23
Joshua D P Hutapea | 110406042
Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam
yang sangat kurang kandungan oksigennya sekalipun. Hutan Bakau menjadi sangat penting eksistensinya di tepi pantai atau daerah pasang surut air laut karena
memiliki fungsi antara lain : Melindungi pantai dari erosi dan abrasi,
Mencegah intrusi air laut, Mitigasi perubahan iklim melalui penyerapan CO
2
dari udara, Memiliki potensi edukasi dan wisata,
Menghasilkan bahan-bahan bernilai ekonomis seperti kayu untuk bahan bangunan, dll
11
. Fungsi-fungsi tersebut menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan dalam
perancangan lingkungan berkelanjutan, sehingga perancangan tidak berat sebelah pada aspek pariwisata maupun ekonomi yang tidak holistik.
2.5. Bawömataluo, Saksi Kebudayaan yang Bertahan Hidup
2.5.1. Tujuh Puluh Tujuh Anak Tangga
Setelah menikmati dan mengamati lokasi perancangan, penulis dan tim berangkat menuju sebuah perkampungan dengan warisan budaya yang masih
bertahan hidup di tengah kerasnya arus perubahan postmodern yang menawarkan segala kenyamanan dan kemudahan. Ialah Bawömataluo, sebuah desa yang berada
11
Lembaga Perbaikan Keseimbangan,2013
Universitas Sumatera Utara
24
Joshua D P Hutapea | 110406042
Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam
di sebelah Barat Laut lokasi perancangan, terletak di Kecamatan Fanayama, berdiri pada ketinggian 324 m di atas permukaan laut.
Gambar 2.7. Peta Udara Desa Budaya Bawömataluo terhadap site
Sumber :Google Maps,2015
Peninjauan Desa Bawömataluo ini bertujuan untuk melihat dan mengenal serta merasakan secara langsung warisan budaya Nias Selatan yang saat ini telah
diajukan sebagai salah satu World Heritage Centre oleh UNESCO
12
.
12
Bawömataluo Site, WorldHeritage Convention, UNESCO. whc.unesco.orgententativelist5463
Universitas Sumatera Utara
25
Joshua D P Hutapea | 110406042
Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam
Perjalanan menuju desa ini kami tempuh sekitar 1 jam dari lokasi penginapan yang berada di Pantai Sorake yang terletak di sebelah barat lokasi
perancangan. Kali ini jalan yang dilalui menuju desa Bawömataluo adalah jalan yang menanjak mengingat posisi desa yang berada sangat tinggi dari permukaan
laut dengan kondisi jalan 2 lajur yang tidak terlalu lebar dan pada beberapa titik masih ada hutan di kanan-kiri jalan. Sesampainya di gerbang masuk desa, tim
terlebih dahulu disambut oleh Kepala Desa yang menjabat, yaitu Bapak Ariston Manaó di kediamannya di samping tangga masuk desa yang sekaligus sebagai
museum kecil tempat beberapa artefak budaya dari desa Bawömataluo disimpan dan dipamerkan.
Gambar 2.8. Beberapa Warisan Artefak yang disimpan di Museum Desa
sumber :Dok. Penulis.,2015
Selain artefak, di museum ini juga tersimpan beberapa foto-foto yang menunjukkan kebudayaan desa tersebut sejak lama serta set pakaian adat
tradisional Nias Selatan yang boleh digunakan pengunjung untuk berfoto sebentar. Dalam diskusi dan pembicaraan singkat dengan Bapak Kepala Desa kami dapat
Universitas Sumatera Utara
26
Joshua D P Hutapea | 110406042
Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam
merasakan rasa hormat dan keramahtamahan masyarakat setempat sebagai bukti bahwa mereka menghargai setiap tamu yang datang ke desa mereka.
Gambar 2.9. Pakaian Adat Tradisional Nias Selatan di Museum Desa Bawömataluo
sumber :Dok. Penulis, 2015
Setelah sambutan hangat sang Kepala Desa, tim menuju tangga masuk desa. Penulis cukup takjub dengan sambutan tujuh puluh tujuh anak tangga
sebelum melewati batu baluse yang menjadi gerbang masuk desa. Tujuh puluh tujuh anak tanggayang terbuat dari batu ini dibagi menjadi 2 segmen, tujuh anak
tangga di segmen pertama, dilanjut dengan sebuah bordes dan kemudian tujuh puluh anak tangga tanpa bordes hingga sampai ke puncak tangga dan melihat
sebuah desa yang tertata rapi dan memiliki aura budaya yang kuat.
Universitas Sumatera Utara
27
Joshua D P Hutapea | 110406042
Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam
Gambar 2.10. Tangga menuju desa Bawömataluo
sumber :Dok. Penulis, 2015
Hal pertama yang menyentak pikiran penulis adalah adanya sebuah kesamaan pola susunan ruang di desa Bawömataluo dengan desa budaya di Batak
Toba, yaitu susunan rumah-rumah rakyat –dalam bahasa setempat disebut Omo
Hada- yang saling berhadap-hadapan dan masing-masing rumah terpisah sejauh 4 meter. Kemudian di bagian tengah ada sebuah rumah yang paling tinggi dan
paling besar di antara semua rumah yang ada di desa ini. Rumah tersebut adalah rumah Raja
–disebut Omo Sebua-, yang masih dihuni oleh generasi ke empat dari keturunan Raja Laowo yang dulu menguasai desa Bawömataluo
13
.
13
Description.Bawömataluo Site,
WorldHeritage Convention,
UNESCO. http:whc.unesco.orgententativelist5463
Universitas Sumatera Utara
28
Joshua D P Hutapea | 110406042
Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam
Gambar 2.11. Omo Sebua atas dan Omo Hada bawah
sumber :Dok. Penulis, 2015
Rumah Raja Omo Sebua ini seakan menjadi core dari pola axis desa. Di depan rumah ini terhampar ruang terbuka yang luas dan dialasi susunan batu. Di
lapangan ini terletak sebuah batu besar seperti dipan yang dahulu adalah sebuah meja untuk melakukan ritual-ritual kepercayaan leluhur.
Gambar 2.12. Ukiran pada batu besar di depan Omo Sebua sebagai tempat ritual
sumber :Dok. Penulis, 2015
Tak kalah penting, yang menjadi sebuah kebanggaan dari warisan kebudayaan Nias, adalah susunan blok batu setebal 40 cm dengan tinggi kurang
lebih 2 meter yang berdiri di bagian sebelah kanan depan Omo Sebua.Batu-batu ini disusun berbentuk seperti sebuah piramida dengan bagian atas yang datar.
Universitas Sumatera Utara
29
Joshua D P Hutapea | 110406042
Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam
Ritual yang menggunakan susunan batu ini adalah Fahombo Batu atau Lompat
Batu, sebuah warisan budaya yang pada awalnya lahir pada zaman peperangan antar suku di pulau Nias. Ritual ini dibuat sebagai sebuah patokan untuk setiap
orang pria dalam rangka persiapan untuk menjadi ksatria patriot untuk dikirim ke medan perang
14
. Bahkan pada masa peperangan tersebut, tidak jarang
dinding batu itu dilapisi oleh benda-benda tajam seperti paku untuk membuktikan betapa serius dan sakralnya ritual tersebut dalam sejarah perjuangan suku Nias.
Prajurit yang mampu melewati ritual ini mendapat sebuah kebanggaan dan kehormatan besar serta mendapatkan status sosial yang lebih tinggi di masyarakat.
Setelah periode perang berakhir, ritual ini menjadi sebuah budaya yang masih dipraktekkan dengan tujuan seperti olahraga dan sebuah daya tarik untuk
turis domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke Desa Bawömataluo
15
.
Gambar 2.13. Fahombo Batu
sumber :https:c2.staticflickr.com
14
Tradisi Lompat Batu, http:kepulauannias.com
15
Tradisi Lompat Batu, http:kepulauannias.com
Universitas Sumatera Utara
30
Joshua D P Hutapea | 110406042
Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam
Selain lompat batu, masih banyak ritual yang telah menjadi budaya yang masih hidup di Nias Selatan, termasuk di desa Bawömataluo hingga saat ini. Sala
satu contoh lainnya adalah tari perang atau dalam bahasa lokal disebut Tari Fataele. Namun sangat disayangkan penulis tidak sempat melihat tarian tersebut.
Gambar 2.14. Tari Perang Tari Fataele
sumber :https:sisteminformasipulaunias.files.wordpress.com201410
2.5.2. Omo Sebua- Sebuah Warisan Arsitektur