Analisis mineral Penelitian tahap pertama

Larutan diukur absorbansi dengan SSA pada panjang gelombang 285,2 nm untuk magnesium dan 422,7 nm untuk kalsium. 2. Analisis mineral kalium K dan seng Zn Ekstrak sampel dipipet sebanyak 2 mL dan ditambahkan HCl 1 N sampai volume menjadi 40 mL, kemudian ditera dengan penambahan akuades sampai volume menjadi 50 mL. Larutan diukur absorbansi dengan AAS pada panjang gelombang 766,5 nm untuk kalium dan 213,9 nm untuk seng. b. Analisis mineral besi Fe Prinsip penentuan kadar besi adalah proses pelarutan bahan dengan larutan asam campur yang terdiri dari asam nitrat, asam sulfat dan asam perklorat, kemudian dilanjutkan dengan proses pemanasan. Prosedur analisis mineral besi adalah sebagai berikut: sampel yang telah kering ditimbang sebanyak 1-2 gram, kemudian dihancurkan. Larutan asam campuran disiapkan yang dibuat dari HNO 3 , H 2 SO 4 , dan HClO 4 dengan perbandingan 5:1:2. Sampel yang telah hancur ditambah 10 mL larutan asam campur lalu dipanaskan di dalam ruang asam menggunakan api kecil selama 2 jam. Api dibesarkan sampai larutan menjadi jernih. Kemudian didinginkan. Larutan ditambahkan akuades sampai volume 50 mL dan disaring dengan kertas saring pencucian asam Whatman No.1 acid-washed filter paper whatman No.1. Sebanyak 10 mL ekstrak sampel ditambahkan 1 mL hidroquinon dan 1 mL orto-fenantrolin, kemudian ditambahkan sodium sitrat sampai pH menjadi 3,5. Larutan diencerkan dengan akuades sampai volume 50 mL dan dipanaskan dalam water bath selama 1 jam. Larutan deret standar diperlakukan dengan pereaksi yang sama dengan ekstrak sampel. Absorbansi diukur dengan SSA pada panjang gelombang 248,3 nm. c. Analisis mineral tembaga Cu dan mangan Mn SNI 01-2362-1991 Prinsip dari penentuan kadar tembaga dan mangan adalah proses pengabuan dengan suhu 450 o C dengan penambahan asam nitrat HNO 3 . Prosedur analisis sebagai berikut: sampel ditimbang sebanyak 25 gram dalam gelas piala 250 mL yang terdahulu dicuci dengan HNO 3 6N. Sampel dikeringkan di dalam oven pengering pada suhu 110-125 o C selama 8-24 jam. Sample kering kemudian dipindahkan ke dalam tungku, dan atur suhu pada 250 o C. Suhu tunggu dinaikkan secara bertahap hingga mencapai 350 o C selama periode 1-2 jam. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya proses pembakaran secara cepat yang menyebabkan contoh dapat terhambur keluar. Kondisi pada suhu ini dibiarkan sesaat untuk memberikan kesempatan sebagian besar lemak terbakar habis. Kenaikkan suhu kemudian dilanjutkan hingga 450 o C, dan dibiarkan selama semalam 16-24 jam. Jika proses sampel abu belum putih sempurna, sampel dikeluarkan dari tungku dan dinginkan. Sampel tersebut kemudian ditambahkan 0,25-1 mL HNO 3 pekat. Sampel diletakkan diatas hot plate untuk menguapkan HNO 3 . Sampel kemudian dipanaskan kembali pada suhu 450 o C di dalam tungku selama 30-60 menit. Abu yang dihasilkan harus benar-benar putih, apabila tidak proses penambahan asam nitrat harus diulangi. Abu dilarutkan ke dalam 2 mL HNO 3 pekat, kemudian diencerkan dengan akuades hingga 25 mL dan didihkan di atas hot plate. Larutan disaring dengan kertas saring Whatman No.42 yang sebelumnya telah dicuci dengan HNO 3 10 dan akuades. Filtrat yang diperoleh kemudian diencerkan dengan akuades hingga 50 mL. Larutan standar, blanko dan contoh dialirkan ke dalam SSA. Absorbansi mineral Cu dan Mn masing-masing diukur dengan SSA pada panjang gelombang 324,7 nm dan Mn 285,2 nm.

3.3.2 Penelitian tahap kedua

Penelitian yang dilakukan pada penelitian tahap kedua adalah ekstraksi bahan aktif, uji fitokimia, uji aktivitas antioksidan, serta uji fraksinasi dan identifikasi senyawa antioksidan.

3.3.2.1 Ekstraksi bahan aktif

Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi tambelo yaitu tiga macam pelarut berdasarkan tingkat kepolarannya, yaitu heksana non polar, etil asetat semi polar, dan metanol polar. Tahapan proses ekstraksi tambelo meliputi penghancuran sampel, maserasi, partisi, dan evaporasi. Sampel kering ditimbang sebanyak 500 gram, kemudian dimaserasi dengan pelarut metanol MeOH sebanyak 2500 mL, perbandingan 1:5 pada suhu ruang selama 3x24 jam. Setiap 1 x 24 jam dilakukan penyaringan, kemudian filtrat yang dihasilkan digabungkan dan dipekat dengan menggunakan rotary evaporator. Ekstrak MeOH pekat dipartisi dengan n-heksana menggunakan corong pisah diulang sebanyak 3 kali. Sampel 500 g Fase n-heksana dikumpulkan dan dipekatkan dan dihitung rendemennya. Ekstrak MeOH setelah partisi n-heksana dipartisi kembali dengan etil asetat, diulang sebanyak 3 kali. Fase etil asetat dikumpulkan dan dipekatkan, lalu dihitung rendemennya. Ekstrak metanol sisa partisi dipekatkan kembali dan dihitung rendemen. Semua ekstrak diuji fitokimia dan uji antioksidan Miyaoka et al. 1998; Ebada et al. 2008. Diagram alir proses ekstraksi bahan aktif tambelo disajikan pada Gambar 8. Gambar 8 Diagram alir proses ekstraksi bahan aktif tambelo Ebada et al. 2008. Ekstrak MeOH Fase n-heksana Ekstrak n-Heksana Dipartisi dengan n-Heksana Fase MeOH Fase MeOH Maserasi 3x24 jam dengan MeOH perbandingan 1:5 Penyaringan Residu Filtrat Evaporasi Ekstrak MeOH Dipartisi dengan etil asetat Fase etil asetat Evaporasi Evaporasi Ekstrak etil asetat Evaporasi