2.2. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Perdesaan tahun 2010 pada tujuh propinsi di Indonesia, Program
BLP dan BLBU berdampak positif terhadap peningkatan produktivitas padi dari sebelumnya 5.034 kg menjadi 5.918 kgha, atau meningkat sebesar 17.56
Penerapan program BLBU dan BLP menyebabkan terjadi peningkatan biaya total sebesar 21.53 pada usahatani padi. Karena peningkatan produksi yang
dicapai masih cukup besar, maka keuntungan bersih usahatani tetap meningkat. Pendapatan usahatani padi meningkat dari Rp. 6.777.157,- menjadi Rp.
9.119.629,- per ha atau meningkat sebesar 34.56. Peningkatan ini juga terjadi karena adanya faktor peningkatan harga pada padi GKP sebesar 8.74.
Angelia 2011 dalam penelitian Analisis Tingkat Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Berdasarkan Status Petani
Studi Kasus di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, menyatakan bahwa variabel luas lahan berpengaruh nyata terhadap produksi pada
tingkat kepercayaan 99 persen dan variabel tenaga kerja berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen terhadap produksi padi.
Yuliarmi 2006 dalam penelitian Analisis Produksi dan Faktor-faktor Penentu Adopsi Teknologi Pemupukan Berimbang pada Usahatani Padi
menunjukkan bahwa faktor pendorong utama yang menyebabkan petani mengikuti program pemupukan berimbang di Kecamatan Plered, Jawa Barat,
adalah mengharapkan produksi yang lebih tinggi. Dari hasil perhitungan, rata-rata produksi per hektar padi yang diperoleh petani peserta program pemupukan
berimbang adalah 6.003 ton GKP dengan nilai keuntungan sebesar Rp.
4.001.378,- per musim tanam. Sedangkan petani non peserta program pemupukan berimbang memperoleh rata-rata produksi sebesar 5.027 ton GKP, dengan nilai
keuntungan sebesar Rp. 3.163.183 per musim tanam. Produksi yang diperoleh petani peserta program pemupukan berimbang lebih tinggi 976 kg dibandingkan
produksi yang diperoleh petani non peserta program pemupukan berimbang.
Tabel 2.2. Ringkasan Penelitian Terdahulu
Peneliti Wilayah
Metode Peningkatan Produksi,
Pendapatan, dan Persepsi Petani
PSP3 2010 Tujuh
Propinsi BenefitCost
BC Ratio Produktivitas padi meningkat,
Pendapatan meningkat, Persepsi petani positif
Angelia 2011
Desa Pasir Gaok,
Kecamatan Rancabungur,
Kabupaten Bogor
Fungsi Produksi Cobb Douglas
variabel luas lahan berpengaruh nyata terhadap produksi pada
tingkat kepercayaan 99 persen dan variabel tenaga kerja berpengaruh
nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen terhadap produksi padi.
Yuliarmi 2006
Kecamatan Plered,
Kabupaten Purwakarta,
Jawa Barat Tingkat
Penerapan Teknologi TPT,
Model Logit, dan Model Fungsi
Produksi Jumlah produksi padi dan
pendapatan petani peserta program pemupukan berimbang lebih tinggi
daripada petani bukan peserta.
Sianipar et.al 2009
Kabupaten Manokwari,
Papua Fungsi Produksi
Cobb Douglas variabel yang berpengaruh terhadap
produksi padi pada tingkat kesalahan 1 yaitu variabel benih,
tenaga kerja luar keluarga, pupuk urea, pupuk NPK, pupuk PPC dan
intensifikasi usahatani
Tingkat penerapan teknologi rata-rata pada petani peserta program pemupukan berimbang sebesar 68,38 dan petani bukan peserta program
pemupukan berimbang sebesar 60,70. Kedua kelompok petani tersebut tergolong pada tingkat penerapan sedang 60 - 70. Sedangkan variabel yang
mempengaruhi pengambilan keputusan untuk mengadopsi teknologi pemupukan
berimbang adalah harga gabah bertanda positif dan berpengaruh nyata pada taraf 10, biaya pupuk bertanda negatif dan berpengaruh nyata pada taraf 5, serta
luas lahan bertanda positif dan berpengaruh nyata pada taraf 10. Menurut Sianipar et. al. 2009 dalam penelitian Analisis Fungsi Produksi
Intensifikasi Usahatani Padi di Kabupaten Manokwari menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap produksi padi pada tingkat kesalahan 1
yaitu variabel benih, tenaga kerja luar keluarga, pupuk urea, pupuk NPK, pupuk PPC dan intensifikasi usahatani.
2.3. Kerangka Pemikiran