Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA 2.1.

29

2.7. Penelitian Terdahulu

Penelitian terkait komoditas karet alam telah banyak dilakukan. Soekarno 2009 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Keunggulan Komparatif Karet Alam Indonesia Tahun 2003- 2007” menyatakan bahwa pertumbuhan daya saing karet alam Indonesia di pasar dunia semakin mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari nilai Revealed Comparative Advantage RCA yang mengalami peningkatan dari 28,403 pada tahun 2003 menjadi 37,388 pada tahun 2007. Peningkatan nilai RCA ini tidak terlepas dari semakin besarnya nilai ekspor karet alam Indonesia di pasar dunia. Selain itu, Soekarno juga menyatakan bahwa hal tersebut terkait dengan semakin gencarnya program revitalisasi perkebunan karet di Indonesia yang membawa harapan pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai penghasil karet alam terbesar di dunia pada tahun 2010. Karet sintetik yang merupakan produk komplementer maupun substitusi dari karet alam semestinya memiliki peranan dalam pembentukan harga karet alam. Atas dasar pemikiran ini, maka dalam analisis yang menggunakan metode impulse response function dan variance decompotition, Zebua 2008 memakai harga karet sintetis dan nilai tukar Rupiah dalam menelusuri respon variabel dependent terhadap guncangan variabel independent sebesar satu standar deviasi. Hasil yang didapat menyatakan bahwa pengaruh dari guncangan harga karet sintetik terhadap harga karet RSS dan TSR20 pada jangka pendek memberikan dampak yang positif terhadap harga ekspor karet RSS di Indonesia, sedangkan dampak nilai tukar Rupiah adalah negatif. Hal ini mencerminkan bahwa keragaman harga ekspor karet alam Indonesia, khususnya RSS dan TSR20 dipengaruhi oleh keragamannya sendiri, sedangkan pengaruh dari harga karet 30 sintetik dan nilai tukar Rupiah hanya memberikan kontribusi yang berkisar 0-12 saja. Penelitian yang dilakukan oleh Sunandar 2007 mengenai analisis daya saing dan dampak kebijakan pemerintah terhadap pengusahaan komoditi tanaman karet alam di Kecamatan Cambai, Kota Prabumulih, Sumatera Selatan dengan menggunakan metode analisis PAM Policy Analysis Matrix memperoleh hasil bahwa usahatani yang dijalankan oleh petani karet alam Kecamatan Cambai mempunyai daya saing. Ini terlihat dengan indikator keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif PCR dan DCR yang lebih kecil dari satu 1, serta keuntungan sosial dan juga keuntungan privat finansial yang positif. Hasil yang diperoleh untuk nilai PCR Private Cost Ratio sebesar 0,43 dan keuntungan finansial sebesar Rp 6.903,94kg. sedangkan nilai DRC Domestic Resource Cost Ratio sebesar 0,77 dan keuntungan sosial sejumlah Rp 2.791,39kg. Hasil dari nilai PCR yang lebih kecil dari DCR merupakan indikator yang memiliki arti bahwa komoditi usahatani karet alam bokar terhadap kebijakan pemerintah yang meningkatkan efisiensi dalam berproduksi. Dampak kebijakan yang diberlakukan pemerintah terhadap output menyebabkan nilai transfer output bernilai negatif Rp 2.094,94kg bokar sehingga harga output di pasar domestik Kecamatan Cambai lebih rendah dibandingkan harga di pasar internasional. Analisis sensitivitas yang digunakan yaitu dengan menurunkan harga output sebesar 6, kenaikan input pupuk sebesar 6, dan analisis gabungan dengan faktor lain tidak berpengaruh, menunjukkan hasil bahwa perhitungan dengan menggunakan Matriks Analisis Kebijakan pada komoditi tanaman karet alam menunjukkan bahwa usahatani tersebut tetap mempunyai daya saing. Indikator daya saing 31 tersebut dilihat dari nilai keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif yang menunjukkan nilai lebih kecil dari satu, sedangkan dampak kebijakan pemerintah terhadap input-output yang dilihat dengan nilai EPC yang terjadi mengalami perubahan menjadi 1 EPC=1. Prabowo 2006 menggunakan model ekonometrika dinamis untuk menganalisis tren perdagangan karet alam antara Indonesia dengan negara-negara importir utama karet alam yaitu Amerika Serikat dan Jepang. Penelitian tersebut menghasilkan suatu kesimpulan bahwa pada kurun waktu 1995-2003 produksi karet alam Indonesia cenderung mengalami peningkatan yaitu dari 1.467 juta ton menjadi 1.798 juta ton atau meningkat sebesar 22,56. Namun peningkatan tersebut kurang berarti jika dibandingkan dengan Thailand dan India yang dapat meningkatkan produksinya hingga dua kali lipat lebih besar dari Indonesia. Hal yang sama terjadi pada ekspor karet alam. Ekspor karet alam Indonesia meningkat dari 1.324 juta ton pada tahun 1995 menjadi 1.453 juta ton di tahun 2001. Meskipun demikian, nilai tersebut kontras dengan persentase ekspor terhadap ekspor dunia, dimana pangsa ekspor karet alam justru mengalami penurunan dari 31,2 terhadap ekspor dunia pada tahun 1995 menjadi 28,2 pada tahun 2001. Sebaliknya, Thailand mengalami peningkatan pangsa pasar dari 38,5 pada tahun 1995 menjadi 39,6 pada tahun 2001. Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa ekspor dan produksi karet alam dunia masih didominasi oleh Thailand, Indonesia, dan Malaysia, serta Vietnam yang mulai diperhitungkan dalam jajaran eksportir utama karena terus mengalami peningkatan produksi dan ekspor. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa faktor dominan yang mempengaruhi permintaan impor karet alam Amerika Serikat adalah pendapatan 32 domestik brutonya dengan respon yang elastik. Hal tersebut berbeda dengan Jepang yang permintaannya terhadap karet alam tidak responsif terhadap perubahan pendapatan domestik bruto maupun perubahan harga impor karet alam. Namun, secara umum distorsi pasar akibat kebijakan perdagangan dan perubahan lingkungan ekonomi mempengaruhi volume perdagangan karet alam. 33

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional ekspor dan impor yang meliputi perdagangan dan keuanganmoneter serta organisasi swastapemerintah dan kerjasama ekonomi antar negara internasional. Permasalahan pokok yang dihadapi dalam ekonomi internasional juga tidak berbeda dengan yang dihadapi oleh ekonomi pada umumnya, yaitu masalah kelangkaan scarcity produk dan masalah pilihan choice produk. Masalah tersebut muncul karena adanya permintaan atau demand serta adanya penawaran atau supply yang berasal dari dalam maupun luar negeri Hady, 2004. Oktaviani dan Novianti 2009 mendefinisikan perdagangan internasional sebagai perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan individu dengan individu, antar individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Perdagangan internasional yang tercermin dari kegiatan ekspor dan impor suatu negara menjadi salah satu komponen dalam pembentukan PDB Produk Domestik Bruto dari sisi pengeluaran suatu negara. Peningkatan ekspor bersih suatu negara menjadi faktor utama dalam peningkatan PDB negara tersebut. Konsep perdagangan internasional pada hakikatnya telah terjadi selama ribuan tahun seperti Jalur Sutra dan Amber Road. Meskipun demikian, dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional juga turut mendorong