Tabel. 5.2. Karateristik Lahan Responden Petani Padi Jawa Timur
Luas Lahan
Milik Sewa
Garap Lainnya
Total Rata-
rata Rata-
Rata Rata-
rata Rata-
Rata 0,5 ha
0,23 46,7
0,25 3,3
0,4 1,7
- -
51,7 0,5 - 1 ha
0,73 35,0
0,75 3,3
1 3,3
0,73 5,0
46,7 1 ha
1,5 1,7
- -
- -
- -
1,7 Total
83,3 6,7
5,0 5,0
100,0
Sumber: Data Primer diolah Rata-rata responden intensitas lahan 300. Selain padi, 1,7 responden
juga menanam sayuran atau palawija di lahan yang sama namun dengan kuantitas yang lebih sedikit. Benih padi yang dibudidayakan responden pada musim tanam
setelah mendapatkan BLP Organik adalah Padi Hibrida varietas Sembada B3, Sembada B9, dan Mekongga yang diperoleh dari bantuan pemerintah BLBU.
5.2. Dampak Program BLP Organik terhadap Produksi Padi dan Pendapatan Petani
Penerapan program BLP Organik memberikan beberapa perubahan dalam penggunaan input produksi maupun hasil output produksi. Berikut ini adalah
pemaparan perubahan yang terjadi dalam penggunaan input benih, pupuk, tenaga kerja, serta hasil produksi padi dan pendapatan petani.
Pada budidaya benih, terjadi penurunan jumlah benih sebesar 20,53 yakni dari 36,05 kgha menjadi 28,65 kgha Tabel 5.3.. Pada masa tanam setelah
menerima BLP Organik, petani menanam padi dengan menggunaan paket benih unggul yang diperoleh dari program BLBU. Adapun jenis benih unggul yang
diperoleh petani cukup beragam yaitu benih padi Hibrida varietas Sembada B3, Sembada B9, dan Mekongga. Pada masa tanam sebelum mendapatkan BLBU,
petani membudidayakan benih padi lokal. Karena menggunakan benih berkualitas
lebih unggul, maka jumlah benih yang dibudidayakan per hektar sawah lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah benih padi lokal.
Tabel. 5.3. Perbandingan Penggunaan Benih pada Usahatani Sebelum dan Sesudah Menggunakan Paket BLP Organik
Uraian Sebelum
Sesudah Perubahan
BLP Organik BLP Organik
Benih Kg 36,05
28,65 -20,53
Harga Benih Rp. 6.280,85
6.861,33 9,24
Total Biaya Benih Rp. 226.393,87
196.555,19 -13,18
Sumber: Data Primer diolah
Tabel 5.3. menunjukkan perbandingan harga dan biaya total benih. Harga benih pada masa tanam setelah menerima bantuan mengalami peningkatan sebesar
9,24 yakni menjadi Rp. 6.861,33 per hektar. Harga benih unggul yang digunakan mengacu pada harga pasar benih unggul ketika petani menerima
bantuan. Biaya total benih yang digunakan pada masa tanam setelah menggunakan bantuan mengalami penurunan sebesar 13,18. Hal ini karena
walaupun terjadi peningkatan harga benih, namun jumlah benih yang digunakan per hektar lebih sedikit daripada jumlah benih yang digunakan pada saat sebelum
menerima bantuan. Pada masa tanam sebelum dan sesudah mendapatkan BLP Organik terdapat
perbedaan kuantitas penggunaan pupuk. Paket bantuan pupuk yang diterima 100 kg NPK, 300 kg POG, dan 2 liter POC per hektar menjadi substitusi pupuk Urea,
TSP, dan KCL. Perubahan kuantitas penggunaan pupuk tersebut disajikan oleh Tabel 5.4.. Penggunaan pupuk Urea, TSP dan KCL mengalami penurunan
kuantitas berturut-turut sebesar 46,17; 42,92; dan 82,99. Sedangkan, pada
penggunaan pupuk NPK, POG, dan POC mengalami peningkatan kuantitas berturut-turut sebesar 50,12; 549,60; dan 2.911,20.
Tabel. 5.4. Perbandingan Penggunaan Pupuk pada Usahatani Sebelum dan Sesudah Menggunakan Paket BLP Organik
Jenis Pupuk Sebelum
Sesudah Perubahan
Kgha Kgha
Urea 325,09
174,99 -46,17
TSP 18,25
10,42 -42,92
KCL 4,08
0,69 -82,99
NPK 89,37
134,16 50,12
POG 59,09
383,85 549,60
POC Liter 0,09
2,84 2.911,20
Total Pupuk 495,97
706,95 3.338,84
Sumber: Data Primer diolah
Tabel 5.5. menunjukkan adanya peningkatan harga dan biaya total yang dikeluarkan untuk membeli pupuk.
Tabel. 5.5. Perbandingan Penggunaan Pupuk pada Usahatani Sebelum dan Sesudah Menggunakan Paket BLP Organik
Jenis Pupuk
Sebelum BLP Organik Setelah BLP Organik
Δ Total Nilai Jumlah
Harga Rp
Total Nilai Rp
Jumlah Harga Rp
Total Nilai Rp
Urea Kg
325,09 1.417,66
460.864,62 174,99
1.746,22 305.572,54
-33,70
TSP Kg
18,25 2.018,26
36.833,33 10,42
2.160,00 22.500,00
-38,91
KCL Kg
4,08 3.397,96
13.875,00 0,69
3.725,00 2.586,81
-81,36
NPK Kg
89,37 2.188,89
195.614,68 134,16
2.300,00 308.558,57
57,74
POG Kg
59,09 2.118,84
125.201,09 383,85
2.300,00 882.846,20
605,14 POC Lt
0,09 60.000,00
5.666,67 2,84
62.643,08 178.151,55
3.043,85
Total Biaya Pupuk 838.055,40
1.700.215,66 102,88
Sumber: Data Primer diolah
Harga paket bantuan pupuk NPK, POG, dan POC yang digunakan mengacu pada harga pasar pupuk ketika bantuan diterima. Harga pupuk Urea, TSP, dan
KCL mengalami peningkatan, tetapi jumlah pupuk yang digunakan tersebut mengalami penurunan, sehingga total nilainya mengalami penurunan berturut-
turut sebesar 33,70; 38,91; dan 81,36 per hektar. Pada pupuk NPK, POG, dan POC terjadi peningkatan total nilai yang signifikan yaitu berturut-turut
sebesar 57,74; 605,14; dan 3.043,85 per hektar. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan jumlah dan peningkatan harga pasar pupuk yang digunakan.
Apabila dilihat dari struktur tenaga kerja pada Tabel 5.6., hampir tidak terjadi perubahan yang signifikan pada jumlah tenaga kerja baik tenaga kerja
manusia Hari Orang KerjaHOK, tenaga kerja hewan, maupun tenaga kerja mesin. Namun apabila dilihat dari total nilai, terjadi peningkatan total nilai upah
tenaga kerja manusia sebesar 7,60 dan total nilai upah tenaga kerja mesin sebesar 6,21. Peningkatan tersebut dikarenakan meningkatnya rata-rata harga
upah per tenaga kerja.
Tabel. 5.6. Perbandingan Penggunaan dan Biaya Tenaga Kerja pada Usahatani Sebelum dan Sesudah Menggunakan Paket BLP Organik
Jenis Tenaga Kerja Sebelum BLP Organik
Setelah BLP Organik Δ Total
Nilai
Jml
HOK
Upah
Rp Total Nilai
Rp Jml
HOK
Upah
Rp Total Nilai
Rp
Persiapan dan Pengolahan Lahan 20
17.318,78 345.453,54
21 17.401,29
357.733,43 0,48
Penanaman 30
14.005,13 421.377,52
30 14.665,91
445.828,32 5,80
Penyiangan Tanaman 28
14.534,02 400.557,13
28 14.740,18
409.302,86 2,18
Pemupukan 6
17.018,14 97.182,06
6 17.342,81
101.565,20 4,51
Pemberantasan HPT 7
16.347,01 116.147,41
7 17.257,19
116.016,59 -0,1 1
Panen 24
21.897,83 517.927,26
25 24.075,42
596.583,29 15,19
Pengangkutan Hasil Panen 7
19.040,20 135.774,32
8 20.450,13
161.908,53 19,25
Total Tenaga Kerja Manusia 2.034.419,24
2.188.938,22 7,60
Tenaga Kerja Hewan 1
120.926,82 76.800,00
1 120.926,82
76.800,00 -
Tenaga Kerja Mesin 3
172.378,64 437.304,95
3 170.999,74
464.444,29 6,21
Sumber: Data Primer diolah
Dalam penelitian ini, penghitungan analisis usahatani akan dibedakan menjadi analisis usahatani atas dasar Biaya Tunai dan analisis usahatani atas dasar
Biaya Total. Analisis usahatani atas dasar biaya tunai merupakan penghitungan pendapatan usahatani tanpa memperhitungkan biaya nonkomersial sedangkan
analisis usahatani atas dasar total merupakan penghitungan pendapatan dengan ikut memperhitungkan biaya nonkomersial harga bantuan pupuk dan tenaga kerja
dalam keluarga. Oleh karena itu, penghitungan nilai imbangan biaya dan manfaat masing-masing akan diperoleh baik atas dasar biaya tunai maupun atas dasar
biaya total. Berdasarkan analisis usahatani atas dasar biaya tunai Tabel 5.7. dapat
dilihat adanya penurunan biaya tunai sebesar -13,84 yakni dari Rp. 4.434.834,29 per hektar menjadi Rp. 3.895.805,68 per hektar. Hal ini dikarenakan pada musim
tanam setelah mendapatkan BLP Organik, benih unggul dan pupuk NPK, POG, dan POC diperoleh petani secara cuma-cuma tanpa mengeluarkan biaya
pembelian. Produktivitas padi setelah menggunakan BLP Organik mengalami peningkatan sebesar 10,06 yaitu dari 4,9 ton menjadi 5,4 ton Gabah Kering
Panen GKP per hektar. Sedangkan harga gabah hasil produksi meningkat sebesar 12,8 yaitu dari Rp. 2.547,23 menjadi Rp. 2.872,28 per hektar.
Tabel. 5.7. Perbandingan Produksi dan Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Menggunakan Paket BLP Organik Atas Dasar Biaya
Tunai
Parameter Sebelum
Sesudah Perubahan
BLP Organik BLP Organik
1. Jumlah Biaya Tunai Rp.
4.434.834,29 3.895.805,68
-13,84 2.
Produksi Padi Kg GKP 4.916,05
5.410,39 10,1
3. Harga Rp.Kg
2.547,23 2.872,28
12,8 4.
Nilai Produksi Padi Rp. 12.522.297,43
15.540.167,63 24,1
5. Pendapatan Rp.
8.087.463,14 11.644.361,95
43,98 6.
RC Ratio 2,82
3,99 7.
BC Ratio 1,82
2,99
Sumber: Data Primer diolah
Adanya penurunan biaya tunai dan peningkatan penerimaan usahatani, maka pendapatan usahatani meningkat 43,98 dari Rp. 8.087.463,14 menjadi Rp.
11.644.361,95. Peningkatan pendapatan ini mendorong kenaikan nilai RC Ratio dari 2,82 menjadi 3,99; dan BC Ratio dari 1,82 menjadi 3,00. Nilai RC Ratio
sebesar 3,99 memiliki pengertian bahwa apabila petani mengeluarkan biaya usahatani sebesar Rp. 1,- maka petani tersebut akan memperoleh penerimaan
revenue sebesar Rp. 3,99,-. BC Ratio yang menunjukkan nilai 2,99 memiliki pengertian bahwa apabila petani mengeluarkan biaya usahatani sebesar Rp. 1,-
maka petani tersebut akan menerima pendapatan sebesar Rp. 2,99,-. Apabila dilihat dari analisis usahatani atas dasar biaya total Tabel 5.8.
jumlah biaya total yang dikeluarkan oleh petani mengalami peningkatan sebesar 20,7 yakni dari Rp. 4.952.761,55 per hektar menjadi Rp. 5.979.844,45 per
hektar. Walaupun total biaya mengalami peningkatan, namun secara keseluruhan pendapatan usahatani padi meningkat sebesar 26,3 yaitu dari Rp. 7.569.535,88
menjadi Rp. 9.560.323,18 per hektar. Peningkatan ini diperoleh karena meningkatnya produktivitas serta harga padi sehingga penerimaan juga
mengalami peningkatan. Adanya peningkatan tersebut mendorong kenaikan nilai RC Ratio dari 2,53 menjadi 2,60; dan BC Ratio dari 1,53 menjadi 1,60.
Tabel. 5.8. Perbandingan Produksi dan Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Menggunakan Paket BLP Organik Atas Dasar Biaya
Total
Parameter Sebelum
Sesudah Perubahan
BLP Organik BLP Organik
1. Jumlah Biaya Total Rp.
4.952.761,55 5.979.844,45
20,7 2.
Produksi Padi Kg GKP 4.916,05
5.410,39 10,1
3. Harga Rp.Kg
2.547,23 2.872,28
12,8 4.
Nilai Produksi Padi Rp. 12.522.297,43
15.540.167,63 24,1
5. Pendapatan Rp.
7.569.535,88 9.560.323,18
26,3 6.
RC Ratio 2,53
2,60 7.
BC Ratio 1,53
1,60
Sumber: Data Primer diolah
Nilai RC Ratio sebesar 2,60 memiliki pengertian bahwa apabila petani mengeluarkan biaya usahatani sebesar Rp. 1,- maka petani tersebut akan
memperoleh penerimaan revenue sebesar Rp. 2,60,-. BC Ratio yang menunjukkan nilai 1,60 memiliki pengertian bahwa apabila petani mengeluarkan
biaya usahatani sebesar Rp. 1,- maka petani tersebut akan menerima pendapatan sebesar Rp. 1,60,-.
Baik pada analisis usahatani atas dasar biaya tunai maupun analisis usahatani atas dasar biaya total, nilai RC Ratio dan BC Ratio musim tanam
setelah menggunakan BLP Organik yang lebih besar dari angka satu, dan juga lebih besar dari RC Ratio dan BC Ratio pada musim tanam sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa BLP Organik memberikan dampak pada peningkatan produksi padi GKP dan pendapatan pada petani. Dengan kata lain, penggunaan
BLP Organik lebih memberikan keuntungan bagi petani baik atas dasar biaya tunai maupun biaya total.
Hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas menunjukkan adanya peningkatan produksi, produktivitas, serta pendapatan petani. Hal ini sama seperti
hasil penelitian PSP3 2010 mengenai dampak program BLP dan BLBU pada tujuh propinsi di Indonesia. Selain itu peningkatan produktivitas setelah
menggunakan pupuk berimbang anorganik dan organik yang terjadi di penelitian ini memiliki hasil yang sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Yuliarmi
2006.
5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi