Menurut Pujawan 2005, rantai pasokan terdiri atas 3 tiga macam aliran yang harus dikelola, yaitu :
1. Aliran barang yang mengalir dari hulu upstream ke hilir
downstream. Contohnya
adalah bahan baku yang dikirim dari pemasok ke pabrik. Setelah produk selesai diproduksi, produk dikirim ke
distributor, lalu ke pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir.
2. Aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu
3. Aliran informasi yang dapat terjadi dari hulu ke hilir ataupun
sebaliknya. Informasi tentang persediaan produk yang masih ada di
masing-masing supermarket dibutuhkan oleh distributor maupun
pabrik. Informasi tentang ketersediaan kapasitas produksi yang dimiliki
oleh pemasok juga dibutuhkan oleh pabrik. Informasi tentang status
pengiriman bahan baku dibutuhkan oleh perusahaan yang mengirim
maupun yang akan menerima. Perusahaan perkapalan harus membagi
informasi seperti ini guna perencanaan yang lebih akurat.
2.2 Supplier Relationship Management
Menurut Carter dalam Supriharyanti 2005, Supplier Relationship Management SRM merupakan suatu proses yang menjelaskan bagaimana
perusahaan berinteraksi dengan pemasok, dan hal tersebut merupakan salah satu kunci bagi MRP secara keseluruhan. Quinn1999 dalam Supriharyanti 2005,
menyoroti bahwa tujuan hubungan mengalami pergeseran dari sekedar untuk mendapatkan komponen atau bahan baku hingga bertujuan pada peningkatan
keahlian dan transfer pengetahuan. Pernyataan tersebut sejalan dengan rekomendasi para akademisi yang menyarankan praktisi untuk melakukan
perubahan hubungan dengan pemasok menjadi hubungan yang berifat kolaboratif dan jangka panjang.
Hal tersebut didasarkan atas bukti empiris yang dilakukan oleh beberapa peneliti Stuart, 1993; Dyer Ouchi, 1993; Ellram Edis, 1996; Wong, 2002.
Studi-studi itu menyimpulkan kemitraan dapat menjadi inti kompetensi dan merupakan sumber keunggulan kompetetif. Pernyataan tersebut membawa
implikasi bagi perusahaan, bahwa untuk menjadi lebih baik perusahaan harus membangun kemitraan dengan pemasok.
Ellram 1995 dalam Supriharyanti 2005, mendefinisikan pola hubungan kemitraan sebagai hubungan terus menerus antara dua organisasi
yang melibatkan komitmen pada periode waktu yang lama dan terdapat pembagian risiko dan manfaat dari hubungan tersebut. Dengan demikian dalam
hubungan yang bersifat jangka panjang tersebut, terdapat pertukaran informasi dan pengetahuan, aktivitas pembelajaran hingga pemecahan masalah secara
bersama. Pola hubungan kemitraan menggunakan beberapa kriteria dalam menyeleksi pemasok diantaranya kinerja pemasok sebelumnya, harga, kualitas,
dan sebagainya. Pemasok banyak terlibat dalam keputusan-keputusan strategik diantaranya pengembangan produk baru, dan pengembangan proses logistik.
Menurut Mustamu 2007, mata rantai pasokan yang terlalu panjang dapat menyebabkan kerugian. Waktu perlaluan throughput time yang semakin
panjang menyebabkan berkurangnya peluang produk untuk lebih cepat diserap konsumen. Pada sisi lain, lambatnya proses penyerapan produk oleh konsumen
memunculkan risiko kerusakan produk waste akibat keterbatasan waktu kadaluwarsa. Faktor kerugian kedua adalah munculnya kerusakan barang akibat
kesalahan penanganan misshandling, baik dalam bentuk kerusakan akibat proses perpindahan antar sarana transportasi dan antar gudang, maupun akibat
kesalahan proses pengelolaan ruang penyimpanan gudang. Berdasarkan konteks inilah pendekatan MRP menjadi sangat penting. Jika memungkinkan,
penghapusan salah satu mata rantai pasokan sub-distributor akan sangat bermanfaat karena dapat menurunkan biaya setidaknya 15-16 persen.
2.3. Kriteria Pemilihan Pemasok