Uji proksimat AOAC 2005 Penelitian tahap pertama
                                                                                air  H
2
O  dan  karbondioksida  CO
2
tetapi  zat  anorganik  tidak  terbakar.    Zat anorganik  ini  disebut  abu.    Prosedur  analisis  kadar  abu  dalam  bahan  pangan
adalah  sebagai  berikut:  cawan  abu  porselin  yang  kosong  dimasukkan  ke  dalam oven.    Cawan  abu  porselin  dikeluarkan  dan  didinginkan  dalam  desikator  selama
30  menit,  kemudian  cawan  abu  porselin  kosong    ditimbang  untuk  mengetahui bobot  cawan  kosong  A.      Sampel  yang  telah  dihomogenkan  ditimbang  2  gram
dan dimasukan ke dalam cawan abu porselin ditimbang B,  kemudian masukan ke  dalam  oven  bersuhu  550-600
o
C  selama  24  jam  atau  sampai  pengabuan sempurna,  sehingga  diperoleh  abu  berwarna  putih,    setelah  selesai,  suhu  tungku
pengabuan  diturunkan  hingga  suhu  40
o
C.    Cawan  porselin  dikeluarkan  dengan menggunakan penjepit dan masukan ke dalam desikator selama 30 menit.
Apabila abu belum putih benar harus dilakukan pengabuan kembali. Abu dibasahi  dilembabkan  dengan  akuades  secara  bertahap,  kemudian  dikeringkan
menggunakan  hot  plate  dan  diabukan  kembali  pada  suhu  550-600
o
C  sampai diperoleh berat  yang konstan.    Suhu pengabuan  diturunkan sampai ± 40
o
C lalu dipindahkan  cawan  abu  porselin  ke  dalam  desikator  selama  30  menit  kemudian
ditimbang  bobotnya  C  segera  setelah  dingin.    Kadar  abu  dalam  bahan  pangan dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut :
Keterangan: A =  Berat cawan kosong gram
B =  Berat sampel sebelum pengabuan gram C =  Berat cawan berisi sample setelah pengabuan gram
c   Analisis kadar protein AOAC 2005 Penentuan  kadar  protein  dilakukan  dengan  metode  total  nitrogen  yang
didasarkan pada reaksi penetralan asam basa.   Kadar protein dihitung berdasarkan kesetimbangan  reaksi  kimia.  Tahap-tahap  yang  dilakukan  dalam  analisis  protein
terdiri dari tiga tahap, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Tahapan  destruksi  adalah  sebagai  berikut:  sampel  dilumatkan  dengan
blender hingga partikelnya dapat melewati saringan 20 mesh.   Sampel dimasukan dalam  kantong  plastik  atau  gelas  yang  bersih  dan  bertutup.    Homogenat  sampel
ditimbang  2  gram  pada  kertas  timbang,  kemudian  dimasukan  ke  dalam  labu
destruksi.  Sampel  tersebut  selanjutnya  ditambahkan  dua  tablet  katalis  serta beberapa  butir  batu  didih.    Sampel  ditambahkan  15  mL  asam  sulfat  pekat
95-97 dan 3 mL hidrogen peroksida secara perlahan dan didiamkan 10 menit dalam  ruang  asam.    Destruksi  dilakukan  pada  suhu  410
o
C  selama  2  jam  atau sampai  larutan  jernih.  Sampel  hasil  destruksi  didiamkan  hingga  mencapai  suhu
kamar dan tambahkan 50-75 mL akuades. Tahap  kedua  adalah  distilasi,  posedur  tahapan  ini  sebagai  berikut:
sebanyak  25  mL  larutan  H
3
BO
3
4  yang  mengandung  indikator  sebagai penampung  destilat  dimasukan  dalam  erlenmeyer.    Labu  yang  berisi  hasil
destruksi  dipasang  pada  rangkaian  alat  destilasi  uap,  kemudian  ditambahkan 50-75  mL  larutan  natrium  hidroksida  dan  natrium  thiosulfat  dan  dilakukan
destilasi,  selanjutnya  destilat  ditampung  ke  dalam  erlenmeyer  tersebut  hingga volume mencapai minimal 150 mL hasil destilasi akan berubah menjadi kuning.
Tahap  ketiga  adalah  titrasi  hasil  destilat  dengan  HCl  0.2  N,  yang  sudah dibakukan  sampai  warna  berubah  dari  hijau  menjadi  abu-abu  netral.    Analisis
standar  blanko  dilakukan  seperti  tahapan  sampel.    Kadar  protein  dapat  dihitung dengan persamaan berikut :
Keterangan : KP = Kadar Protein
Va = mL HCl untuk titrasi sampel Vb = mL HCl untuk titrasi blanko
N   = Normalitas HCl yang digunakan W  = berat sampel
c   Analisis kadar lemak AOAC 2005. Prinsip  analisis  kadar  lemak  diawali  dengan  melakukan  pengekstrakan
sampel  dengan  pelarut  organik  untuk  mengeluarkan  lemak  dengan  bantuan pemanasan  pada  suhu  titik  didih  pelarut  selama  8  jam.    Pelarut  organik  yang
mengikat  lemak  selanjutnya  dipisahkan  dengan  proses  penguapan  evaporasi, sehingga  hasil  lemak  tertinggal  dalam  labu.    Penetapan  bobot  lemak  dihitung
secara gravimetri. Sampel  dilumatkan  hingga  homogen  dan  dimasukan  ke  dalam  wadah
plastik  atau  gelas  yang  bersih  dan  bertutup.  Apabila  sampel  tidak  langsung
dianalisis,  maka  disimpan  dalam  refrigerator  sampai  saatnya  akan  dianalisis. Sampel  dikondisikan  pada  suhu  ruang  dan  pastikan  sampel  masih  homogen
sebelum ditimbang. Apabila terjadi pemisahan cairan dan sampel, maka dilakukan pengadukan  ulangan  dengan  blender  sebelum  dilakukan  pengamatan.    Prosedur
analisis lemak adalah sebagai berikut :  labu alas bulat ditimbang dalam keadaan kosong A.  Homogenat sampel ditimbang sebanyak 2 gram B  dan masukan ke
dalam selongsong lemak ekstraction timbles.  Berturut-turut dimasukan 150 mL n-heksana  ke  dalam  labu  alas  bulat,  selongsong  lemak  ke  dalam  ekstractor
soxhlet,  dan  pasang  rangkaian  sokhlet  dipasang  dengan  benar.    Ekstraksi dilakukan  pada  suhu  60
o
C  selama  8  jam.    Campuran  lemak  dan  heksana  dalam labu  alas  bulat  dievaporasi  sampai  kering.    Labu  alas  bulat  yang  berisi  lemak
dimasukan ke dalam oven bersuhu 105
o
C selama ± 2 jam untuk menghilangkan sisa  n-heksana  dan  air.      Labu  dan  lemak  didinginkan  dalam  desikator  selama
30 menit.  Labu alas bulat yang berisi lemak ditimbang C sampai berat konstan. Kadar lemak dalam bahan pangan dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut :
Keterangan: KL =  kadar lemak
A =  bobot contoh B =  bobot labu lemak dan labu didih
C =  bobot labu lemak, batu didih dan lemak
d   Analisis kadar karbohidrat AOAC 2005 Perhitungan  kadar  karbohidrat  dilakukan  menggunakan  metode  by
difference  yaitu  pengurangan  100    dengan  jumlah  dari  hasil  empat  komponen yaitu kadar air, protein, lemak dan abu.  Perhitungannya sebagai berikut:
Karbohidrat = 100  -   air +  lemak +  protein +  abu
                