yang datang ke kawasan tersebut untuk mencari udara segar. Dalam hal ini, cara pandang pengelola harus difokuskan terhadap konservasi kawasan, bukan hanya semata-mata memanfaatkan kawasan untuk tujuan ekonomi dan wisata. Kegiatan perbaikan ini harus dikonsolidasikan dengan pihak Pemerintah Provinsi Jawa Barat, stakeholder dan masyarakat agar terjalin persamaan persepsi dengan hasil akhir peningkatan ekonomi masyarakat. b. Konservasi sumberdaya air di kawasan Goa Pawon Agar tidak terjadi pencemaran air penurunan kualitas air diperlukan pengendalian dan pengurangan penggunaan pupuk kimia dan pestisida di sekitar sumber mata air dan daerah tangkapan air. Selain itu diperlukan kegiatan penghijauan di daerah tangkapan air untuk mengurangi sedimentasi dan rehabilitasi daerah tepian sumber mata air untuk mengurangi penguapan air. Kemiri Aleurites moluccana, Wild. bisa digunakan untuk melindungi daerah resapan air karena memiliki daya evapotranspirasi rendah. Kemiri bisa tumbuh pada lahan kritis dan kering dengan baik tanpa menggunakan pupuk. Berdasarkan Perda. Jabar No. 2 Tahun 2006 Pasal 18, kriteria kawasan sekitar mata air adalah kawasan dengan radius sekurang-kurangnya 200 meter di sekitar mata air.

2. Pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan sumberdaya karst kawasan

Goa Pawon secara lestari dan berwawasan lingkungan untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Strategi ini digunakan untuk melindungi kawasan Goa Pawon yang mencakup semua aspek pengelolaan kawasan, seperti aspek biotik, abiotik, sosial, ekonomi dan budaya, karena selama ini kegiatan pemanfaatan kawasan hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan ekonomi tanpa memperhatikan perlindungan kawasan aspek ekologi. Teknistaktik yang digunakan yaitu: a. Wisata kawasan Goa Pawon Berbasis Masyarakat, yaitu menjadikan masyarakat sebagai pelaku utama subyek pengelolaan kawasan karst Pola pengembangan wisata ini mendukung dan memungkinkan keterlibatan penuh oleh masyarakat setempat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan usaha wisata dan segala keuntungan yang diperoleh. Wisata berbasis masyarakat merupakan usaha wisata yang menitikberatkan peran aktif komunitas. Hal tersebut didasarkan kepada kenyataan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam, sejarah Goa Pawon serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata, sehingga pelibatan masyarakat menjadi mutlak. Pola wisata berbasis masyarakat mengakui hak masyarakat lokal dalam mengelola kegiatan wisata di kawasan yang mereka miliki secara adat ataupun sebagai pengelola. Wisata berbasis masyarakat dapat menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat setempat dan mengurangi kemiskinan, di mana penghasilan wisata adalah dari jasa-jasa wisata untuk turis: fee pemandu; ongkos transportasi; homestay; menjual kerajinan dan lain-lain. Wisata membawa dampak positif terhadap pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat yang pada akhirnya diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri dan rasa bangga antar penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan wisata. b. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam konservasi kawasan Goa Pawon Kegiatan ini bertujuan untuk melibatkan masyarakat untuk mengoptimalkan dan melestarikan sumberdaya lingkungan kawasan Goa Pawon. Program aksi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam konservasi kawasan ini adalah: 1 Edukasi dan sosialisasi tentang kawasan Goa Pawon dan konservasinya, 2 Pembuatan booklet dan buku tentang kawasan Goa Pawon dan konservasinya yang dapat langsung disebarluaskan kepada masyarakat.

5.5 Peran Stakeholder dalam Strategi Konservasi Kawasan Goa Pawon

Agar pelaksanaan strategi pengelolaan yang diperoleh bisa diimplementasikan secara optimal sesuai tujuan konservasi yang mendukung strategi pengelolaan, stakeholder harus ikut berperan dalam penerapan strategi. Berikut adalah Tabel 6 yang menjelaskan peran stakeholder kawasan Goa Pawon dalam strategi konservasi kawasan Goa Pawon yang telah dibuat. 46 Tabel 6 Peran stakeholder dalam strategi konservasi kawasan Goa Pawon Stakeholder Peran Stakeholder dalam Strategi Konservasi Goa Pawon 1. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata KBB 2. Dinas Pertambangan dan Mineral KBB 3. Kantor Lingkungan Hidup KBB 4. Kelompok Riset Cekungan Bandung 5. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan KBB 6. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah KBB - Membuat konsep ekowisata berbasis masyarakat serta pelatihan edukasi dan sosialisasi tentang konservasi kawasan Goa Pawon - Pengendalian dan pengawasan serta evaluasi pelaksanaan kegiatan kebudayaan dan pariwisata di kawasan Goa Pawon - Perngoptimalan sarana dan prasarana pendukung kegiatan wisata di kawasan Goa Pawon - Pengendalian dan pengawasan serta evaluasi dalam kegiatan pertambangan dan penggunaan sumberdaya mineral di kawasan Goa Pawon - Menjalankan dan mengoptimalkan kegiatan reklamasi lahan bekas tambang untuk upaya perbaikan kawasan Goa Pawon - Pembinaan lingkungan, pencegahan, pengawasan dan pengendalian pencemaran lingkungan di kawasan Goa Pawon - Kegiatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan dan yang tidak sesuai peruntukannya - Perlindungan sumberdaya air di kawasan Goa Pawon agar pemanfaatannya tetap berkelanjutan Menjaga dan mengembangkan kegiatan penelitian dan wisata di kawasan Goa Pawon dengan melibatkan masyarakat sekitar dalam pelaksanaanya - Kegiatan rehabilitasi lahan di kawasan Goa Pawon - Penyediaan bibit untuk kegiatan pertainian, perkebunan dan kehutanan yang sesuai dengan peruntukkan lahannya Pelaksanaan perumusan dan penentuan kebijakan teknis di bidang perencanaan pembangunan kawasan Goa Pawon yang meliputi perencanaan makro, perencanaan wilayah, penelitian dan pengembangan 7. Badan Pertanahan KBB - Inventarisasi tanah dan lahan di kawasan Goa Pawon - Pengendalian dan pengawasan serta evaluasi dalam kegiatan penggunaan tanah dan lahan. 46

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Permasalahan pengelolaan kawasan Goa Pawon dapat dikelompokkan ke dalam kelemahan dan ancaman. Kelemahan pengelolaan kawasan Goa Pawon meliputi penambangan batu gamping, penggalian posfat guano, penurunan kualitas lahan akibat kegiatan pertanian musiman, penurunan kualitas dan kuantitas air tanah dan sumberdaya karst yang tidak dapat diperbaharui. Sedangkan ancaman terhadap pengelolaan kawasan Goa Pawon meliputi kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam konservasi kawasan karst, kurangnya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan, terjadi konflik kepentingan antar stakeholder, terbatasnya dana dan sharing dana antara pemerintah dengan masyarakat dan pencemaran lingkungan akibat kegiatan pertambangan di sekitar kawasan Goa Pawon. 2. Ada tiga kategori stakeholder pengelolaan kawasan Goa Pawon, yaitu Key Player, Subject dan Crowd. Stakeholder pada kuadran Key Player adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata KBB, Dinas Pertambangan dan Mineral KBB, Kantor Lingkungan Hidup KBB dan Kelompok Riset Cekungan Bandung. Stakeholder pada kuadran ini harus memiliki peran aktif dan selalu mendukung dalam setiap kegiatan konservasi kawasan Goa Pawon. Diperlukan manajemen kolaborasi antar stakeholder untuk mengadakan kerjasama dalam menyusun suatu rencana pengelolaan agar tidak terjadi konflik antar stakeholder maupun dengan masyarakat sekitar, karena masing-masing stakeholder memiliki kapasitas dan ego sektoral yang tinggi dalam konservasi kawasan Goa Pawon. Stakeholder yang termasuk kategori Subject adalah Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan KBB dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah KBB. Stakeholder ini mungkin bersifat memberikan dukungan terhadap konservasi kawasan Goa Pawon, tetapi mereka memiliki pengaruh yang kecil untuk mengubah keadaan. Sehingga mereka harus bekerjasama dengan stakeholder lain untuk memperbesar pengaruhnya terhadap konservasi