Bentuk Kerjasama Antar Negara Produsen Karet Alam

27 karet alam justru menghasilkan oksigen. Menurut data yang diperoleh dari IRSG, dalam sehari produksi O 2 pada perkebunan karet mencapai 1000 ton Bastari, 1998. Selain itu, biji karet juga dapat menghasilkan minyak yang berguna bagi industri, disamping kayu karet yang juga memiliki prospek cerah kedepannya.

2.6. Bentuk Kerjasama Antar Negara Produsen Karet Alam

Perdagangan multilateral yang mana saat ini mengarah ke dalam perdagangan yang lebih terbuka menawarkan peluang sekaligus tantangan bagi tiap negara untuk meningkatkan daya saing bagi produk yang dimilikinya maupun membentuk berbagai jenis kerjasama multilateral antar negara. Kepentingan Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar dari karet alam memberikan landasan yang cukup besar untuk berpartisipasi aktif menjadi salah satu anggota kerjasama dunia yang mengelola permasalahan tersebut. Berbagai organisasi multilateral telah terbentuk sejak lama yang mana hal ini mendorong para produsen untuk juga membentuk organisasi yang menangani masalah karet alam dunia. Organisasi multilateral karet alam yang pertama kali didirikan pada tahun 1980 dengan nama International Natural Rubber Organization INRO, yang tujuan utamanya adalah untuk menstabilkan harga karet alam. Anggota dari INRO terdiri dari negara-negara produsen karet alam eksportir yaitu Malaysia, Indonesia, Thailand, Sri Lanka, dan Nigeria, serta negara konsumen importir yaitu China, Uni Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat. INRO kemudian dibubarkan secara resmi pada tanggal 13 Oktober 1999. Sejak itu, tidak ada lagi organisasi yang berfungsi sebagai stabilitator. Alasan pembubaran INRO karena 28 pada saat itu, INRO tidak dapat mengatasi kemerosotan harga. Association of Natural Rubber Producing Countries ANRPC yang berdiri sejak tahun 1970 dan terdiri dari negara-negara produsen karet alam, yang diharapkan dapat berfungsi sebagai pengganti sebagian dari fungsi INRO tidak dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Bubarnya INRO membawa dampak psikologi terhadap pasar. Hal ini dapat dilihat dari semakin merosotnya harga karet alam di pasar internasional. Berdasarkan pada latar belakang pemerosotan harga karet alam sejak terjadinya krisis moneter tahun 1997 dan dibubarkannya INRO, maka tiga negara produsen utama karet alam yaitu Thailand, Indonesia, dan Malaysia sepakat mengadakan kerjasama di bidang perdagangan karet alam. Dalam upaya mengatasi merosotnya harga karet alam, pemerintah Thailand, Indonesia, dan Malaysia sepakat mendirikan perusahaan patungan karet alam yang bernama “International Rubber Consortium Limited IRCo”. Kesepakatan pendirian perusahaan patungan IRCo ini telah tertuang dalam Memorandum of Understanding MoU yng ditandatangani oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI, Menteri Agriculture and Cooperatives Thailand , dan Menteri Primary Industries Malaysia pada tanggal 8 Agustus 2002 di Bali. IRCo berfungsi sebagai pelengkap dari skema penstabil harga yang lain, yaitu Supply Managemant Scheme SMS dan Agreed Export Tonnage Scheme AETS sebagaimana yang telah disepakati dalam “Joint Ministerial Declaration Bali Declaration 2001”, yaitu melaksanakan kegiatan strategic marketing yang meliputi pembelian dan penjualan karet alam Zebua, 2008. 29

2.7. Penelitian Terdahulu