Sumbu penglihatan diperoleh setelah nilai kepadatan sel kon tiap bagian sel dari retina mata diketahui, dengan cara menarik garis lurus dari bagian retina yang
memilki nilai kepadatan sel kon yang tertinggi menuju titik pusat lensa mata Tamura, 1957. Kepadatan sel kon yang tinggi dimungkinkan untuk mengetahui
ketajaman penglihatan dan sumbu penglihatan Blaxter, 1980. Menurut Natsir 2008 susunan sel reseptor dari retina mata ikan kerapu
macan Epinephelus fuscoguttatus terdiri dari sel kon tunggal single cone cell dan sel kon ganda twine cone cell yang membentuk mozaik, sedangkan sel rod
tidak terdapat pada susunan tersebut. Sel kon merupakan reseptor penglihatan untuk color vision dan ketajaman penglihatan visual acuity. Ukuran diameter
lensa akan meningkat sejalan dengan bertambahnya ukuran tubuh ikan. Kepadatan sel kon berbanding terbalik dengan ukuran panjang tubuh.
Semakin besar ukuran panjang tubuh Epinephelus fuscoguttatus maka kepadatan sel konnya akan semakin menurun. Hal ini dikarenakan ukuran sel sel kon akan
tetap selama ikan hidup Natsir, 2008. Menurut Purbayanto 1999 bahwa diameter lensa mata ikan akan meningkat dengan bertambahnya ukuran tubuh
sementara itu kepadatan sel kon cenderung menurun dengan meningkatnya pertambahan panjang tubuh.
Berdasarkan hasil penelitian Natsir 2008 diketahui bahwa Epinephelus fuscoguttatus
memiliki sumbu penglihatan yang mengarah ke depan-naik upper- fore
. Hal ini dapat dilihat dari padatnya sel kon pada bagian ventro-temporal, dengan menarik garis lurus melalui lensa mata maka terlihatlah arah penglihatan
ikan kerapu macan.
2.6 Organ Penciuman Olfactory Bulb
Menurut Hoar dan Randall 1971 “hidung” pada ikan teleost merupakan sepasang cekungan penciuman olfactory yang biasanya terletak di sisi dorsal
bagian kepala dan sedikit agak jauh dari posisi mulut. Secara umum olfactory serupa dengan organ nasal untuk penciuman
manusia. Akan tetapi dari struktur bentuk dan sistematika fungsinya ada perbedaan antara manusia dan ikan. Lubang atau cuping hidung pada ikan jarang
terbuka ke dalam rongga mulut. Dasar dari lubang hidung dibentuk oleh
epithelium penciuman atau mukosa berupa lipatanlamella berbentuk ros Pitcher,
1993. Susunan bentuk dan lipatan perkembangan lamella sangat bervariasi pada setiap spesies. Bentuk hidung ikan dan bagian-bagiannya dapat dilihat pada
Gambar 2.
Keterangan: a
Posisi cuping hidung teleostei, b epithelium olfactory; vo hidung depan; ho hidung belakang; H kulit yang menahan pergerakan air masuk ke dalam hidung depan; F lamella
Sumber: Harder 1975 yang dikutip oleh Fujaya 2004
Gambar 2 Bentuk hidung ikan dan bagiannya. Reseptor pembau mendeteksi rangsangan kimia dalam bentuk sinyal elektrik
yang berasal dari cilia, disebabkan oleh arus lemah yang melewati lamella, selanjutnya informasi tersebut diteruskan ke sistem saraf pusat. Sistem saraf
olfactory yang menuju ke otak memiliki dua konfigurasi.
Ikan mendeteksi adanya reseptor pembau dalam bentuk stimuli kimia. Stimuli tersebut melalui lubang hidung nostril dan dirubah dalam bentuk signal
elektrik yang berasal dari gerakan silia yang kemudian melewati olfactory lamella yang berbentuk rosette bunga mawar. Sinyal yang dihasilkan pada olfactory
lamella diteruskan pada olfactory bulb dan olfactory tract yang kemudian
diterjemahkan pada otak telencephalon. Penciuman ikan sangat sensitif terhadap bahan organik maupun anorganik
yang dikenal melalui indera penciuman Syandri, 1988. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa ikan dapat mengenal bau mangsanya, predator dan spesies sendiri.
Bau tersebut melarut dalam air dan merangsang reseptor pada organ penciuman olfactory organ ikan, sehingga menimbulkan reaksi terhadap ikan tersebut.
Organ penciuman sebagai alat bantu sensor untuk mengetahui banyaknya makanan yang tersedia di habitatnya Wudianto et al., 1993. Lebih lanjut
dijelaskan pula oleh Gunarso 1985, bahwa organ penciuman merupakan salah satu organ penting lainnya pada tubuh ikan yang berhubungan untuk mempelajari
natural behavior .
2.7 Otak dan Bagian-bagiannya