Nilai RC Ratio sebesar 2,60 memiliki pengertian bahwa apabila petani mengeluarkan biaya usahatani sebesar Rp. 1,- maka petani tersebut akan
memperoleh penerimaan revenue sebesar Rp. 2,60,-. BC Ratio yang menunjukkan nilai 1,60 memiliki pengertian bahwa apabila petani mengeluarkan
biaya usahatani sebesar Rp. 1,- maka petani tersebut akan menerima pendapatan sebesar Rp. 1,60,-.
Baik pada analisis usahatani atas dasar biaya tunai maupun analisis usahatani atas dasar biaya total, nilai RC Ratio dan BC Ratio musim tanam
setelah menggunakan BLP Organik yang lebih besar dari angka satu, dan juga lebih besar dari RC Ratio dan BC Ratio pada musim tanam sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa BLP Organik memberikan dampak pada peningkatan produksi padi GKP dan pendapatan pada petani. Dengan kata lain, penggunaan
BLP Organik lebih memberikan keuntungan bagi petani baik atas dasar biaya tunai maupun biaya total.
Hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas menunjukkan adanya peningkatan produksi, produktivitas, serta pendapatan petani. Hal ini sama seperti
hasil penelitian PSP3 2010 mengenai dampak program BLP dan BLBU pada tujuh propinsi di Indonesia. Selain itu peningkatan produktivitas setelah
menggunakan pupuk berimbang anorganik dan organik yang terjadi di penelitian ini memiliki hasil yang sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Yuliarmi
2006.
5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi
Untuk melihat pengaruh pupuk organik POG maupun POC dari BLP Organik terhadap produksi padi, dilakukan analisis produksi dengan
menggunakan Fungsi Produksi Cobb-Douglas. Variabel-variabel bebas yang dimasukkan ke dalam fungsi produksi antara lain 1 variabel luas lahan, 2
volume benih, 3 jumlah tenaga kerja manusia, 4 volume pupuk Urea, 5 volume pupuk TSP, 6 volume pupuk KCL, 7 volume pupuk NPK, 8 volume
POG, 9 volume POC, serta 10 volume pestisida dan obat. Kemudian yang menjadi variabel terikat dalam fungsi produksi adalah produksi padi GKP.
Penyusunan dan pengujian Fungsi Produksi Cobb-Douglas dilakukan dengan menggunakan model regresi linear berganda. Fugsi produksi yang disusun
dan diuji menggunakan bantuan aplikasi statistika Eviews 4 dan Minitab 14 tersebut diperoleh hasil regresi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.9..
Tabel 5.9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi
Variabel Koefisien
t-Statistik Prob.
VIF
Konstanta 6,416168
7,926169
Ln Luas Lahan 0,415865
1,950489 0,0568
6
Ln Benih 0,143191
0,888405 0,3787
4,8
Ln Tenaga Kerja Manusia 0,266631
2,250518 0,0289
1,8 Ln Urea
0,118364 2,529980
0,0147 1,7
Ln TSP 0,054680
0,707121 0,4828
1,1 Ln KCL
0,175143 1,155307
0,2536 1,0
Ln NPK -0,053520
-1,264357 0,2121
1,4 Ln Pupuk Organik Granul POG
0,001619 0,038187
0,9697 1,4
Ln Pupuk Organik Cair POC 0,282203
2,133107 0,0379
2,5
Ln Pestisida dan Obat -0,060534
-1,212128 0,2313
1,2 R-squared
0,742776 Adj-R-
Squared
0,690281
F-statistik 14,14951
Sumber: Data Primer diolah
Hasil uji statistika menunjukkan nilai koefisien determinasi R-squaredR
2
sebesar 0,742776. Hal ini memiliki pengertian bahwa variasi dari perubahan produksi padi GKP mampu dijelaskan hubungan linearnya oleh variabel-
variabel luas lahan, volume benih, jumlah tenaga kerja manusia, volume pupuk Urea, volume pupuk TSP, volume pupuk KCL, volume pupuk NPK, volume
Pupuk Organik Granul, volume Pupuk Organik Cair, serta volume pestisida dan obat sebesar 74,27. Sedangkan sisanya sebesar 25,73 dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak masuk ke dalam fungsi. Pengujian variabel secara keseluruhan model regresi untuk mengetahui
adanya pengaruh variabel yang signifikan secara bersamaan dilakukan dengan uji- F. Pengujian ini melibatkan kesepuluh variabel bebas Ln X terhadap variabel
terikat Ln Y. Uji F dilakukan dengan cara membandingkan nilai F-statistik dengan F-tabel pada taraf 10 dengan derajat bebas pertama sebesar 10, dan
derajat bebas kedua sebesar 49 F-tabel
10;10;49
= 1,7319. Hasil regresi menunjukkan nilai F-statistik 14,14951 yang lebih besar daripada F-tabel,
sehingga dapat dikatakan minimal ada satu variabel bebas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi padi.
Masing-masing variabel bebas dapat dikatakan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat apabila t-statistik koefisien regresi masing-masing
variabel bebas lebih besar daripada t-tabel dengan taraf 10 dan derajat bebas 50 t-tabel
10;50
= 1,6759. Berdasarkan Tabel 5.7., variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap produksi padi Ln GKP adalah variabel luas lahan Ln Luas
Lahan, tenaga kerja manusia Ln TK Manusia, pupuk Urea Ln Urea, dan POC Ln POC.
Selain melakukan uji statistika, fungsi produksi yang telah disusun harus diuji dengan pengujian ekonometrika berdasarkan asumsi klasik. Uji ini dilakukan
untuk melihat bahwa fungsi produksi yang dibuat terbebas dari gejala
heteroskedastisitas, autokorelasi, dan multikolinearitas. Hasil dari pengujian masing-masing asumsi klasik disajikan dalam Tabel 5.10..
Tabel 5.10. Hasil Uji Asumsi Klasik Regresi
Asumsi Kriteria
Kesimpulan
Normalitas Prob. 0,3598
α 10 Residual menyebar normal.
Heteroskedastisitas Prob. 0,1479
α 10 Homoskedastisitas
Autokorelasi Prob 0,5424
α 10 Tidak ada autokorelasi
Multikolineartas VIF 10
Tidak ada multikolinearitas
Sumber: Data Primer diolah
Uji normalitas digunakan untuk melihat residual galaterror term terdistribusi normal atau tidak terdistribusi normal. Hipotesis yang digunakan
adalah residual menyebar normal untuk H , sedangkan H
1
adalah residual tidak menyebar normal. Hasil uji normalitas menunjukkan nilai probabilitas 0,3598
yang lebih besar dari taraf nyata 10 0,10 sehingga kesimpulan dari uji tersebut adalah terima H
. Residual fungsi produksi yang dibuat telah terdistribusi normal. Uji heteroskedastisitas merupakan pengujian yang memperhatikan ragam
residual. Suatu model regresi dapat dikatakan baik apabila memenuhi asumsi homoskedastisitas di mana ragam residual sama atau homogen. Pengujian
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan Uji White dengan hipotesis H
untuk homoskedastisitas dan H
1
untuk heteroskedastisitas. Hasil Uji White menunjukkan nilai probabilitas 0,1479 yang lebih besar daripada taraf
nyata 10 0,10 sehingga kesimpulan uji tersebut adalah terima H . Fungsi
produksi yang telah disusun memiliki ragam sisaan yang homogen homoskedastisitas.
Pengujian selanjutnya adalah uji autokorelasi dengan metode Uji Breusch- Godfrey Serial Correlation LM untuk melihat bahwa residual telah menyebar
bebas atau tidak menyebar bebas. Model regresi yang baik merupakan apabila tidak ada autokorelasi yaitu residual menyebar bebas. Hipotesis yang digunakan
adalah tidak ada autokorelasi untuk H , sedangkan terdapat autokorelasi untuk H
1
. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai probabilitas 0,5424 yang lebih
besar daripada taraf nyata 10 0,10 sehingga kesimpulan uji tersebut adalah terima H
. Hal ini berarti bahwa tidak ada autokorelasi dalam fungsi yang telah dibuat.
Pengujian terakhir dalam asumsi klasik regresi adalah uji Multikolinearitas yaitu pengujian adanya korelasi parsial antar variabel. Model regresi yang baik
ialah apabila tidak ada hubungan linear antar variabel dalam model yang dibuat. Pengujian tersebut dapat dilakukan dengan melihat nilai VIF yang kurang dari
angka 10. Dari pengamatan pada Tabel 5.9., dapat disimpulkan bahwa variabel yang disusun dalam fungsi produksi tersebut tidak ada yang memiliki
autokorelasi. Berdasarkan hasil pengujian statistika dan asumsi klasik regresi tersebut di
atas, maka fungsi produksi yang dibuat dapat dirumuskan ke dalam persamaan sebagai berikut:
Ln GKP = 6,416167709 + 0,4158651194 Ln Luas Lahan + 0,2666308273 Ln TK
Manusia + 0,1183636222 Ln Urea + 0,2822034064 Ln POC 5.1.
Dari Persamaan 5.1. dapat dilihat bahwa lahan memiliki pengaruh positif terhadap produksi padi dengan koefisien sebesar 0,4158. Setiap terjadi
peningkatan luas lahan sebesar 1, maka produksi padi juga akan mengalami peningkatan sebesar 0,4158 di mana variabel lain dianggap tetap ceteris
paribus.
Berdasarkan lahan sawah yang dikuasai oleh responden, luas lahan kurang dari 0,5 hektar rata-rata 0,23 hektar, akan menghasilkan rata-rata total produksi
padi sebanyak 1,2 ton GKP per musim tanam. Luas lahan antara 0,5 hingga 1 hektar rata-rata 0,75 hektar, akan menghasilkan rata-rata total produksi padi
sebanyak 4 ton GKP per musim tanam. Sedangkan, lahan yang memiliki luas lebih dari 1 hektar rata-rata 1,5 hektar, akan menghasilkan rata-rata total
produksi padi sebanyak 7,5 ton GKP per musim tanam. Hal ini menunjukkan bahwa ketika terjadi penambahan luas lahan maka akan terjadi peningkatan
produksi padi GKP yang dihasilkan. Hasil penelitian tersebut sama seperti hasil penelitian Angelia 2011; Yuliarmi 2006; serta Sianipar et. al. 2009 yang
menyatakan bahwa lahan merupakan variabel yang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi.
Variabel lain yang berpengaruh positif terhadap produksi padi adalah jumlah tenaga kerja manusia dengan koefisien sebesar 0,2666. Apabila terjadi
penambahan jumlah tenaga kerja manusia sebesar 1 maka akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,2666 dengan variabel lain dianggap tetap ceteris
paribus. Hasil penelitian tersebut sama seperti hasil penelitian Yuliarmi 2006 dan Angelia 2011 yang menyatakan bahwa tenaga kerja memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap produksi padi. Tenaga kerja manusia pada sebelum menggunakan pupuk organik dan
setelah menggunakan pupuk organik mengalami peningkatan. Rata-rata tenaga kerja yang dipekerjakan sebelum menggunakan pupuk organik sebanyak 17 HOK
per musim tanam. Sedangkan, rata-rata tenaga kerja yang dipekerjakan setelah menggunakan pupuk organik sebanyak 18 HOK per musim tanam. Jumlah tenaga
kerja yang mengalami peningkatan jumlah paling besar yaitu pada tenaga kerja: 1 panen; dan 2 pengangkutan hasil panen.
Pada tenaga kerja pemupukan tidak terjadi perubahan jumlah tenaga kerja HOK. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan pupuk organik
berimbang, maka petani mempekerjakan tenaga kerja pemupukan dengan jumlah yang sama ketika menggunakan pupuk anorganik. Walaupun terjadi penambahan
jumlah pupuk organik, namun kuantitas total pupuk yang diaplikasikan ke lahan berjumlah tetap. Hal ini dikarenakan adanya pengurangan jumlah pupuk
anorganik akibat subtitusi dari pupuk organik. Jumlah tenaga kerja pemupukan yang tidak berubah tersebut berbeda dengan hasil penelitian PSP3 2010 yang
menyatakan bahwa penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja pemupukan lahan.
Pada variabel jumlah pupuk Urea memiliki hubungan positif dengan produksi padi yaitu dengan koefisien sebesar 0,1183. Hal ini menunjukkan bahwa
apabila terjadi peningkatan sebesar 1 pada jumlah pupuk Urea yang digunakan, maka produksi padi akan meningkat sebesar 0,1183 dengan variabel lain
dianggap tetap ceteris paribus. Pupuk urea merupakan pupuk yang memberikan unsur nitrogen N bagi
tanaman. Pupuk tersebut berguna untuk merangsang pertumbuhan batang dan daun, meningkatkan jumlah tunas, serta meningkatkan bulir padi Deptan, 2000.
Departemen pertanian menganjurkan dosis penggunaan pupuk Urea sebanyak 150-200 Kgha Deptan, 2000. Pada penelitian ini, rata-rata penggunaan pupuk
Urea setelah menggunakan BLP Organik yaitu sebesar 175 Kgha. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan pupuk Urea oleh petani sudah memenuhi dosis
yang dianjurkan oleh Departemen Pertanian sehingga pupuk Urea memiliki pengaruh signifikan terhadap produksi padi. Hasil tersebut serupa dengan hasil
penelitian Sianipar et. al. 2009 yang menyatakan bahwa pupuk Urea memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi.
Pada variabel POC memiliki hubungan positif terhadap produksi padi sebesar 0,2822. Apabila terjadi peningkatan penggunaan POC sebesar 1, maka
produksi padi yang dihasilkan masing-masing meningkat sebesar 0,2822 dengan variabel lain dianggap tetap ceteris paribus.
POC memiliki fungsi untuk: 1 meningkatkan ketersediaan unsur hara makro N, P, K, Ca, Mg, dan S dan hara mikro Mn, Mo, Fe, Cu, Co, dan B
untuk tanaman; 2 memperbaiki aktivitas biologi, sifat fisik dan kesehatan, serta keseimbangan ekologi tanah; 3 dapat meningkatkan efisiensi pemupukan Urea,
TSP, dan KCl hingga 20; 4 memperbaiki kemampuan tanah dalam menyimpan air, dan 5 dapat menekan aktivitas patogen penyebab penyakit
tanaman Deptan, 2008. Dosis yang diberikan pada tanaman padi adalah sebanyak 2-3 literha yaitu dengan cara melarutkan 5-10 ml ke dalam 1 liter air
kemudian disemprotkan secara merata pada permukaan tanah, daun, dan batang Deptan, 2008.
Pada penelitian ini, rata-rata penggunaan POC oleh petani setelah mendapatkan bantuan adalah sebanyak 2,84 literha. Hal ini menunjukkan bahwa
jumlah POC yang digunakan petani tepat sesuai anjuran Departemen Pertanian. Petani merasakan adanya manfaat yang diperoleh setelah menggunakan pupuk
organik antara lain: 1 tanaman padi menjadi lebih subur; 2 membuat batang padi menjadi lebih besar sehingga tidak mudah rebah; dan 3 lahan sawah
menjadi lebih gembur serta lebih banyak pori-pori tanah. Hasil penelitian tersebut serupa dengan hasil penelitian PSP3 2010 yang menyatakan bahwa POC
mempunyai pengaruh positif terhadap produksi padi. Apabila dilihat dari hasil regresi, POG menunjukkan faktor produksi yang
tidak signifikan secara statistik. Hal ini dikarenakan pemberian POG 300kgha dari paket bantuan dinilai kurang memenuhi kebutuhan lahan karena berdasarkan
idealnya jumlah POG yang diaplikasikan ke lahan sawah adalah sebanyak 1 tonha.
Variabel lain yang tidak signifikan secara statistik yaitu: jumlah benih, pupuk TSP, pupuk KCL, serta pestisida dan obat. Hal ini mengindikasikan bahwa
kuantitas pemberian benih, pupuk TSP, pupuk KCL, serta pestisida dan obat belum optimal sehingga perlu adanya penambahan kuantitas pada masing-masing
variabel tersebut. Dari jumlah koefisien seluruh variabel regresi yang signifikan, dapat
diperoleh elastisitas produksi sebesar 1,083063 yang menunjukkan increasing return to scale. Keadaan tersebut masih menunjukkan kondisi irasional
p
1, sehingga penggunaan input usaha tani yakni: luas lahan, tenaga kerja manusia,
pupuk Urea, dan POC masih harus ditingkatkan untuk meningkatkan produksi padi.
5.4. Persepsi Petani terhadap Hasil dan Program BLP Organik