Komponen Bioaktif dari Moluska

untuk pengobatan penyakit, seperti infeksi, neurologi parkinson , alzheimer’s, penyakit jantung, immunologi, anti-inflammatory, antivirus, dan antikanker. Moluska merupakan salah satu dari invertebrata laut yang diketahui menghasilkan metabolit sekunder dan sekaligus mempunyai peranan penting dalam ekologinya sehingga menjadi target bagi sumber senyawa bioaktif yang bermanfaat dalam dunia farmasi bahari. Penelitian mengenai metabolit sekunder dari moluska telah banyak dilakukan. Hamman et al. 1996 melaporkan telah mengisolasi kahalaide F dari kerang jenis Elysia rubefescens yang memiliki aktivitas sebagai antikanker usus dan prostat. Hasil penelitian Salamah et al. 2008 diketahui bahwa ekstrak metanol kijing Taiwan yang berpotensi sebagai antioksidan, yaitu nilai IC 50 sebesar 201,52 ppm. Senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak kijing Taiwan adalah kelompok alkaloid dan flavonoid.

2.5 Antioksidan dan Metode Pengukurannya

Senyawa antioksidan secara umum didefinisikan oleh Schuler 1990 sebagai suatu senyawa kimia yang dapat menunda, memperlambat atau mencegah terjadinya proses oksidasi. Proses oksidasi tersebut biasanya terjadi dalam produk terutama yang berlemak dengan kandungan asam lemak tidak jenuh sehingga dapat menyebabkan kerusakan produk atau ketengikan. Mekanisme oksidasi asam lemak tidak jenuh menurut Hamilton 1983 dan Gordon 1990 terdiri dari 3 tahap, yaitu : a inisiasi, b propagasi dan c terminasi. Pada tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal bebas R ● akibat reaksi antara asam lemak RH dengan beberapa katalisator, misalnya oksigen, panas, ion logam, dan cahaya. Tahap propagasi terjadi akibat reaksi antara radikal bebas R ● yang terbentuk pada tahap inisiasi dengan oksigen menghasilkan radikal peroksida ROO ● . Radikal peroksida yang terbentuk akan mengikat ion hidrogen dari molekul lemak yang lain membentuk hidroperoksida ROOH dan radikal lemak lain R 1 , selanjutnya tahap terakhir adalah tahap terminasi ditandai dengan terbentuknya produk-produk non radikal seperti aldehida, keton, alkohol dan asam-asam dengan karakteristik dan cita rasa tengik Winarno 1984. Ranney 1979 mengklasifikasikan antioksidan atas tiga golongan berdasarkan prinsip kerjanya dalam mencegah terjadinya proses oksidasi. Pertama adalah antioksidan yang mempunyai gugus fenol dan amina aromatik seperti butylated hydroxyanisole BHA, butylated hydroxytoluene BHT, metilen bisfenol dan difenilamin. Antioksidan-antioksidan tersebut bekerja dengan cara berinteraksi dengan radikal bebas yang terdapat di dalam sistem dan membentuk produk subtrat non radikal dan suatu radikal antioksidan. Jika radikal antioksidan yang dihasilkan cukup stabil mencegah reaksi berikutnya, maka radikal antioksidan tersebut tidak akan berperan sebagai inisiator dari berikutnya. Kedua produk yang dihasilkan pada kenyataannya mungkin bereaksi dengan radikal bebas kedua dalam sistem Mekanisme reaksi oksidasi lemak dapat dilihat sebagai berikut : Tahap inisiasi : ROOH ROO ● + H ● ROOH RO ● + OH 2ROOH RO ● + OH Tahap propagasi : R ● + O 2 ROO ● ROO ● + R 1 H R 1 ● + ROOH Tahap terminasi : ROO ● + R 1 OO ● ROOH 1 + O 2 R ● + RO ● ROR 1 Gambar 4 Mekanisme reaksi oksidasi lemak Gordon 1990. Kedua adalah antioksidan yang berfungsi dengan cara menghilangkan molekul-molekul hidroperoksida dari sistem, tetapi tanpa melibatkan radikal bebas. Contoh antioksidan ini adalah dilauril tiodipropionat DLTP. Molekul ini mengandung atom sulfur teroksidasi yang mampu bereaksi dengan molekul hidroperoksida berikutnya. Ketiga adalah antioksidan yang dapat menginaktivasi logam yang bisa mempercepat terjadinya oksidasi. Penggolongan ketiga ini sama dengan antioksidan sekunder menurut Winarno 1984 dan Gordon 1990. Jenis penggolongan antioksidan yang lain berdasarkan sumber diperolehnya senyawa tersebut. Penggolongan ini terdiri atas dua yaitu antioksidan sintetik dan antioksidan alami. Beberapa antioksidan sintetik yang sering digunakan dalam industri pangan antara lain butylated hydroxytoluene BHT, butylated hydroxyanisole BHA, Propil galat, tertiarybutyl hydroquinon TBHQ dan tokoferol Buck 1991. Antioksidan sintetik sangat efektif dalam menghambat reaksi oksidasi lemak akan, tetapi penggunaan antioksidan sintetik banyak menimbulkan kekuatiran akan efek sampingnya karena telah banyak