73 menurunnya permintaan global terhadap karet alam. Selain karena adanya
penurunan kuantitas ekspor karet, penurunan terhadap nilai ekspor ini juga disebabkan oleh melemahnya harga karet alam di pasaran internasional.
6.3. Perkembangan Ekspor Karet Alam Negara Pesaing
Dalam kancah perdagangan internasional, persaingan tidak dapat terhindarkan. Setiap persaingan pasti akan melibatkan beberapa pesaing,
begitupun dengan perdagangan karet alam. Dalam hal ini, karet alam di pasar internasional didominasi oleh sedikitnya tiga eksportir utama, yaitu Thailand,
Indonesia, dan Malaysia. Meskipun demikian, keberadaan Vietnam kini juga patut diperhitungkan, mengingat peningkatan nilai ekspornya yang semakin membaik.
Tabel 16 memperlihatkan perkembangan kuantitas ekspor negara eksportir utama karet alam di pasar internasional pada periode tahun 2001 hingga 2009.
Tabel 16
. Kuantitas Ekspor Negara Pesaing Utama Karet Alam Dunia Tahun
Thailand Malaysia
2001 2.549.748
820.891 2002
2.785.088 886.966
2003 3.107.760
946.877 2004
3.021.938 1.109.380
2005 2.952.191
1.128.174 2006
3.056.972 1.132.408
2007 2.966.128
1.018.052 2008
2.832.071 915.651
2009 2.741.045
703.080 Sumber: International Trade Statistics, 2010
Adapun nilai ekspor masing-masing eksportir tersebut disajikan pada Tabel 17. Thailand yang merupakan pemegang utama ekspor karet alam masih
mendominasi ekspornya yang mana negara ini mampu mengekspor karet alam sejumlah 2,7 juta ton pada tahun 2009 dengan nilai 4,3 milyar US. Meskipun
demikian, nilai tersebut bukanlah nilai tertinggi ekspor karet alam Thailand.
74 Kuantitas ekspor tertinggi Thailand dicapai pada tahun 2003 yang mana Thailand
mengekspor karet alam sejumlah 3,1 juta ton. Namun nilai tertingginya diperoleh justru di tahun yang berbeda, yaitu tahun 2008 yang mana ekspornya hanya
sebesar 2,8 juta ton dengan nilai ekspor 6,72 milyar US. Perbedaan antara nilai dan kuantitas ekspor tersebut diindikasi dari harga karet alam yang semakin
mengalami perbaikan meningkat dari tahun ke tahun.
Tabel 17 . Nilai Ekspor Negara Pesaing Utama Karet Alam Dunia 000 US
Tahun Thailand
Malaysia 2001
1.321.208 496.454
2002 1.737.762
655.775 2003
2.796.830 942.848
2004 3.414.560
1.371.326 2005
3.694.645 1.528.476
2006 5.430.350
2.246.584 2007
5.640.503 2.135.917
2008 6.720.964
2.431.235 2009
4.315.650 1.267.076
Sumber: International Trade Statistics, 2010 Malaysia yang merupakan eksportir ke tiga terbesar karet alam juga
mengalami peningkatan nilai ekspor terhadap komoditas ini. Meskipun demikian, sejak tahun 2007 kuantitas ekspor karet alam Malaysia cenderung menurun. Hal
ini dikarenakan produksi karet alam Malaysia yang semakin rendah. Tercatat produksi pada tahun 2007 sebesar 1,2 juta ton, menurun dari 1,28 juta ton pada
tahun sebelumnya Food And Agriculture Organization, 2010. Menurut laporan dari Departemen Statistik Malaysia 2010, pada tahun 2009 produksi karet alam
negara ini hanya sebesar 857 ribu ton. Penurunan tersebut terjadi karena makin berkurangnya areal sadap karet Malaysia akibat alih fungsi lahan, yaitu dari seluas
750 ribu hektar pada tahun 2008 menjadi 590 ribu hektar pada tahun 2009 Association of Natural Rubber Producing Countries, 2010.
75 Karet alam merupakan produk perkebunan yang sangat rentan terhadap
perubahan harga. Fluktuasi yang terjadi dapat diakibatkan oleh berbagai hal, baik faktor internal maupun eksternal. Sensitifitas harga tersebut mendorong tiap
negara untuk terus melakukan rekonstruksi terhadap produk masing-masing sehingga dapat terus bertahan dan tetap memiliki daya saing yang cukup kuat di
pasar internasional. Perkembangan yang demikian kemudian mendorong negara-negara
pengekspor karet melakukan suatu upaya untuk menstabilkan harga karet. Upaya tersebut diwujudkan dengan terbentuknya suatu perusahaan patungan karet alam
bernama “International Rubber Consortium Limited IRCo” pada tahun 2002.
Pendirian lembaga ini lambat laun terbukti dapat memperbaiki harga ekspor karet alam di pasar internasional. Peningkatan yang terjadi pada nilai ekspor karet alam
Malaysia pun juga disebabkan karena semakin membaiknya harga karet alam dunia. Hal tersebut dapat terlihat sebagaimana disajikan pada Tabel 18 berikut ini.
Tabel 18 . Harga Ekspor Karet Alam Negara Eksportir Utama USton
Tahun Thailand
Indonesia Malaysia
2001 518
541 605
2002 624
694 739
2003 900
899 996
2004 1.130
1.163 1.236
2005 1.251
1.276 1.355
2006 1.776
1.890 1.984
2007 1.902
2.023 2.098
2008 2.373
2.638 2.655
2009 1.574
1.629 1.802
Sumber: International Trade Statistics, 2010 Sayangnya, peningkatan harga karet dunia tidak berlangsung lama. Krisis
global yang melanda pada kuartal ke 3 tahun 2008 menyebabkan melemahnya industri otomotif yang berakibat pada menurunnya permintaan terhadap karet
alam. Hal ini membawa dampak terhadap jatuhnya harga karet alam di pasaran
76 dunia Sore, 2010. Menghadapi masalah tersebut, ITRC International Tripartite
Rubber Council yang merupakan perkumpulan dari tiga negara eksportir karet
alam dunia menetapkan adanya pengurangan volume ekspor karet alam dengan tujuan mempertahankan harga karet alam. Pengurangan itu bukan tanpa sebab,
mengingat krisis global menyebabkan turunnya permintaan karet alam dunia hingga 1 juta ton. Kesepakatan pengurangan total ekspor karet alam ketiga negara
tersebut pada tahun 2009 mencapai 915 ribu ton yang masing-masing ditetapkan sebanyak 700 ribu ton melalui skema kesepakatan tiga negara Agree Export
Tonnage Scheme =AETS dan 215 ribu ton dari peremajaan pohon karet di tiga
negara tersebut. Penurunan yang dilakukan pada triwulan pertama tahun 2009 sendiri sejumlah total 270 ribu ton, dengan pembagian 132 ribu ton untuk
Thailand, 116 ribu ton untuk Indonesia, dan 22 ribu ton untuk Malaysia Hanggokusumo, 2008 dalam AntaraNews, 2008.
77
VII. STRUKTUR PASAR KARET ALAM DI PASAR INTERNASIONAL 7.1.