2.9 Arginin dan Leusin
Arginin Arg atau disingkat R adalah α-asam amino yang merupakan
asam amino yang paling umum. Pada mamalia, arginin diklasifikasikan sebagai semiessensial atau asam amino esensial kondisional, tergantung pada tahap
perkembangan dan status kesehatan individu. Rumus kimia dari arginin adalah C
6
H
14
N
4
O
2
dengan massa molekul 174,2 g mol
-1
Wikipedia, 2009. Menurut Riyanto 2008 didapatkan hasil komposisi arginin yang dapat dijadikan atraktan
ikan kerapu macan adalah 40 mgg. Leusin merupakan asam amino essensial yang paling umum dijumpai pada
protein yang diperlukan dalam perkembangan atau pertumbuhan. Leusin berperan dalam menjaga perombakan dan pembentukan protein otot. Rumus kimia leusin
adalah C
6
H
13
NO
2
dengan massa molekul 131,18 g mol
-1
Wikipedia, 2009. Menurut Riyanto 2008 didapatkan hasil komposisi leusin yang dapat dijadikan
atraktan ikan kerapu macan adalah 50 mgg.
2.10 Pengamatan Skala Laboratorium
Untuk mengembangkan suatu alat tangkap agar lebih efektif dan efisien, perlu dilakukan percobaan-percobaan terhadap alat tangkap yang masih
mempunyai kendala dalam pengoperasiannya serta mempelajari pola tingkah laku ikan target, dimana pengujian dilakukan terlebih dahulu dalam skala laboratorium.
Gunarso 1985 menyatakan terdapat beberapa cara untuk mengamati tingkah laku ikan, antara lain:
1 Pengamatan langsung dengan bantuan penyelam pada waktu siang hari;
2 Pengamatan dilakukan melalui akuarium atau tangki percobaan. Hal ini
dilakukan untuk mengamati tingkah laku ikan terhadap benda yang diam atau bergerak. Pengamatan ini bisa dibantu dengan kamera atau handycam; dan
3 Pengamatan secara tidak langsung dalam hubungannya dengan alat
penangkapan yang dioperasikan di laut dengan bantuan berbagai peralatan seperti sonar yang diatur dengan pengontrol jarak jauh.
Penelitian yang dilakukan dalam skala laboratorium, seoptimal mungkin kondisinya disesuaikan dengan kondisi alam yang sebenarnya. Parameter-
parameter lingkungan, terutama dalam bak selalu dijaga agar tetap optimal. Hal ini berhubungan dengan kondisi ikan uji. Irawati 2002 menyatakan bahwa suhu
air optimum untuk pertumbuhan ikan kerapu berkisar 22-28°C, jika suhu air turun sampai di bawah 15°C akan menyebabkan metabolisme tubuh ikan menurun
sehingga ikan tidak mau makan dan aktivitsnya berkurang, sedangkan jika suhu terlalu tinggi panas akan menyebabkan metabolisme respirasi berlangsung cepat
dan proses metabolism terhenti. Untuk salinitas optimal berkisar 28-32 ppt. Derajat keasaman pH perairan yang optimum untuk kehidupan ikan
berkisar 5-8,7. Ikan kerapu macan dapat hidup pada derajat keasaman pH 6,5-8. Ikan dihindarkan dari perubahan pH perairan secara mendadak agar tidak stress
dan dapat bertahan hidup Fridudin, 2007. Sebelum ikan diuji, dilakukan aklimatisasi ikan laut terhadap lingkungan
yang baru diperlakukan waktu rata-rata empat hari agar ikan dapat beradaptasi. Pemberian makanan dua kali sehari selama aklimatisasi. Frekuensi pemberian
makan yang tepat ditujukan agar pertumbuhan ikan baik, karena berkaitan dengan pencernaan dan pemakaian energi Informasi Pelabuhan Perikanan DKP, 2006.
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian